Wednesday, May 30, 2012

THE POWER OF (forgotten) COINS



Seringkali kita menganggap remeh uang koin, karena nilainya yang tidak seberapa.
Kalau jatuh, nggak akan dipungut. Malu aaaaah. Apalagi kalau besarannya hanya Rp 100,-.
Juga tidak mendapat tempat di dompet kita yang branded.  Bisa merusak image.
Tempat menaruhnya bisa dimana saja.
Bisa di laci mobil, tergeletak di meja, atau bahkan di bawah kaki meja buat ganjelan.

Fungsinya biasanya untuk kasih tip buat "polisi cepek" di persimpangan jalan. Atau diberikan ke pengemis yang ada di perhentian lampu merah. Itupun kadang-kadang kita pilih-pilih, kalau melihat yang mengemis wanita atau pria masih muda, masih bisa kerja cari uang, terlintas pikiran  "aaaahh...jangan dikasih, ntar bikin dia jadi pemalas"

Sudah tidak "bernilai", tidak dihargai, apa masih bisa punya power ?
Ingat peribahasa, sediki demi sedikit, lama-lama menjadi bukit ?


TANGAN-TANGAN NAN KECIL TAPI BERHATI BESAR




Junior Church (JC) kami yang jumlahnya nggak lebih dari 10 orang punya beban jiwa yang luar biasa. Mereka mempresentasikan tentang kerinduan melayani jiwa-jiwa yang terhilang.  
 "Tuhan ini tugas kami, beri keb'ranian bagu kami 
   taruhlah roh yang rela melayani..
   dan menyenangkan hati Tuhan itu yang kuingini"  

Tapi apa sih yang bisa dibuat anak kecil ?
Mungkin itu yang ada dalam pikiran orang dewasa.
Salah besar bila berpikir demikian.

Salah satu mujizat yang dicatat di Alkitab diprakarsai seorang anak kecil 
Seorang anak kecil menjadi berkat bagi 5000 pria dewasa (belum terhitung wanita dan anak-anak lainnya) dengan mempersembahkan 5 roti & 2 ikan miliknya.



LITTLE IS MUCH WHEN GOD IS IN IT

Program "KOIN DIAKONIA" di-gongkan di JC.
Kenapa harus koin? 

Supaya semua anak bisa berpartisipasi dengan gembira.. Kaya, menengah, atau golongan ekonomi sederhana.

Sehingga anak dari keluarga sederhana tidak perlu merasa minder kepada anak dari keluarga kaya.

Selain itu, pembelajaran sejak usia dini, untuk memberi, tidak perlu menunggu sampai punya segalanya. Tapi melalui apa yang ada di tangan mereka saat ini. Tuhan mampu melipatgandakan hasilnya.


Luar biasa semangat anak-anak belasan tahun ini.
Sangat meresponi rencana memberkati kaum papa. Walaupun mungkin jumlahnya tidak seberapa, tapi mereka melakukan dengan segenap hati dan kekuatan mereka.

Saya ingat dulu pernah hadir di suatu gereja yang sedang mengumpulkan dana untuk gedung. Biasanya hanya 1x mengedarkan kantong kolekte, untuk dana gedung ditambah 1 kantong kolekte lagi. Gembalanya bersaksi, jumlah uang yang diumpulkan tidak terlalu berbeda secara signifikan. Berarti nominal uang yang diberikan tetap sama, jemaat memecah uangnya menjadi dua bagian, bukan menambahnya.
Misalnya biasanya menaruhkan uang Rp 50,000,- di satu kantong, karena sekarang jadi 2 kantong, jemaat mengisinya dengan Rp 25,000,- per kantong. Kira-kira begitu gambarannya.

Anak kecil nggak begitu. Mereka bahkan rela memberi lebih.


Mereka menyisihkan kembalian uang jajan mereka untuk bisa berpartisipasi dalam "Koin Diakonia".
Bahkan ada loh yang rela tidak jajan seminggu supaya bisa memberi lebih.

Dapat angpau waktu Sinchia juga dimasukkan ke "Koin Diakonia".
Tabung transparan yang tadinya didominasi koin berwarna silver, sekarang mulai berwarna-warni.
Ada biru, hijau, ungu.






Anak kecil lebih polos dan nggak banyak pertimbangan seperti orang dewasa.
Itu sebabnya program Charity harus ditanamkan sejak usia dini.
Supaya anak bangsa ini semakin peduli kepada sesamanya.





