Saturday, January 10, 2009

BACK TO THE (book of) BIBLE


















This world is crazy about doing something in instant way.

Mulai dari makanan instant, ...hmmh... bagaimana bisa langsing dengan instant, promosi instant, lulus dengan cara instant, ... pokoknya semua yang instant pasti banyak peminatnya.
Demikian juga dalam membaca Alkitab. Kemajuan teknologi membuat munculnya e-Bible yang termuat dalam handphone, ataupun PDA.
Waah, asyik sekali. Nggak perlu lagi bawa Alkitab yang tebal, konkordansi yang tebal, semuanya bisa diringkas dalam 1 gadget multi fungsi.
Anytime, anywhere bisa dibaca. Lho...kok bisa ??? Apa bener ???

Iya dong, manusia modern saat ini kan nggak bisa hidup tanpa hp.
Kalau dilakukan survey, "benda apa yang tidak boleh tidak, selalu harus Anda bawa?", jawaban mayoritas orang adalah 'uang dan hp'.
Bahkan ada beberapa orang yang lebih rela, skali lagi lebih rela ketinggalan dompet daripada ketinggalan hp.
Nggak bawa hp identik dengan terisolasi, atau bahasa kerennya 'nggak exist'.


Nah, balik lagi dengan istilah 'anytime, anywhere bisa baca Alkitab', karena kalau e-Bible ada dalam hp kita, otomatis kita bisa membacanya kapanpun.
Berbeda sekali dengan kalau hanya mengandalkan buku Alkitab.
Udah bawanya males (liat aja di gereja banyaaaaak yang nggak bawa Alkitab saat kebaktian Minggu), pasti makin kecil dong kemungkinan membacanya.


SPOILED BY TECHNOLOGY














Pengalaman pribadi ?
Ngaku nih.... kalau beberapa waktu ini saya sudah jarang sekali membaca (buku) Alkitab.
Sangat dimanjakan dengan kemajuan teknologi, sehingga lebih suka membaca Firman Tuhan di PDAphone daripada buku Alkitab.
Mau search ayat dalam bentuk kata, kalimat, nama orang, tempat, atau apa saja, sangat gampang sekali.
Dalam hitungan detik semuanya keluar....bretttt.
Belum lagi dalam gadget yang besarnya hanya segenggaman tangan ini, bisa mencakup Alkitab versi Indonesia (bisa Terjemahan Lama dan Terjemahan Baru), bisa pilih mau versi Inggris KJV, NKJV, The Message, NASB, NIV, atau yang lain. Terserah Anda.
Apa nggak dimanjakan? Semakin besar memory gadget, semakin banyak Bible software yang bisa diinstall.

Sambil berkata "oohh... I love technology", saya  sangat menikmati cara membaca Alkitab abad ke 21 ini. Apalagi kalau sambil baca Alkitab, kondisi hp sedang ON. Bisa loh, sambil menyelam minum air.
Sambil baca Firman Tuhan, sekalian terima sms. Ooooh.... I like it.
Kadang-kadang Pendeta nggak nyadar, dikirain jemaatnya lagi khusuk dengerin kotbah dan baca Firman di hp, padahal sebenernya lagi baca sms tuuhh..
Tangan ketak ketik tombol hp dikirain lagi bikin catatan kotbah di hp, padahal lagi balas sms. Atau sedang Facebook-an, BBM-an atau YM-an. Deuuuuhh....
Hehe..buka rahasia nih. Kenapa saya tahu ???
Ya...betul dugaan teman-teman, ...karena saya juga melakukannya.

Sampai saya menyadari, bahwa  saya kehilangan banyak hal.
Kehilangan rasa hormat kepada hadirat Tuhan (masa di tengah-tengah kebaktian diinterupsi dengan sms atau segala bentuk koneksi jejaring sosial?),
kehilangan keintiman dengan Tuhan (karna lebih suka berinteraksi dengan sesama manusia di alam yang maya daripada dengan Tuhan),  
kehilangan memorability (susah sekali menghafal ayat dan alamat ayat).
Otak seperti tumpul karena terlalu mengandalkan teknologi.


LOVE LETTER

Mungkin bagi anak ABG jaman sekarang yang mulai fall in love, nggak kenal sama yang namanya surat cinta. Sebab semua pernyataan dan curahan hati sudah bisa dikirim melalui sms atau email. Nggak perlu repot-repot ke kantor pos, beli perangko, dan menunggu beberapa hari sampai surat itu sampai di tangan idaman hati. Berkat teknologi, semuanya bisa nyampe dalam hitungan detik (kalau traffic nggak busy).
Bahkan memutuskan cintapun ada yang melakukannya via sms.
OMG!!!



