Monday, September 22, 2008

The Making of Album "Indah Pada WaktuNya"







...PRAISE GOD...


...akhirnya...
..klaarrr juga..!








Inilah album terbaru saya yang akan release akhir September.
Title : "INDAH PADA WAKTUNYA", by Harvest Music, 2008.

Lagu "Indah Pada WaktuNya" terpilih menjadi album title karena :
saya merasa hari-hari ini banyak anak-anak Tuhan yang mengalami kejadian-kejadian yang tidak dimengerti kenapa Tuhan ijinkan terjadi.
Melalui lagu ini saya ingin share kepada semua yang sedang mengalami pergumulan, bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan umatNya sekalipun kelihatannya pahit yang dirasakan. Tuhan kita yang setia akan membuktikan bahwa segalanya akan indah pada waktuNya.

Proses rekaman, dilakukan sekitar 2 minggu. Tapi persiapannya, mulai dari collecting the songs, sudah dilakukan beberapa bulan sebelumnya. Aduuuh...saking lamanya pilih-pilih lagu, sampai saya mendelete halaman 'Progress My New Album' dari blog ini. Habis progressnya lambaaat bangetss.. haha...lebih lambat dari speed internet di rumah saya...

Ada 10 lagu dalam album ini, 5 diantaranya adalah karya saya sendiri (Di Batas Kekuatanku, Indah Pada WaktuNya, Yesus NamaMu Termanis, Temukan Dalam Hidupku, Tak Pernah Habis KebaikanMu), dan 2 lagu karya Irwan Alexander, yang semakin jago aja tulis lagu (Engkau Hebat, dan Amanku BersamaMu), 1 lagu karya Frontline Generation, ehm..saya sangat ngefan dengan grup musik rohani ini (Besarlah Tuhan), 1 lagu karya Daniel Runtuwene & Jonathan Chang dari Harvest Praise Ministry, the other Indonesian Gospel Band yang saya sangat suka...banget !! (Dia Baik), dan 1 lagu karya Andre Hermanto & Winny Jessica Setyawan dari True Worshippers (Maha Kuasa Maha Mulia).


Konsep album kali ini adalah Live Praise & Worship, dan saya nge WL di PW nya. Kenapa sih harus live PW ?
Saya ingat pertama kali saya mengalami kasih mula-mula, dan juga pertama kali saya mengeluarkan airmata dalam suatu kebaktian adalah dalam kebaktian P&W di kampus saya. Padahal jujur aja, motivasi saya ikut kebaktian saat itu bener-bener nggak murni. Karena setiap kali kebaktian khusus P&W yang diadakan hanya 1 kali dalam 1 semester, ada konsumsi untuk setiap yang hadir. Nah, motivasi saya saat itu bukan mencari Tuhan, tapi free makan siang nya (maklum mahasiswa, status anak kost lagi, paling demen yang gratisssaan....)
Tapi puji Tuhan, Dia tidak melihat motivasi saya. Dia hanya melihat bahwa saya perlu kasihNya. Keindahan tiap pujian yang ditujukan kepada Tuhan Yesus sepanjang 60 menit sangat menyentuh hati saya, dan belum pernah saya rasakan sebelumnya, sehingga nggak terasa airmata mengalir untuk pertamakalinya dalam kebaktian (sebelumnya nggak pernah sama sekali, malah sering ngantuk saat ibadah... oohh..ampuni hambaMu Tuhan....)
Oleh karena itu melalui album ini, harapan saya, seperti dulu saya dijamah Tuhan melalui Praise & Worship, saya rindu ada orang-orang yang dijamah sepanjang 10 lagu Praise & Worship, ada yang mengalami kasih mula-mula, ada yang menyerahkan hidup kepada Tuhan, dan ada yang kembali kepda Tuhan.

THEY REALLY HAVE THE TALENT !!!



















(dari ki-ka : Grace, Teddy GeTT, Bobby OW, Karin, Patudu and me)

Beberapa lagu dalam album ini featuring sahabat-sahabat saya yang sangat talented dalam menyanyi, ada Bobby One Way, Stefie, Rudy Tan, dan.....
Patudu 'Idol'... (girls don't scream too loud..yah..)
Juga ada Teddy GeTT, dan Karin Budiman yang menjadi back up singers..