THE POWER OF 'FORGOTTEN' COINS


Uang yang terkumpul dalam misi "KOIN DIAKONIA" sejumlah Rp 600,000,-. Dikumpulkan kurang lebih selama 3 bulan. Berarti selama 3 bulan mereka rela mengurangi pemakaian uang jajan mereka.
Selain itu selama 3 bulan mereka lebih 'memperhatikan' keberadaan uang koin yang sering diabaikan. Bila ada kembalian uang belanja di supermarket dalam bentuk koin, dengan semangat anak-anak ini meminta kepada mamanya, untuk didonasikan ke KOIN DIAKONIA.

Uang sejumlah Rp 600,000,- ini dibelikan 60 lunch box dengan menu nasi, daging ayam dan sayuran. Salah seorang jemaat memasakkan menu ini dan rela untuk tidak mengambil keuntungan.

Tak terbayangkan gembiranya hati anak-anak ini, untuk pertama kali dalam hidup mereka, bisa memberi makan siang gratis 'dari hasil keringat mereka sendiri' kepada 60 orang dewasa yang berprofesi sebagai pemulung, pengangkut sampah, tuna wisma, dsb.  Dan mereka bisa melihat dari koin yang sepertinya tak berarti, bisa menorehkan senyuman kepada penerima diakonia yang mengarungi hidup yang nggak mudah di kota metropolitan ini.

Mereka juga melihat dampak dari mengurangi keinginan untuk jajan, ternyata bisa membahagiakan orang lain.

Rombongan anak-anak jc didampingi kakak-kakak pembina dibagi dalam 2 mobil, dan mulai berkeliling untuk membagikan lunch box.

Berikut liputannya:




Mengajarkan "TERLEBIH BERBAHAGIA MEMBERI" sejak usia dini
JC IN CHARITY MISSION little is MUCH
in GOD's hands
JC IN CHARITY MISSION






BERDOA DALAM UNITY SEBELUM MEMBAGI FREE LUNCH BOX
JC IN CHARITY MISSION little is MUCH
when GOD is in it
JC IN CHARITY MISSION





INDAHNYA BERBAGI
JC IN CHARITY MISSION little is MUCH when GOD is in it JC IN CHARITY MISSION


Siapa lagi yang peduli kepada bangsa ini kalau bukan kita sendiri?
Berjuta jiwa tak tahu kemana kan pergi.
Dan kalau Anda dan saya hari-hari ini diberkati, Tuhan bermaksud untuk men-share berkat tersebut. Bukan untuk kita nikmati sendiri.





(dinyanyikan dengan luar biasa indah oleh kakak beradik Georgina, Gamal dan Audrey Tapiheru -putra-putri dari Pdt. George Tapiheru)






  CHARITY ADALAH ISI HATI ALLAH




Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu, semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu."
(IMAMAT 23:22)

Bagi orang percaya dilarang keras mengambil semua berkat yang diperolehnya untuk diri sendiri. Bangsa Israel punya aturan main yang jelas sekali untuk charity. 

Bahkan ketika kita bertemu dengan Yesus pertanyaan yang diajukan adalah kepedulian terhadap sesama. Untuk yang kelaparan, miskin, dan terasing hidup dalam penjara.



Program MISI DIAKONIA ini belum berhenti.
Tempat uang koin juga sudah dipesan khusus, bukan lagi bekas tabung aqua.

Kalau dulu hanya melibatkan anak-anak Junior Church, sekarang terbuka lebar bagi yang memiliki koin.


Bahkan ada anak sekolah minggu yang membawa celengannya ke gereja untuk mendonasikan semua tabungannya. Sampai-sampai mamanya protes banget. Tapi anaknya insist untuk memberi.
Hahaha....that's why Jesus loves children, and told us to learn from them.



ARE YOU READY TO BE A BLESSING?
FYI: Blessed means to be a blessing



All blessings,



Julita Manik

Friday, May 25, 2012

THE MAKING OF MY NEW ALBUM: "GIFT FROM GOD"















Akhirnya released juga.
Ini album saya yang ke 4, atau yang pertama di bawah naungan Blessing Music.
Berisi 12 lagu karya sendiri, yang diciptakan dalam rentang waktu yang cukup panjang.
Ada yang memang baru diciptakan, tapi ada juga yang usianya sudah sangat lawas.

