Tuesday, July 15, 2008

Do You Want to Look Standing Out in The Crowd?


















Be an extraordinary people.

Extraordinary people adalah orang yang tidak biasa, atau orang yang ‘lebih’ dari orang yang biasa. Ditengah-tengah orang yang average atau rata-rata, ia pasti standing out. Stunning. Keberadaannya nggak bisa ditutupi.
Pasti kelihatan. Karena ia berbeda. Kehadirannya dapat dibedakan dari orang yang sekedar biasa-biasa saja.

How to be extraordinary? The answer is so simple.
Just put a little extra effort in everything you do, and than you'll become extraordinary.
Just a little extra effort. Sedikit saja tambahan upaya, maka kita akan berbeda dari orang-orang yang sama sekali tidak menambahkan apapun.
Tetapi walaupun sedikit, seringkali kita malas untuk memulai berupaya ‘sedikit lebih’. Apalagi ‘banyak lebih’. Berhenti berpikir bagaimana berupaya banyak, bila kita tidak pernah mau memulainya dari yang sedikit.
Itu hanya akan menjadi angan-angan yang tidak pernah kesampaian.

Ada teman saya yang bercerita bahwa di gereja mereka hampir semua staff fulltimer sekretariat sangatlah average. Bahkan mungkin below average, sehingga sangat mengesalkan para gembala dan pengerja, karena tidak melayani maximal. Mereka semua kelihatan sama, tidak ada bedanya.
Pagi datang terlambat, dan sore tidak mau rugi 1 menitpun dari waktu pulang. Tapi satu ketika, salah seorang staff tersebut mendadak kelihatan berbeda dari teman-temannya. Dia lebih rajin dan bertanggung jawab dalam mengerjakan banyak hal. Perubahan yang dia alami tidak bisa ditutup-tutupi. Langsung mencolok dibanding yang lainnya. Bila ada pengerja yang ingin memberkati staff fultimer, kepada siapa akan ia berikan? Pasti kepada yang stunning.

Teman-teman pasti sudah rajin Saat Teduh ya.. Bagus sekali...!!!
Apakah sudah pernah membaca Alkitab sampai habis dari Kejadian-Wahyu?
Sangat bagus....sekali !!!
Bukan 1x atau 2x saja tapi sering kali saat mendengarkan khotbah, ada pengkhotbah yang bertanya kepada jemaat ada berapa orang yang pernah selesai membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu. Dan yang mengangkat tangan sangatlah minimalis. Biasanya nggak lebih dari 5 orang.
Bahkan bisa kurang dari itu.
Tentu semua jemaat sudah rajin Saat Teduh dan baca Alkitab tiap hari, karena sudah menjadi pengajaran dasar yang harus disampaikan gembala dan pengerja setempat. Tapi sangatlah sedikit yang berani mengakui bahwa telah membacanya sampai selesai dari Kejadian sampai Wahyu.
Saya dulu juga termasuk orang yang tidak berani angkat tangan, karena memang nggak pernah benar-benar selesai membacanya. Ada beberapa Kitab favorit yang selalu dan berulang-ulang saya baca, dan yang nggak favorit hampir tidak pernah saya sentuh. Tapi ketika seringkali pengkhotbah menanyakan lewat mimbar, saya menjadi malu kepada diri saya sendiri, dan sangat juga sedih melihat kenyataan ternyata banyak orang termasuk saya yang belum pernah dan tidak tertarik untuk benar-benar menyelesaikannya.
Akhirnya saya memutuskan untuk mulai serius melakukannya.

Saya menggunakan Alkitab 1 Tahun, sehingga pembacaan saya menjadi sistematis dan teratur. Kalau hanya mengandalkan kertas sisipan ayat-ayat untuk 1 tahun, seringkali kertasnya hilang, sebelum sempat menyelesaikannya.
Saya melakukannya sejak 1 Januari 2003 hingga sekarang, sudah 5x selesai baca Kejadian-Wahyu. Bukan berarti saya merasa lebih pintar,... bukan...
Ini pertanggungjawaban saya di hadapan Tuhan untuk menghormati semua FirmanNya yang tertulis, dan membacanya tanpa pilih-pilih.
Setiap sampai di pembacaan tanggal 31 Desember, mata saya berkaca-kaca.
Ada rasa haru yang menyergap. Tuhan masih beri kesempatan untuk membaca FirmanNya secara utuh sampai akhir tahun, dan di depan ada tahun yang baru, dimana kesetiaan untuk membaca FirmanNya kembali diuji.

Karena merasa sangat diberkati membaca Alkitab Sepanjang Tahun, kemudian saya membagikan visi ini kepada teman-teman sekerja imam musik, dan memberikan Alkitab Sepanjang Tahun kepada mereka juga.
Tapi saat mengecek apakah mereka membacanya, hati saya sangat sedih, karena kebanyakan tidak menggunakannya.
Dalam kesempatan ini saya ingin menggugah hati teman-teman.
Baik sekali kalau teman-teman sudah rajin Saat Teduh dan baca Alkitab.
Selanjutnya mari kita berkomitmen untuk juga menyelesaikannya secara utuh dari Kejadian-Wahyu.
Biarlah kita menambahkan porsi dari yang selama ini sudah kita lakukan.





Teh tawar yang diberi 1 sendok gula, tentu berbeda dengan yang tawar.
Demikian juga teh tawar yang diberi 2 sendok gula tentu berbeda dengan teh tawar yang hanya 1 sendok gula.