Proses rekaman berjalan tanpa halangan yang berarti, karena semua teman-teman yang membantu mewujudkan album ini sangat capable di bidangnya. Jarang terjadi retake sampai bibir dower dan kerongkongan kering... pokoknya semua asyiik, dan saya sangat enjoy dalam pembuatan album ini.


Ehhmm...bersyukur banget dapat kesempatan duet bareng Patudu.. thanks for MNC Management. Mulanya penasaran juga kayak apa sih orangnya, kan selama ini liatnya hanya dari TV (and I voted for him you know...)
Sewaktu muncul ternyata orangnya imut banget, dan sangat humble.
Suaranya lembuuuuttt, sangat menina bobokan. Patudu menyanyikan lagu
"Di Batas Kekuatanku". Orangnya sangat kooperatif saat take vocal, dan nggak sok ngartis.. Saat harus retake vocal juga nggak pernah complain.
Wah surprised juga...padahal Patudu tuh masuk top three loh..di Indo Idol..
Wish that he can keep being humble
....
nggak berubah di waktu-waktu seterusnya.
Saya ingat sekali setiap performancenya di Indo Idol, selalu seperti lolos dari lubang jarum, dan ia mengucap syukur kepada Tuhan dengan gayanya yang khas.... point up his finger to God..
Wah...cool sekali, nggak bertele-tele tapi dapat dirasakan pengucapan syukurnya. Dan teman-teman semua tahu kan, dari seseorang yang nggak diperhitungkan, pelan tapi pasti Patudu menyingkirkan semua saingannya hingga berhenti di 3 besar. TOP 3 gituu lohhh...


Rudy Tan mengisi lagu "Tak Pernah Habis KebaikanMu" in Mandarin version.
Whaaatttt ??? Julita bikin lagu Mandarin ??? Haha..maunya sih.
Saya bikin lagu ini dalam bahasa Indonesia, tapi karena melodynya teramat sangat kental nuansa Mandarinnya, jadi minta tolong Kezia untuk translate ke bahasa Mandarin. Dan Rudy Tan membawakannya dengan sangat perfect, sangat menghanyutkan ( I think no one can sing this song better than him ). Rudy Tan adalah salah satu finalis Rising Star (semacam kontes Idol, tapi versi Christian Youth) yang cukup lancar berbahasa Mandarin. Jadi sangat natural membawakannya.
FYI : Rudy Tan juga punya album solo Mandarin produksi Harvest Music. Saya sangat merekomendasi penyuka lagu Mandarin untuk memiliki albumnya.


Stefie, juara satu dalam kontes Rising Star, featuring di lagu "Indah Pada WaktuNya". Suaranya sangat lembut dan Stefie punya vocal color yang sangat asyyiik. Kalau nggak, nggak mungkin dong jadi the number one.
Walaupun Stefie belum punya solo album, tapi suaranya sudah sangat wira wiri di hampir semua seri album Radio Top Hits andalan Harvest Music. And my 3 angels are fond of her.


Setiap kali mendengar sebuah kaset atau CD suatu album, salah satu bagian yang paling saya suka adalah mendengarkan harmonisasi back up singersnya. Di album ini saya sangat diberkati sekali dengan kesediaan Teddy dan Karin untuk memback up. Selain menyanyi mereka berdua juga memberi teladan yang baik, nggak pernah datang terlambat ke studio rekaman. Kerja sama bareng Teddy and Karin sangat asyik, karena mereka fast learner. Biarpun baru pertama kali dengar lagu-lagu baru, langsung bisa nangkep, jadi nggak usah banyak-banyak retake. Rekaman jadi nggak ada halangan berarti karena lancaaarrr kayak jalan tol Jakarta di hari Minggu.. (thanks guys..)


Oh ya...album ini nggak akan terwujud kalau tidak ada music arranger, yaitu Yusuf Winardi dan Hans Kurniawan, and I think they are genius.
Yusuf mempunyai kekuatan dalam mengaransir lagu-lagu bertempo cepat, dan Hans sangat piawai mengolah lagu-lagu slow.
Kolaborasi dua arranger ini sangat memberkati saya.


Mau tahu lagu terfavorit saya ?
"Temukan Dalam Hidupku" featuring Bobby One Way. Aduuh..rasanya mau menumpahkan rasa rindu untuk mengenal dan menyembah Tuhan lebih dalaaammmm lagi. Nggak tahu kenapa, Bobby cocok banget membawakan lagu seri "Temukan..".
Sebelumnya di album Beautiful, 2007, Bobby juga featuring di lagu "Temukanku MenantikanMu", yang juga menjadi lagu yang paling saya sukai di album itu.