Mengapa memasukkan lagu-lagu lama?
Karena lagu-lagu tersebut punya arti khusus, yang menemani perjalanan mengikut Tuhan yang sudah melewati tahun ke-20.



DEDICATED TO OCHIE MANIK







Album ini mulai digarap tahun lalu, dan besar harapan saya bisa release saat keponakan saya Ochie sedang bertarung melawan penyakit Leukemia. Untuk memberikan penghiburan dan pengharapan di masa-masa menantikan kesembuhan.
Masa-masa sulit untuk ditanggung seorang anak yang baru berusia belasan tahun.

Tapi rencana Tuhan jauh lebih tinggi dari rencana manusia.
Ochie duluan pulang ke rumah Bapa, jauuuuhhh berbulan-bulan sebelum album ini selesai.
Bukannya saya yang menghibur dan memberkati Ochie, sebaliknya kesaksian Ochie yang menghiburkan dan memberkati saya pribadi, dan keluarga besar kami.



12 SONGS = 12 JOURNEYS WITH JESUS


TRACKLIST

1 Aku Percaya Aku Berserah                              7 Kaulah Kerinduanku
2 Indah BersamaMu Tuhan                       8 Bagaimana Kudapat Bertahan
3 Andaikan Ku Harus Memilih                         9 Karna Hanya Engkaulah




4 Kau Tetap Allah                                         10 Kuat Dan Teguh Hatiku
5 Kasih SetiaMu Memulihkan                                         11 Kau Jadikanku
6 Bapa Yang Kekal                                     12 Indonesia Bagi KemuliaanMu




Ada 12 lagu di album ini, nuansa mellow sangat mendominasi.
Julita Manik banget.
Apa boleh buat.... hingga sekarang saya bisanya hanya menulis lagu dengan genre seperti ini.
Sudah berkali-kali mencoba menulis lagu non mellow, nggak bisaaaa.
Baca deh tulisan saya tentang The Chosen 1.
Jujur, hingga sekarang sadar banget, tanpa divine intervention, nggak mungkin saya bisa menulis lagu. Kalau mengandalkan kemampuan, hmmh..... saya mau bilang nggak cukup.
Oleh karenanya saya syukuri saja apa yang ada di tangan saya.
Supaya dari yang sedikit ini tetap bisa jadi berkat bagi banyak orang.

Dari 12 lagu, ada beberapa lagu yang punya arti special dalam perjalanan saya mengikut Yesus. Diantaranya:


TRACK 1: AKU PERCAYA. AKU BERSERAH



















Lagu ini diciptakan untuk Ochie, dan semua teman-teman yang sedang struggling.
Yang sedang menangis karena pahitnya kenyataan di hadapan.
Yang ingin berteriak "WHY LORD?"

Friends, ... Keep believing and trusting Him.
Ketika yang terjadi nggak sama dengan apa yang kita harapkan, berserah saja. Percayakan hidup kita pada rencanaNya.  Tuhan Yesus berjanji memberi hari depan yang penuh harapan kepada semua yang percaya kepadaNya.

Ochie sudah membuktikan melalui hidupnya yang singkat.
Tidak ada yang sia-sia ketika Ochie memilih untuk tetap percaya kepada firmanNya, tetap bersyukur atas jalanNya, dan berserah kepada rencanaNya, Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktuNya.

Bagi Ochie yang sudah RIP saja, Tuhan bisa mengubah semua duka menjadi suka, buruk menjadi indah, apalagi bagi Anda dan saya yang masih diberi kesempatan untuk berkarya, diberi kesempatan untuk menjalani hari-hari.



TRACK 2: INDAH BERSAMAMU TUHAN



















Keindahan menjalani hidup ini tidak ditentukan oleh berkat, tempat, atau situasi tertentu.
Tapi ditentukan oleh faktor: "dengan siapa Anda menjalaninya ?"

Keindahan hidup ini tidak ditentukan ketika hari-hari kita penuh dengan tawa saja. Even pada hari-hari air mata, kalau di dalamnya ada Tuhan, akan menjadi hari yang indah.

Lembah kekelaman nggak terasa kelam lagi, padang gurun nggak terasa kering lagi, bila Tuhan beserta kita. Keadaan seekstrim apapun, pemandangan seburuk apapun, akan  menjadi indah saat berjalan bersama Yesus.