Orang yang memberi 10% dari penghasilannya untuk Tuhan, tentu akan berbeda dari orang yang memberi 11%.
Tambahan sebesar 1% itu membuatnya berbeda.
Berbeda dalam kemurahan hati.
Berbeda dalam kasih kepada Kerajaan Allah.
Memberi lebih 1% untuk Kerajaan Allah berarti kita rela mengurangi pemakaian uang untuk kepentingan pribadi sebesar 1%. Kalau tadinya kita memakai 90% uang untuk kepentingan kita, sekarang menjadi 89%. Seringkali kita langsung memikirkan memberi dalam jumlah yang besar, misal 20%, dan ternyata dipikir-pikir jumlah itu cukup besar, sehingga kita sangat dibebani, merasa tidak sanggup dan akhirnya tidak pernah mewujudkannya. Belum dijalani udah keder duluan.
Memang ada orang yang bisa langsung memberi 20%, tapi kebanyakan tidak.
Jika kita masuk ke kategori yang kedua, mulai dari jumlah yang
‘sedikit lebih’, sehingga lebih membumi.
Sesudah kita mampu memberi 11%, to be another extraordinary, we put another 1%, and we can give 12% now. Ini belum 'the end', tapi secara continue kita perbesar kapasitas untuk memberi.
Extraordinary people is a growing people.
Growing in giving another bigger effort
.

Dalam fund raising untuk pembangunan gereja ataupun rumah doa, hal ini sudah mulai diterapkan. Sehingga bagi yang tidak bisa memberi langsung dalam jumlah besar, diberi kesempatan untuk melakukan pemberian dalam bentuk janji iman. Ada yang 3x, 5x, 10x, 12x, atau 24x, (terserah kepada pemberi), dalam nominal tertentu.
Tanpa disadari jumlah kumulatif yang diberi juga bertambah besar.
Misal, penghasilan seseorang Rp 1 juta. Perpuluhan Rp 100.000.
Bila harus memberi 10% lagi yaitu Rp 100.000 untuk pembangunan gereja, mungkin belum mampu. Sehingga orang tesebut memutuskan memberi Rp 15.000 setiap bulan selama 20 bulan. Alhasil total pemberiannya
menjadi Rp 300.000. Orang tersebut dilatih untuk mulai mengurangi pemakaian uang untuk keperluan pribadinya sebesar Rp 15.000 perbulan dan memberikannya untuk Tuhan, dan melakukannya dalam komitmen 20 bulan.
Kumulatif pemberiannya juga mengalami kemajuan.

Sifat kedagingan membuat manusia enggan memberi 'sedikit lebih' untuk Tuhan dan mengurangi bagian untuk dirinya sendiri.
Saya sendiri mengalaminya.
Dalam memanage schedule saya, saya selalu hitung mundur. Khususnya bila harus bangun lebih cepat di pagi harinya, karena ada kegiatan yang menuntut untuk berangkat lebih pagi.
Misalnya harus berangkat dari rumah jam 4.30 pagi.
Biasanya waktu yang saya butuhkan mulai dari saat teduh sampai selesai berkemas, adalah 1,5 jam. Dihitung mundur berarti saya harus bangun jam 3.00. Kemudian saya set alarm supaya berdering saat jam 3. Di PDA saya, bila saya set jam 3 maka akan mulai berdering jam 2.55 (ada pengurangan waktu 5 menit). Sepertinya sang programmer tahu bahwa manusia itu nggak langsung bangun saat alarm berdering. Saya nggak mau kehilangan waktu 5 menit untuk tidur, sehingga saya mereset menjadi jam 3.05.
Aduuuhhh....benar-benar nggak mau rugi.....!
Padahal bila bangun lebih awal lagi, saya bisa menambah waktu fellowship saya dengan Tuhan, dan saya lebih tidak terburu-buru saat berkemas.
Tidak mau kehilangan 5 menit pun untuk kedagingan. Bahkan kadang-kadang malah ditambah. Bukankah sering saat alarm berdering kita mematikannya, dan berkata “…5 menit lagi ahhh…....." dan melanjutkan tidur. Dan ujung-ujungnya kebablasan...!!!
Sementara sering di rumah doa, bila selesainya lebih lambat 5 menit dari biasa, langsung lirik-lirik jam, nggak konsen lagi dan mulai mengeluh…...
”kok lama banget nih selesainya…!”.


Tuhan Yesus selalu stunning in the crowd.
















Dia telah memberi teladan bagi kita semua.
Tuhan Yesus berkata : “Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh 1 mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil” (Matius 5:41).
Walk extra mile.

Jangan mau hanya sekedar menjadi orang yang biasa dan rata-rata.
Kalau Tuhan yang menyuruh, berarti kita punya kemampuan atau dimampukan untuk melakukannya. Dia telah memberi teladan. Bagian kita mengikuti teladanNya.
Tuhan suka dengan orang yang memberi upaya lebih.
Saat Ia bekerja menjadi seorang tukang kayu, Ia pasti bekerja dengan walking extra miles. Nggak mungkin Tuhan menyuruh kita melakukan sesuatu yang Dia sendiri tidak lakukan.
Karena Tuhan selalu memberi lebih, bahkan nyawaNya sendiri.
Ketika mendapat perenungan ini, saya ingin menjadi orang yang extraordinary, supaya Tuhan Yesus dimuliakan. Mau belajar memberi lebih untuk Tuhan dan mengurangi bagian untuk diri sendiri.
Bukan hanya dalam pelayanan kepada Tuhan, tetapi juga pelayanan kepada manusia.

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
(Lukas 10:16)


(Thanks to BPD-GBI DKI, and Winner Camp team)

All blessings,

Julita

No comments:

Post a Comment



<br><br>



<br><br>