Doa saya kehadiran album ini di blantika musik rohani Indonesia, bukan sekedar meramaikan atau memenuhi rak kaset dan CD di toko-toko buku dan album rohani, tetapi sungguh menjadi berkat bagi umat Tuhan, bagi Gereja Tuhan, untuk selalu bersyukur kepada Tuhan dalam setiap keadaan.

TO GOD BE THE GLORY.....

AMEN !!!



All blessings,

Julita

Thursday, September 18, 2008

" INDAH PADA WAKTUNYA "

















Lagu “Indah Pada WaktuNya” adalah karya saya yang sebelumnya sudah pernah dirilis dalam album Edward Chen ‘Passion’, produksi Harvest.
Saya menulis lagu ini tahun 2006, dan baru bisa release di album saya
September 2008.
Saya sangat menyukai lagu ini karena melalui lirik-liriknya Tuhan berbicara, bahwa Ia tidak pernah meninggalkan umatNya, dan Ia menjamin bahwa segala sesuatu akan indah pada waktu Tuhan.
Memang ayat Pengkhotbah 3:11 ini sangat luar biasa, menjadi ayat emas bagi banyak orang, dan ada banyak songwriters yang menulis lagu dengan menggunakan ayat ini. So....jangan heran... kalau teman-teman bertemu dengan banyak lagu yang bertitle "Indah Pada WaktuNya", tapi dengan lirik dan melody yang berbeda-beda, karena ditulis oleh orang yang berbeda-beda pula.

Proses penulisan lagu ini tidak ada yang istimewa.
Saat itu saya masih mengajar vokal di sebuah sekolah musik, dan saya mempunyai murid seorang anak laki-laki umur 3 tahun yang cukup unik. Keunikannya setiap kali belajar bernyanyi hanya mau menyanyikan lagu “Pelangi KasihNya’, sebuah lagu lawas dari group Yerikho.
Saya tawarkan lagu lain, anak ini tidak mau dan bersikeras menyanyikan lagu kesukaannya, yaitu “Pelangi KasihNya”.
Minggu demi minggu kami lalui dengan menyanyikan lagu ini.....
"Apa yang kau alami kini, mungkin tak dapat engkau mengerti.."
"Satu hal tanamkan di hati, indah semua yang Tuhan b'ri..."


Suatu saat, sewaktu sedang bernyanyi bersama, tiba-tiba saya merasakan hadirat Tuhan di ruang kelas vokal, saat menyanyikan lirik demi lirik dari lagu itu.
Sepertinya Tuhan ingin bicara sesuatu.
Sesampainya di rumah, saya renungkan kembali apa maksud Tuhan,
dan saya dapat kesan bahwa saya harus tulis lagu yang berjudul
“Indah Pada WaktuNya”.
Sebelum sampai pada klimaks (refrain) yang merupakan ayat emas Pengkhotbah 3:11 "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktuNya",
saya mulai menulis bait lagu yang liriknya merupakan kutipan hasil renungan Raja Salomo atas kehidupan manusia pada Pengkhotbah 3,.....

‘ada waktu ‘tuk berduka, ada waktu ‘tuk bersuka’
‘ada waktu ‘tuk berdiam, ada waktu ‘tuk berkata’
‘namun di atas s’galanya, kutahu Allahku bekerja’
‘mendatangkan kebaikan, bagi yang mengasihiNya’

‘di saat yang kualami, tak s’perti yang kuingini’
‘di saat tiada jawaban, “Mengapa harus terjadi ?”
‘namun di atas s’galanya, kutahu Allahku bekerja’
‘mendatangkan kebaikan, bagi yang mengasihiNya’

Ref :
‘mungkin tak kupahami, apa yang kini aku alami’
‘namun kutahu pasti, kasih Allahku takkan berhenti’
‘kan kusr’ahkan semua, pergumulanku padaMu Yesus’
‘kar’na kutahu pasti, semuanya kan jadi’
INDAH PADA WAKTUNYA


Dulu saya naive sekali. Saya pikir kalau jadi anak Tuhan, maka kehidupan saya semuanya akan lancar-lancar saja. Tidak akan mengalami hal-hal yang tidak enak. Doa selalu akan cepat dijawab. Dan tidak ada kesukaran atau penderitaan dalam hidup orang percaya.
Ternyata saya salah, Tuhan punya rencana yang berbeda dengan rencana kita. Tapi ada satu kesamaan dalam tiap rencanaNya, yaitu semuanya pasti akan INDAH pada waktuNya. Bahkan untuk yang kelihatannya 'tidak indah’ pun, pada waktu Tuhan akan menjadi INDAH.