Bukan dongeng, tapi sudah dibuktikan ribuan tahun lamanya.
Daud merasakan indahnya penyertaan Tuhan bukan hanya ketika berada di padang rumput hijau atau air yang tenang, bahkan ketika ada di lembah bayang-bayang maut, dan juga ketika berada di hadapan musuh-musuhnya.

Yusuf merasakan keindahan dalam hari-harinya bukan hanya ketika sudah dinobatkan menjadi Mangkubumi di Mesir saja , tapi juga ketika bekerja sebagai budak, atau ketika berada di dalam penjara yang gelap.

Situasi yang terburuk sekalipun, akan menjadi indah bila dijalani bersama Yesus..
Ini pesan dari lagu di track 2.


TRACK 3: ANDAIKAN KU HARUS MEMILIH



















Ada yang bilang: "Kok judul lagunya kayak judul sinetron ?"
Bukan karena mencari judul yang catchy, tapi dari pertama terinspirasi menulis lagu ini, kata "ANDAI" dan "MEMILIH" sangat kuat terngiang di hati saya.

Hidup yang kita jalani mencerminkan keputusan atas pilihan-pilihan yang ada dalam waktu-waktu kita.  Alkitab mengajarkan hanya ada 2 pilihan, mengikut Yesus atau tidak.
Tidak ada tengah-tengah.

Seperti yang Yosua katakan kepada umat Israel:















Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori nyang negerinya kamu diami ini.
Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN.

(Yosua 24:15)



TRACK 8:  BAGAIMANA KUDAPAT BERTAHAN







Ini salah satu lagu favorit saya, tapi nggak favorit bagi produser.
Selalu mencoba menyodorkan lagu ini, tapi nggak pernah diapprove.
Baru di album ini saya bisa menyanyikan lagu kesukaan saya ini.

Esensinya, kita ini nggak bisa hidup tanpa Tuhan.
Setiap saat kita perlu Yesus. Apalagi saat badai menggoncang, habislah kita kalau Yesus tidak menopang.

Ketika Tuhan berkata bahwa pencobaan yang kita alami adalah pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia, bukan berarti itu ringan loh.
Tapi karena ada kekuatan Tuhan yang menopang, baru seseorang dapat berkata pergumulan yang dialaminya biasa, tidak lebih dari kekuatannya.
Tanpa Tuhan, kesukaran, pergumulan, masalah, akan mematikan orang fasik (Mazmur 34)

"God, with this song, I just want to let You know.... I'm desperate without You."



TRACK 12: INDONESIA BAGI KEMULIAANMU














Ini lagu yang usianya paling tua di album ini.
Dicatatan saya tertulis tanggal 18 Juli 1990.
Hmmmh.... berarti usianya sudah 22 tahun ya.
Lagu ciptaan saya yang ke-13 dan lagu pertama yang dipublish.
Waktu itu oleh kelompok Celebration of Praise di Bandung.

Saat-saat itu saya mindernya setengah mati.
Nggak percaya bahwa dari lagu yang sangat sederhana ini, dan ditulis oleh seseorang yang tidak punya pengalaman, bisa memberkati banyak orang.

Tapi justru inilah lagu yang meyakinkan saya untuk memberi diri dipakai Tuhan dengan caraNya, karena mendengar kesaksian banyak yang diberkati dan menyerahkan hidupnya untuk Tuhan melalui lagu ini.

Hingga saat ini lagu "Indonesia Bagi KemuliaanMu" sudah diadaptasi ke dalam bahasa Malaysia, Taiwan dan Korea (omo...omo.... congmal....  I can't believe this!!!).







Kelihatannya nggak nyambung ya, memasukkan lagu doa untuk negeri ke dalam album ini.
Apa sih alasannya?

Lagu ini diciptakan 22 tahun lalu.
Dan dalam kurun waktu itu, ada banyak janji-janji Tuhan yang sepertinya impossible untuk terjadi dalam hidup saya.
Panjaaaaaangnya waktu penantian, setiap saat bisa merenggut keteguhan iman.
Lamaaaaaanya penantian hampir meluluhlantakkan kepercayaan bahwa Tuhan setia dan masih sanggup memenuhi janjiNya.

Tapi akhirnya..... setelah melalui rentang waktu yang sangat panjang, Tuhan menggenapi janjiNya. Dan tidak terlambat. Semuanya indah pada waktuNya.

