
Nggak terasa 1 tahun lagi telah berlalu.
Malam tahun baru, 31 Desember 2008, jam di tangan saya menunjukkan hampir pukul 10 malam. Saya baru saja pulang dari pelayanan ibadah tutup tahun di sebuah gereja di kawasan Kelapa Gading, dan sudah seperti orang yang dikejar tayang, ngebut di jalan tol demi sesegera mungkin sampai di rumah mama mertua, berkumpul bersama seluruh keluarga besar untuk bersama mengikuti kebaktian tutup tahun.

Akhirnya nyampe juga, dimana semua anggota keluarga sudah lengkap berkumpul. Hanya tinggal saya seorang yang dinantikan ketibaannya.
Bagi kami sekeluarga, ibadah tutup tahun itu kudu. Nggak bisa ditawar-tawar lagi. Beberapa kali saya ditawarkan untuk melayani di luar kota pada malam tahun baru, dan saya pasti akan menolaknya. Karena malam tahun baru identik dengan seluruh keluarga kumpul bersama. Apa hanya sekedar kumpul-kumpul?

Yang membuat kebaktian akhir tahun ini mempunyai magnet adalah karena setiap malam tahun baru, seluruh anggota keluarga akan menyatakan apa desirenya untuk tahun yang akan dijelang dalam beberapa jam lagi. Dan ada buku besar yang akan mencatat setiap doa dan permohan tersebut. Sehingga semuanya direcord dengan baik sekali. Oleh karenanya kami juga dapat melihat apa yang menjadi keinginan kami di tahun sebelumnya, dan sama-sama mengecek apakah keinginan tersebut sudah mendapatkan jawaban.

Sebagai contoh, seorang saudara ipar saya tercatat selama 5 kali pergantian tahun memohon kehadiran anak dalam rumah tangga mereka, dan Tuhan jawab setelah 5 tahun.
Tapi buku ini adalah saksinya, betapa setiap tahun tercatat permohonan itu dalam rangkaian huruf-huruf di atas kertas bergaris, yang disampaikan oleh hati yang menangis. Kami semua seperti bersorak melihat keluarga yang kami kasihi ini mendapat anak yang sudah lama mereka nantikan.
Seorang saudara meminta supaya bisa berhenti merokok sejak tahun 1998, dan di penghujung tahun 2008 ini dia bersaksi bahwa dia sudah sukses berhenti merokok. Waahh...semua sukacita mendengarnya.
Permohonan saya untuk bisa membuat album rekaman menghiasi buku besar ini selama 8 kali. Ketika permohonan itu dijawab, bukan hanya saya yang bergirang, tetapi seluruh anggota keluarga yang turut mendoakan juga bersukacita.
Dan kelak buku besar ini akan diturunkan ke generasi berikutnya, sehingga mereka bisa melihat kesaksian orang tua, om, tante, dan kakek nenek mereka, betapa Tuhan mengasihi orang-orang yang berharap kepadaNya.

Seperti apakah tahun 2009?
Nobody knows. But we know God does.
WELCOME 2009.

Biarlah di tahun 2009 ini kita tetap berkata bahwa Tuhan itu baik.
Bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan orang-orang yang dikasihiNya.

All Blessings,
Julita Manik