Ada testimony yang sangat menguatkan, dari seorang wanita, yang pernah mendengar lagu ini.
Demikian ceritanya……

Pada pertengahan 2007, hari sudah larut malam, tetapi saya masih belum tidur dan sebuah deringan di handphone saya mengusik keheningan malam itu.
“Shalom….ini kak Julita Manik ya…perkenalkan nama saya Solvy”, seru seorang wanita.
Kemudian Solvy bercerita bahwa ia sangat diberkati oleh salah satu lagu karya saya “INDAH PADA WAKTUNYA”.
And Solvy began to share her true story….

ADI-SOLVY & their engagement rings
“Kak….seharusnya saya menikah dengan tunangan saya Adi bulan Maret 2007 yang lalu. Pada bulan Desember 2006, Adi yang bekerja di Pangkalan Bun, Kalimantan, berencana berangkat menuju Semarang, karena banyak persiapan pernikahan yang harus kami lakukan."

"Kami juga berencana membuat album rekaman, sebagai bagian dari pelayanan kami terutama untuk gereja kami yang ada di daerah-daerah transmigrasi di luar Jawa",
demikian Solvy menjelaskan.

Tapi kak…..Adi nggak pernah sampai di Semarang, karena Adi menaiki
kapal laut KM Senopati yang tenggelam bersama ratusan penumpangnya.
Dan Adi…..termasuk orang-orang yang tidak terselamatkan.
Bahkan jasadnya pun tidak ditemukan…
.”, kata Solvy dengan lirih.

Ketika saya mendengarkan cerita Solvy, hati saya terasa perih. Karena beberapa waktu sebelumnya saya turut merasakan duka yang teramat dalam, ketika membaca tenggelamnya kapal KM Senopati tsb di Koran Kompas.
Dan sekarang, lewat telephone, saya sedang berhadapan langsung dengan seseorang saudari, yang mengasihi Tuhan, yang menyerahkankan harapan-harapannya pada Tuhan, tapi menjadi salah seorang yang menjadi bagian dari peristiwa sedih tsb, dan kehilangan tunangan yang dikasihinya.
Saya tahu tidak mudah berada dalam posisi Solvy. Mimpi yang sudah dirajut bertahun-tahun….pernikahan yang sudah di depan mata…mendadak semuanya sirna. Seseorang yang sangat dikasihi, mendadak hilang dari muka bumi ini… tanpa sempat mengucapkan kata-kata perpisahan.

Saya berniat menghiburkan hati Solvy, tetapi ternyata ia telah mengalami penghiburan terlebih dahulu dari Roh Kudus.

Solvy berkata: “Saat saya mendengarkan lirik lagu INDAH PADA WAKTUNYA…saya tahu saya nggak paham…saya nggak mengerti kenapa ini semua harus terjadi. Tapi saya percaya Tuhan punya rencana yang indah atas hidup saya, karena Yesus mengasihi saya.”

Jujur saja….saya sangat diberkati dengan perkataan Solvy tsb.
Rasanya…malam itu ada kekuatan baru…ada pengurapan baru…untuk tetap mengikut Yesus dan percaya penuh kepadaNya, yang mengalir ke dalam hidup saya lewat kesaksian Solvy.

Sangat mengharukan kisah yang dialami Solvy.
Seorang anak Tuhan sangat yang mengasihi Tuhan bahkan melayani Tuhan dengan setia, diijinkan mengalami kejadian yang sangat tidak enak dalam hidupnya. Tapi Solvy percaya bahwa semuanya akan indah pada waktuNya.