Friends, saat menghadapi pergumulan yang berat, sering kita tergoda untuk meragukan kesetiaan dan kedahsyatan Yesus Tuhan kita. Tapi percayalah, Dia Allah yang setia dan tidak ada kecurangan padaNya. Jangan pernah menyerah, terus berharap dan nantikan Tuhan menyelesaikan rencanaNya dalam hidup Anda.



TRACK 6: BAPA YANG KEKAL

My masterpiece.
Sudah ada postingan tentang lagu ini. Jadi saya nggak akan bahas lagi ya.

FYI: dari semua lagu yang saya tulis, lagu inilah yang paling banyak direkam oleh penyanyi rohani dengan berbagai usia. Menyadarkan saya betapa besarnya kebutuhan akan Bapa dalam kehidupan manusia. Dan betapa bahagianya punya Allah yang menamakan diriNya Bapa.

Dari berbagai versi Bapa Yang Kekal, ada satu versi yang nggak banyak orang tahu, yaitu versi dalam bahasa tetun (Timor Leste)









LAST BUT NOT LEAST.....

















 - BLESSING MUSIC
dan keluarga besar DISC TARRA












- TOMMY WIDODO 
      music arranger











 - SISI HAPSARI
     backup singer







dan untuk semua teman-teman yang sudah mendukung dalam doa, sehingga album ini bisa release.

Semoga kehadiran album ini bisa memberkati teman-teman semua.

God bless you.







All Blessings,



Julita Manik


Friday, May 18, 2012

I'm JUST A SOLDIER COMING HOME



Bingung dengan title ini ?
Saya tergerak untuk menuliskan pengalaman pribadi after joining Doulos Camp beberapa waktu lalu. Terus terang, sebenarnya enggan sekali mengikuti acara ini, karena keberatan-keberatan hati nurani.
Tapi mau nggak mau, tetap harus ikut. karena persyaratan pendidikan pelayanan yang sedang saya ikuti.
Kenapa enggan mengikutinya?  Apakah karena takut dibentak? dimarahi? dihukum?
Saya punya alasan kuat untuk itu.  



Dulu semasa masih tinggal bersama orangtua, dari kecil sampai tamat SMA, dididik dalam suasana bernuansa voltase tinggi. Rasanya stress sekali. Pengen cepat bisa keluar dari rumah.
Masuk ITB, mengikuti program OSPEK, yang sangat keras sekali (pada waktu itu), yang membuat saya mengalami nightmare selama 2 minggu setelah program tersebut selesai.


Sejak saat itu saya berkata " Enough....!!!"
"Saya nggak mau lagi ada suasana ketegangan, kemarahan dalam hidup saya. Kalau bisa... sedapat mungkin saya akan menghindarinya."

Dan itu saya terapkan......  benar-benar.
Saya menghindari "tegangan tinggi".

Memilih gereja lokal, saya lihat dulu...
gembalanya pemarah nggak.
Berdoa untuk soulmate... kalau pemarah atau suka memaksakan kehendak.... no way.
Demikian juga ketika semua gembala dan pengerja gereja lokal saya mengikuti program semacam Doulos ini sekitar 5-6 tahun lalu, hanya saya seorang yang menyatakan "TIDAK AKAN IKUT!!!".

Bener loh...
Bukan karena takut, tapi menyangkut prinsip.

Saya berkata kepada teman-teman saya "kita lihat saja buktinya, mana yang lebih setia melayani Tuhan, kamu yang ikut training ini, atau saya yang tidak ikut."

Kenapa saya berani berkata seperti itu ? Sesumbar? Sok ? Merasa lebih hebat ?
Sama sekali tidak. Saya tahu persis, kalau saya bisa melayani Tuhan adalah kasih karunia.
Tuhan yang pilih saya, bukan saya yang pilih Tuhan.

