Thursday, January 1, 2009
Good Bye 2008, Welcome 2009
Nggak terasa 1 tahun lagi telah berlalu.
Malam tahun baru, 31 Desember 2008, jam di tangan saya menunjukkan hampir pukul 10 malam. Saya baru saja pulang dari pelayanan ibadah tutup tahun di sebuah gereja di kawasan Kelapa Gading, dan sudah seperti orang yang dikejar tayang, ngebut di jalan tol demi sesegera mungkin sampai di rumah mama mertua, berkumpul bersama seluruh keluarga besar untuk bersama mengikuti kebaktian tutup tahun.
Ada sedikit surprise yang saya alami di perjalanan pulang, yaitu melihat semaraknya kembang api di udara. Kalau melihat dari rumah sudah biasa, tapi kali ini pemandangan yang saya lihat adalah dari atas jembatan jalan tol Tanjung Priok-Cawang. Saat itu saya merasa ini suatu pemandangan yang mewah. Sungguh semarak sekali. Sepertinya kembang api itu berbicara akan harapan-harapan di tahun baru yang akan segera menjelang. Tahun yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Yaah...itu pasti harapan dari kita semua.
Akhirnya nyampe juga, dimana semua anggota keluarga sudah lengkap berkumpul. Hanya tinggal saya seorang yang dinantikan ketibaannya.
Bagi kami sekeluarga, ibadah tutup tahun itu kudu. Nggak bisa ditawar-tawar lagi. Beberapa kali saya ditawarkan untuk melayani di luar kota pada malam tahun baru, dan saya pasti akan menolaknya. Karena malam tahun baru identik dengan seluruh keluarga kumpul bersama. Apa hanya sekedar kumpul-kumpul?
Kalau hanya sekedar kumpul-kumpul, mungkin banyak anggota keluarga yang akan absen. Karena banyak tawaran menikmati new year eve yang mungkin lebih menarik. Liburan ke Bali misalnya. Atau menikmati dinginnya udara di Puncak.
Yang membuat kebaktian akhir tahun ini mempunyai magnet adalah karena setiap malam tahun baru, seluruh anggota keluarga akan menyatakan apa desirenya untuk tahun yang akan dijelang dalam beberapa jam lagi. Dan ada buku besar yang akan mencatat setiap doa dan permohan tersebut. Sehingga semuanya direcord dengan baik sekali. Oleh karenanya kami juga dapat melihat apa yang menjadi keinginan kami di tahun sebelumnya, dan sama-sama mengecek apakah keinginan tersebut sudah mendapatkan jawaban.
Dan saya mau saksi ke semua teman-teman, hampir semua doa-doa itu dijawab. Memang ada yang mesti bertahun-tahun menantikan jawaban, tapi buku besar itu menjadi saksi bahwa Tuhan mendengar doa yang tidak berkeputusan.
Sebagai contoh, seorang saudara ipar saya tercatat selama 5 kali pergantian tahun memohon kehadiran anak dalam rumah tangga mereka, dan Tuhan jawab setelah 5 tahun.
Tapi buku ini adalah saksinya, betapa setiap tahun tercatat permohonan itu dalam rangkaian huruf-huruf di atas kertas bergaris, yang disampaikan oleh hati yang menangis. Kami semua seperti bersorak melihat keluarga yang kami kasihi ini mendapat anak yang sudah lama mereka nantikan.
Seorang saudara meminta supaya bisa berhenti merokok sejak tahun 1998, dan di penghujung tahun 2008 ini dia bersaksi bahwa dia sudah sukses berhenti merokok. Waahh...semua sukacita mendengarnya.
Permohonan saya untuk bisa membuat album rekaman menghiasi buku besar ini selama 8 kali. Ketika permohonan itu dijawab, bukan hanya saya yang bergirang, tetapi seluruh anggota keluarga yang turut mendoakan juga bersukacita.
Dan kelak buku besar ini akan diturunkan ke generasi berikutnya, sehingga mereka bisa melihat kesaksian orang tua, om, tante, dan kakek nenek mereka, betapa Tuhan mengasihi orang-orang yang berharap kepadaNya.
Detik demi detik terus berlalu, permohonan demi permohonan, harapan demi harapan sudah digulirkan, dan tibalah di penghujung 2008, sekaligus mengawali 2009.
Seperti apakah tahun 2009?
Nobody knows. But we know God does.
WELCOME 2009.
Jam pasir 2009 sudah berdiri, dan perlahan tapi pasti butir-butir pasir mengalir ke bawah, yang akan habis pada akhir 2009. Seperti jam pasir yang akan terus menghitung waktu, jangan biarkan tahun 2009 ini berlalu tanpa kita mengalami pengenalan akan Tuhan lebih lagi. Tanpa kita menambah keintiman dengan Tuhan lebih lagi.
Biarlah di tahun 2009 ini kita tetap berkata bahwa Tuhan itu baik.
Bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan orang-orang yang dikasihiNya.
All Blessings,
Julita Manik