Belum lama ini, bulan Juni 2008, Solvy membagikan kesaksian pujian di gereja saya.
Solvy menceritakan kembali kesaksian di atas. Dan ketika Solvy menyanyikan lagu Indah Pada WaktuNya (she has a golden voice !!), banyak jemaat yang menangis terharu. Bahkan ada teman saya yang nggak kuat menahan tangis, bergegas ke luar ruangan, karena takut kelihatan orang lain.
Seorang teman yang lain berkata kepada saya : “Kok Solvy bisa kuat kayak gitu ya…., masih bisa berdiri bersaksi bahkan menyanyi lagi. Aduuh kalau saya yang ngalamin…., nggak tahu deh…”
Solvy kuat karena dia percaya Tuhan mengasihi dia dan tidak pernah berniat jahat kepadanya. Segala sesuatu akan indah pada waktuNya.

Adakah kita mengalami persoalan dan pergumulan hari-hari ini?
Percayalah bahwa semua akan indah pada waktuNya karena Tuhan tidak pernah merancangkan rancangan kecelakaan dalam hidup kita melainkan rancangan-rancangan damai sejahtera, bagi masa depan yang penuh harapan. Amin.


Sekarang saya mengerti kenapa saya harus tulis lagu ini.
Ternyata anak kecil berusia 3 tahun yang insist menyanyikan lagu lawas Yerikho bukanlah suatu hal yang kebetulan. Tuhan ingin bicara kepada saya untuk tulis lagu baru yang memberi kekuatan kepada yang mendengarnya. Beberapa bulan kemudian, after lagu ini ditulis, seorang wanita di Semarang yang sedang dirundung duka, dikuatkan melalui lagu ini. Seandainya hanya seorang Solvy saja yang beroleh kekuatan melalui lagu ini, saya tidak akan pernah menyesal menuliskannya. Karena saya tahu satu jiwa sangat berharga di hadapan Tuhan.

Semoga lagu “Indah Pada WaktuNya” ini dapat juga memberkati semua teman-teman yang sedang mengalami pergumulan. Itu harapan saya.


All blessings,

Julita

Wednesday, September 17, 2008

Tak Pernah Habis KebaikanMu





Sebab beginilah Firman Tuhan, Allah Israel : "Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu Tuhan memberi hujan ke atas muka bumi."
(1 Raja-Raja 17:14)








Tidak ada yang kekal dalam kehidupan manusia.
Makanan dan minuman yang kita beli akan habis, dan harus membeli kembali.
Pakaian yang dipakai akan segera usang dan harus dibeli yang baru lagi.
Bahkan cinta pun seringkali memudar, dan tidak seindah ketika pertama bersemi.
Itu sebabnya susah bagi manusia untuk belajar percaya bahwa ada hal-hal yang kekal. Karena kefanaan yang mengurung seluruh kehidupan manusia.

Mungkin kita berpikir, akankah kebaikan Tuhan akan habis bila kita konsumsi setiap hari ?
Apakah kasih Allah kepada kita juga akan memudar seperti pudarnya
pakaian kita?
Apakah kekuatan Tuhan menopang hidup kita akan berkurang seperti kekuatan kita yang semakin berkurang digerus usia?
Atau,... bukankah seringkali kita melakukan hal-hal yang tidak Allah sukai ?
Apakah Allah akan menyerah untuk mengasihi kita ?

Jangan sekali-kali kita mengukur Allah dengan ukuran manusia.
Karena Tuhan bukanlah manusia. Ia berkata : "I AM THE GREAT I AM."

"Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya ? "
(Bilangan 23:19)

Yang Tuhan janjikan kepada anak-anakNya yang sangat dikasihiNya adalah janji yang diucapkanNya kepada janda di Sarfat, TIDAK AKAN HABIS DAN TIDAK AKAN BERKURANG.
Bagian kita hanyalah mempercayai segala perkataanNya dan setia melakukan kebenaran firmanNya.
And God will do the rest.


"Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmatNya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaanMu !"
(Ratapan 3:22-23)

Seperti matahari yang tak pernah ingkar janji, selalu terbit dari Timur tiap pagi, demikianlah Tuhan berjanji kasih setiaNya selalu baru setiap pagi.