Kenapa saya berani berkata tanpa training tsb pun saya akan tetap melayani Tuhan ?
The only reason yang membuat saya hingga saat ini masih melayani Tuhan, karena sekalipun saya serahkan nyawa, mati untuk Tuhan, nggak akan pernah bisa bayar semua pengorbanan yang Tuhan Yesus berikan untuk saya.
Terlalu mahal harganya. Yang bisa saya lakukan hanyalah melayani Dia seumur hidup.
Sekalipun nggak setara, tapi itu cara saya untuk berterimakasih.
Tidak perlu bentakan, saya akan tetap melayani Tuhan.
Tidak perlu dihukum dulu, saya akan terus belajar beri yang terbaik untuk Tuhan


"JOINING THIS DOULOS CAMP WAS THE WORST DECISION I EVER MADE"



Seperti yang sudah saya duga (karena saya sudah pernah melihat pre-camp seperti ini 5 tahun lalu), suasana tegangan tinggi mulai terasa.
Bentakan, kata-kata sarkas, omelan, menjadi menu setiap sessi acara. Suasana mencekam.
Nada bicara komandan "do" tinggi semuanya.
Kata-kata yang diucapkan oleh komandan kepada peserta yang membuat kesalahan sangat menyakitkan hati. Padahal, siapa sih manusia yang nggak pernah berbuat salah ?
Saya sibuk membenahi hati saya untuk tidak tersinggung, berusaha rendah hati, dan tidak marah.


Saya pikir, perserta melakukan tugas yang diberikan, bukan lagi karena rela, tapi karena takut dihukum.
"Ini nggak benar", begitu pikiran saya. Cara Tuhan Yesus nggak seperti ini. Bukan kemarahan meledak-ledak. Yang saya tahu "KASIH" adalah cara Yesus.

Tingkat hukuman juga semakin bertambah.
Dari kesalahan 1 orang ditanggung sendiri. Kemudian meningkat, kesalahan 1 orang ditanggung 1 kelompok atau satgas. Terakhir kesalahan 1 orang ditanggung semua peserta.
Artinya bila 1 peserta berbuat kesalahan, seluruh peserta dihukum. Masih mending kalau hanya kena hukum saja, tapi sembari dimarahi, dan dibentak. Dan itu loh.... komandan pinter banget milih kalimat-kalimat yang daleeeeem banget bikin hati pedih. Apa karena saya seniman ya? Jadi perasaan gampang diaduk-aduk.

Saya sibuk bertanya kepada Tuhan, apa sih maksud Tuhan sehingga saya ada di acara ini ?
Saya percaya dalam kehidupan orang perrcaya tidak ada istilah "kebetulan".


Sebenarnya setiap sessi firman saya teramat sangat diberkati. Tapi sebelum sessi firman, atau sesudah sessi firman, bentakan kembali terdengar.
Suara kemarahan yang menggelegar seperti merontokkan semangat.
Pada sessi basuh kaki saya benar-benar nggak konsen. Padahal saya ingat belasan tahun lalu saya pertama kali melakukan acara basuh kaki dengan teman-teman sepelayanan di kampus, saya nangis Bombay. Terharu.

Benar-benar mendalami makna basuh kaki Tuhan Yesus dengan murid-muridNya. Sekarang ?

Salah seorang komandan menegur saya sebelum basuh kaki "renungkan.... nangis..." 
Saya nggak bisa nangis. Feeling basuh kaki udah nggak dapat.
Berulang kali saya berkata kepada hati saya :  
"ini keputusan terburuk yang pernah saya buat dalam pelayanan."
Kalau saja saya bawa mobil pribadi ke acara itu, pasti di malam pertama Doulos camp saya sudah pulang.



LEARN FROM A SOLDIER



Keesokan paginya, saya masih belum mengerti kenapa saya masuk dalam acara yang sangat tidak saya sukai ini. Yang bertentangan dengan hati nurani saya.
Rasanya batin ini menderita sekali.

Pagi itu sebelum sessi firman, diputar sebuah video clip tentang kehidupan seorang prajurit.
Video itu sangat menyentuh hati saya. Mengalahkan segala kekesalan saya sebelumnya.


Saya tersentak, mata saya tercelikkan, hati saya dijamah, dan air mata menetes.
Ada kalimat  yang sangat menyentuh:
"jangan mengucapkan kata-kata sedih ketika aku mati, ..... jangan menangis di pusaraku,  aku hanyalah seorang prajurit yang menunaikan tugas." (kira-kira seperti itu).

Berasa banget di clip tersebut kalau si prajurit taat 100% kepada komandannya. Tujuan hidupnya menyenangkan hati komandannya.
Sekalipun air mata, beban yang berat, terpisah dari keluarga, yang dia tahu hanyalah menyelesaikan tugas yang dipercayakan oleh komandannya dengan sebaik-baiknya.
Tidak kenal istilah mundur, seberat apapun tantangan di medan pertempuran.