Saya punya berlembar-lembar surat cinta dari ex boyfriend (kini suami)
yang masih saya filing rapi. Kenangan love letter yang ditulis tangan secara pribadi nggak bisa disebandingkan dengan e-loveletter.
Tulisan tangan yang mungkin nggak sempurna, miring sana miring sini, baris kalimat yang naik turun, tinta yang tiba-tiba menebal, kertas yang dipilih dengan berbagai pertimbangan, kalimat yang dijalin mungkin juga ada coretan di sana sini, bahkan kadang-kadang ada tulisan yang blur tintanya karena terkena tetesan air mata, sangat mewakili pribadi sang penulisnya.  
It talks about nobody's perfect. Berbeda dengan e-letter yang too perfect,
dan tidak terasa sentuhan emosionalnya.
Setiap membaca surat yang ditulis tangan itu, mengalir beragam kenangan yang tidak mungkin dilupakan. Ada intimacy di dalamnya.


BACK TO THE (book of) BIBLE



















Saya mulai menyadari something's missing.
Saya kehilangan intimacy dengan Tuhan.

Teringat kembali Alkitab saya yang sudah lama saya tinggalkan.
Penuh dengan coretan, dan stabilo warna-warni. Saya masih ingat, saat saya menuliskan catatan di pinggiran kertas Alkitab, saat saya mewarnai dengan stabilo, saya ingat saat itu saya sedang ngalamin first love dengan Tuhan. Sampai di bagian yang agak lecek, saya ingat bagian itu paling sering saya baca, saat itu saya ada dalam pergumulan, dan sering membaca ayat itu yang dapat menguatkan saya, sampai halamannya hampir lepas.
Saya ingat di bagian yang lain, ada noda bekas kena air.
Saya ingat, saat itu saya membacanya dengan penuh kerinduan padahal mata sudah tidak bisa diajak kompromi, sehingga saya ketiduran dan (maaf) iler saya membasahi halaman itu. Tercetaklah noda abadi, tapi saya tahu ada cinta di dalamnya.
Alkitab yang penuh coretan dan warna-warni itu menceritakan banyak sekali perjalanan saya mengikut Tuhan, yang tidak mungkin dapat dilupakan.

Bahkan saya ingat pernah ada peristiwa, mau cari ayat, walau tidak tahu persis di halaman berapa, tapi saya ingat ayat yang ingin saya cari itu ada di halaman kanan atas, dan bukan di halaman kiri. Jadilah saya membolak-balik halaman sambil hanya memelototin bagian kanan saja. And I got it. Saat itu memory saya sangat lancar seperti jalan tol. Saya juga banyak hafal alamat ayat, bukan karena jenius, tapi karena harus menemukannya tanpa bantuan teknologi. Lama-lama jadi ingat kan?

Oohh....saya ingin kembali kepada keintiman itu. Saya tidak ingin melupakan semua peristiwa perjalanan saya dengan Tuhan. Itu mungkin salah satu alasan saya ingin kembali membiasakan membaca Alkitab.
Bukan berarti I hate technology...no..no..no..
Trust me, I love it.


Mungkin saya akan combine.
Untuk searching, memang sebaiknya memakai e-Bible karena dapat cepat sekali ketemunya.
Tapi yang jelas I wannna back to the Bible.

Saya mau kembali kepada gairah mula-mula membacanya.
Saya mau kembali merasakan seseorang yang balas membalas surat cinta dengan kekasihnya. Membaca tiap lembar Alkitab seperti membaca surat cinta dari pacar.

Saya juga ingin membacanya tanpa interupsi....
ting tung ting tung
nit nit...nit nit..
or whatever..
("oops...ada sms masuk..
baca nggak...
baca nggak...
baca nggak ya..")

Tanpa disadari segala kemajuan teknologi sudah mengontrol hidup saya.



BACK TO THE (book of) BIBLE.
This my desire.

Hari Minggu ketika ke gereja, saya mulai praktek. Waah...ternyata saya jadi 'gapbuk', gagap buku. Jadi gagap bolak balik lembar Alkitab. Ketahuan banget selama ini hanya pakai digital Bible. Selain itu saya butuh waktu lebih lama untuk mencari ayat, karena nggak ada program search.

Tapi saya nggak menyesal dengan komitmen baru ini. Walau mungkin yang lain memandang pikiran saya ini aneh, nggak lazim, menentang arus kemajuan jaman, saya nggak peduli.
Karena saya melakukannya dengan cinta.
Btw, saya juga masih pakai digital Bible kok, khususnya saat bikin tulisan. Jadi saya nggak anti teknologi.
Oh ya, mulai minggu ini, ketika kebaktian di gereja, saya nggak hanya membawa Alkitab, tapi saya juga meng-OFF kan hp saya.
Kalau nggak sama aja dengan bo'ong dong.
Iya...bacanya sih Alkitab konvensional, tapi sms dan social networking lainnya jalan terus, hehe..


Sekali lagi ini hanya bahan perenungan.
Setiap orang bebas memilih book of Bible atau digital Bible.
Yang penting pilihan teman-teman membuat teman-teman semakin bertumbuh.



All blessings,

Julita Manik



<br><br>



<br><br>