Percayalah bahwa Tuhan mengasihi kita dengan kasih yang tidak dapat kita bayangkan. Kasih yang tidak terukur. Seperti langit yang tidak terukur ketinggiannya dari bumi, dan seperti laut yang tidak terduga kedalamannya.
Ketika bangsa Israel sudah begitu bejatnya mendukakan hati Tuhan dengan segala kejahatan dan pelanggarannya, pada saat Tuhan memberikan hukuman atas pelanggaran mereka, saat itu juga Tuhan sudah berpikir untuk rencana pemulihan mereka.
Karena kasih Tuhan seperti mentari yang pasti akan selalu terbit setiap hari. Tidak akan pernah habis kebaikan Tuhan, tidak berkesudahan kasih setiaNya, selalu baru setiap pagi.







gambar paling bawah diambil dari God Series 6 - Sunrise
(http://kingdavid.wordpress.com/)


Lirik Lagu:

TAK PERNAH HABIS KEBAIKAN

Tak pernah habis kebaikan
Yang Kau b'rikan di dalam hidupku
Tak pernah berkurang kekuatanMu Tuhan
Yang Kau limpahkan dalam hidupku

Chorus:

Kau yang kubanggakan
Yesus Kau kuandalkan
Tak pernah Kau tinggalkan
Tak biarkan kujalan sendirian
KekuatanMu menopang

FirmanMu kupegang
FirmanMu kuharapkan
Tak pernah kecewakan
S'lalu mendatangkan kebaikan
Dan namaMu kumuliakan






All blessings,

Julita

Tuesday, September 16, 2008

When My Life is Like A Broken Vessel...

























Seringkali dalam hidup ini kita merasa seperti sebuah vas bunga yang retak, sehingga tidak indah lagi. Atau lebih ekstrim lagi kita merasa seperti vas bunga yang sudah hancur berkeping-keping dan tidak bisa dipakai untuk apapun lagi. Sudah tidak berarti lagi. Sudah terlambat.
Kalau Anda berpikir seperti itu, saya tidak akan mendukung pikiran Anda. Karena Anda salah. Absolutely. Sebab selagi masih ada kesempatan untuk bernafas, tidak ada istilah terlambat.


 

Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. 
(Yeremia 18:4)





"Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini,... demikianlah firman Tuhan. Sungguh seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tanganKu,...." (Yeremia 18:6)


 HE MADE IT AGAIN ANOTHER VESSEL 


Dulu saya selalu merasa iri melihat teman-teman saya yang berani menyatakan pendapatnya di depan umum, mereka kelihatan cemerlang sekali. Saya merasa ada yang retak dalam hidup saya.

Latar belakang keluarga yang keras membuat saya tidak seberani teman-teman saya dalam menyatakan pendapat.

Saya selalu berandai-andai, "ahhh....
seandainya saya seperti si A, tentu saat ini saya akan lebih maju dari kondisi saya saat ini,.... seandainya saya memiliki orangtua seperti si B, tentu saya akan lebih bahagia "
dan beragam andai-andai lainnya.

Tetapi ternyata saya salah.


Walau saya memandang saya hanyalah sebuah vas yang retak,  
tetapi Tuhan tidak memandang demikian.
Ketika saya lahir baru, Tuhan mengambil saya (bejana yang sudah retak ini), dan membuat saya menjadi bejana lain yang baik pada pemandanganNya.

Banyak orang bertanya kepada saya :
"Lagu-lagu yang kamu tulis menyentuh hati saya. Bagaimana caranya membuat lagu yang dapat menyentuh hati orang lain ?"

Dulu kalau ditanya seperti itu, saya sendiri bingung menjawabnya.
Saya tidak punya formula melody, ataupun lirik lagu yang pasti akan dapat menyentuh pendengarnya. Apalagi kebanyakan lagu-lagu yang saya tulis bukanlah hasil dari sebuah story yang spektakuler. Kebanyakan adalah hasil dari sebuah perenungan.

Pertanyaan mereka membuat saya juga bertanya kepada Tuhan,
"Bagaimana caranya ya Tuhan, kok saya bisa tulis lagu yang menurut kesaksian mereka menyentuh hati mereka ? 
Tuhan menjawab, bahwa Ia memakai latar belakang saya.
Latar belakang saya membuat emosi saya lebih dominan dari pikiran saya.

Seberapa kuat perasaan mendominasi seorang Julita Manik ? SANGAT KUAT !!!



 Sebagai contoh, saya butuh waktu 2 minggu (!!!) untuk melupakan sad ending dari film Titanic. Begitu kuatnya kesedihan melanda saya, dan tiap kali mendengar Original Sound Tracknya saya terbawa kesedihan yang mendalam lagi.
Beberapa orang memandang saya konyol, but that's really me.