Saya ingat ada firman Tuhan yang berkata:

Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.
(2 Timotius 2:3-4)



ENDURE HARDNESS.
NEVER GET ENTANGLED IN CIVILIAN PURSUITS






Itulah yang membedakan prajurit dan sipil.
Prajurit, sekeras apapun tantangan di depannya, tidak pernah menyerah. Maju terus melakukan tugas yang diembannya.. Tidak demanding.

Sekalipun berat, ada air mata, hidup parajurit diabdikan untuk mentaati komandannya.
Panglima Uria mencontohkan kehidupan prajurit sejati saat dipanggil pulang oleh Raja Daud. Ia tidak mau pulang ke rumahnya, tidur di tempat tidur yang nyaman, karena dia tahu rekan-rekannya, anak buahnya sedang berjuang di medan peperangan.

Baru-baru ini terjadi peristiwa duka tragedi Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Jawa Barat. Deg-degan, saya selalu mengikuti perkembangan peristiwa tersebut karena ada 2 sahabat dalam Tuhan yang termasuk dalam passengers list pesawat yang jatuh berkeping-keping itu. Sambil berdoa agar kedua sahabat saya bisa diselamatkan.
Hari-hari evakuasi, kita dapat gambaran bagaimana seorang prajurit berjuang.
Penat tak terhingga karena medan yang keras dengan kemiringan nyaris 90 derajat, tidur bergelantungan di pohon, kena dera hujan yang tidak kenal kompromi, turun jurang, apapun mereka lakukan. Tidak kenal kata menyerah, semuanya dipertaruhkan, demi tugas.


IT IS ALL ABOUT JESUS



Saya bersyukur dalam training yang saya ikuti ini, saya kembali diingatkan.  
Stop talking about me, me, me. 
It is all about Jesus.
Kenapa hukuman ditingkatkan ?
Supaya peserta mulai beranjak dari peduli diri sendiri, kepada peduli kepada orang lain, teman-teman sepelayanan, jemaat yang kita layani, karena itu yang Tuhan Yesus kehendaki.


Endure hardness.
Bukan lagi hidup untuk diri sendiri tapi untuk Tuhan.
Walaupun sudah melayani lama, sering nilai-nilai yang paling hakiki dalam firman Tuhan mulai pudar.

Di Doulos camp, moment inilah yang paling memberkati saya.
Saya diingatkan untuk hidup bagi Yesus, dan bukan untuk diri sendiri.


Setelah search di google dan tidak menemukan clip yang sangat memberkati tsb, saya menukan clip ini. Nggak sama tapi liriknya sangat memberkati. Tentang seorang prajurit yang sudah selesai menunaikan tugasnya. Atau tepatnya yang sudah selesai masa tugasnya, dan pulang ke rumah Bapa.




Artist: Janet Paschal  “Another Soldier’s Coming Home"


verse 1:
His back is bent and weary
His voice is tired and low
His sword is worn from battle
And his steps have gotten slow
But he used to walk on water
Or it seemed that way to me
I know he moved some mountains
And never left his knees.


chorus:
Strike up the band
Assemble the choir
Another soldier’s coming home
Another warrior hears the call he’s waited for so long.
He’ll battle no more
('cause) He’s won his wars
Make sure Heaven’s table has room for at least one more.
Sing a welcome song
Another soldier’s coming home.


verse 2:
He faced the winds of sorrow
But his heart knew no retreat
He walked in narrow places
Knowing Christ knew no defeat
But, now his steps turn homeward
So much closer to the prize
He’s sounding kind of homesick
There’s a longing in his eyes.


Kalau saya meninggal nanti, pulang ke rumah Bapa, saya ingin lagu ini dinyanyikan di acara funeral service.
Please don't cry, don't speak sorrowful words. 
Nothing special about me and my life.
I'm just a soldier coming home.

Saya bersyukur nggak jadi pulang malam sebelumnya.
Kalau saya pulang, tidak akan mendapatkan pencerahan.
(but still I hate anger and prefer love)



                       All Blessings,



                       Julita Manik



PS.   Another soldier's coming home.

Mengenang Kornel Sihombing (bang Onyek)  dan Capt. Darwin Pelawi
Selamat jalan sahabat. Sampai bertemu lagi.
Penghiburan dari Tuhan Yesus menguatkan seluruh keluarga yang ditinggalkan.







<br><br>



<br><br>