Sejak kejadian itu saya memutuskan setiap film yang saya tonton, saya harus make sure dulu endingnya, .... happy end or sad end ?
Kalau happy end, lanjuutt ..., kalau sad end...better not to watch it,
daripada sesudahnya saya sibuk membereskan perasaan saya.
Puji Tuhan, dalam Yesus kita semua punya a happy ending story.

"Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya."
(Wahyu 22:5)

Pernah membaca ayat populer Mazmur 91 : 7 ?
"Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu."

Ayat ini sering dijadikan lirik lagu, apakah itu lagu pujian bertempo cepat ataupun lambat, karena menyatakan perlindungan Tuhan atas umatNya.
Tetapi tahukah Anda pertama kali saya membaca ayat ini, saya tidak bersukacita atas perlindungan Tuhan atas saya, tetapi saya menangisi kenapa ada 11.000 orang yang rebah di sekitar saya? (Aneh ya?)

Latar belakang saya membuat perasaan saya mudah tergerak.
Dulu saya merasa itu kelemahan saya yang paling utama, karena hati saya mudah sekali untuk disakiti.
Tapi di tangan Tuhan semuanya itu diolah menjadi suatu bejana yang baik menurut pemandanganNya.
Dia memakai perasaan saya yang dominan, perasaan saya yang mudah tergerak menjadi warna dalam setiap lagu-lagu yang saya tulis.


BAGAIMANA KALAU RETAKNYA KARENA DOSA ?

Seberapa banyak kita yang merasa hidup kita menjadi tidak berarti lagi
karena melakukan kesalahan dan dosa ?

Firman Tuhan tentang bejana di tangan tukang periuk ini diucapkan Tuhan kepada Yeremia pada saat bangsa Israel sudah begitu melukai hati Tuhan dengan pelanggaran-pelanggaran yang berat, sehingga Tuhan menjatuhkan hukuman berupa malapetaka demi malapetaka yang akan terjadi dalam hidup mereka. Tetapi apakah itu sudah titik ?
Apakah kehidupan Israel sudah tidak dapat diperbaiki lagi ?
Jawabannya masih ada kesempatan. 
Kalau tidak, tentu Tuhan tidak memanggil Yeremia untuk belajar dari tukang periuk.

Kadang-kadang kita yang menghukum diri kita sendiri dengan menganggap bahwa hidup kita sudah tidak berarti lagi, dan berandai-andai dengan berkata :



The good news is, there is an "UNDO" button in life.

"Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju;
sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."
(Yesaya 1:18)

He did undo Peter, sehingga dari seorang yang 3x menyangkali Tuhannya, menjadi rasul yang luarbiasa.
He did undo Paul, sehingga dari seorang yang membunuh pengikut Kristus, menjadi penulis sebagian besar dari Kitab Perjanjian Baru.
He did undo me, sehingga dari seorang berdosa, menjadi penulis lagu-lagu yang meninggikan nama Yesus.
He did undo you, sehingga......(tambahkan kalimat sesuai kondisi Anda saat ini).

Semua kita, dulu adalah bejana yang rusak, tapi di tangan Tuhan
diubah menjadi bejana yang baik menurut pemandanganNya.

Siapkah kita dibentuk olehNya ?


All blessings,


Julita Manik

Thursday, September 11, 2008

The Wealthiest Place On Earth




















...is the CEMETERY !!!


Surprised ??? Sama.... saya juga sangat surprised mendengarnya.
Kalimat ini pertama kali saya dengar dari seorang pengkhotbah yang juga pengajar, Bpk. Aruna Wirjolukito, dalam suatu kebaktian minggu.
Dan membawa saya dalam perenungan yang dalam.
Banyaknya kesibukan membuat saya hampir melupakan kalimat ini.
Pada kesempatan kedua kali saya mendengar kalimat ini lagi, sengatan kalimat ini semakin tajam. Saya penasaran dan bertanya kepada beliau, darimana quotation ini diperoleh. Beliau juga sudah lupa karena mendapatkannya dari gurunya, dan karena sudah lama sekali tidak ingat lagi siapa yang mengucapkan kalimat ini.

Billion thanks to google, search engine yang sangat luar biasa...
tinggal type 'kata kunci' dan klik! ...maka keluarlah hasilnya.

" The wealthiest place on earth is the cemetery ", demikian ucapan Les Brown, seorang motivator yang luar biasa.
Ternyata tempat terkaya di dunia bukanlah di Arab dimana banyak ladang-ladang minyak, bukan juga di Afrika Selatan tempat tambang emas dan berlian, bukan pada Warren Buffet (not ring a bell ?...but he is leading the Race For Title Of World's Richest Man, sekarang menjadi orang terkaya di planet ini), apalagi pasti bukan di kantong Bill Gates (tercatat orang ke 3 terkaya di dunia, sebelumnya selama 13 tahun mempertahankan tahta sebagai orang terkaya sejagat raya),..... TETAPI DI KUBURAN !!

Mengapa di kuburan ?

Karena di kuburan terdapat buku-buku yang tidak pernah ditulis, lagu-lagu yang tidak pernah sempat ditulis apalagi dinyanyikan, ide-ide yang tidak pernah direalisasi, impian demi impian yang sudah dilupakan dan tidak pernah terwujudkan, dan cita-cita yang layu sebelum berkembang.

Di kuburan terdapat banyak talenta yang terpendam dan tidak sempat dimultiplikasikan. Di kuburan terbaring jutaan jasad pemilik 1 talenta yang kecewa kenapa Tuhan hanya memberinya 1 saja, sehingga memutuskan untuk menguburnya dan tidak pernah memberi kesempatan talenta tersebut berlipat ganda. Di kuburan terdapat banyak orang yang seharusnya menjadi orang yang luar biasa tetapi tidak pernah menyadarinya sampai akhir hayatnya.
Mengertikah sekarang teman-teman makna kalimat yang diucapkan oleh Les Brown ?


THE TOMB OF JERUSALEM
















Tetapi kalimat Les Brown tidak berlaku di kuburan ini.
Karena di kuburan ini konon pernah terbaring jasad seseorang yang telah mengeluarkan segenap potensi yang dimiliki selama hidup di dunia ini.

Dialah
Yesus Kristus yang sebelum disalib pernah berdoa kepada Bapa :
"Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya."
(Yohanes 17:4)

WELL DONE...!!!
Semua tugas-tugasNya telah sempurna dikerjakan.
Semua talenta yang dimilikiNya telah dikembangkan dan Yesuslah yang menceritakan perumpamaan tentang talenta. Yesus bukan seseorang yang mengatakan sesuatu yang tidak Dia lakukan. Setiap kalimat yang diucapkanNya dihidupiNya.
Kesempatan Yesus melayani Bapa di muka bumi ini yang hanya beberapa tahun saja, tidak menjadi alasan untuk mengatakan "Ooohh... no..no..no...terlalu sempit waktunya Bapa, Aku tidak bisa menyelesaikan semuanya."
Tuhan Yesus seperti berpacu dengan waktu, dan akhirnya semua telah diselesaikanNya dengan sempurna. Bahkan tugas-tugas selanjutnya sudah didelegasikan kepada murid-muridNya (dan kepada semua orang yang kelak akan percaya kepada pemberitaan Injil) dengan berkata :
"Engkau akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang jauh lebih besar dari yang Aku lakukan"
(Yohanes 14:12)

"DON'T DIE WITH YOUR MUSIC STILL IN YOU"















Demikian famous statement dari Dr. Wayne Dyer.
Berapa banyak orang yang meninggal dengan menggenggam lagu-lagunya, menggenggam mimpi-mimpinya, ide-idenya, dan membawa semua karya kreatifnya?

Don't be another statistic !!



Saya ingat sekali masa-masa ketika tidak ada satu lagu pun yang saya tawarkan kepada label rekaman yang diapprove, putus asa dan rasa ingin menyerah begitu menggerogoti batin saya.

"Ngapain saya menulis lagu kalau tidak bisa dipublish ?" , begitu kira-kira sungut-sungut saya. Dan kejadian ini saya alami bukan 1 tahun atau 2 tahun. Tapi lamaaaaa sekali.
Saya berpikir untuk berhenti saja.
Kemudian saya membaca kesaksian Darlene Zscech, dari Hillsongs Australia. Ternyata Darlene juga pernah mengalami pergumulan dan pikiran yang sama dengan yang saya alami, bedanya Darlene saat itu sudah menang.
Dan kalimat ini saya ingat sekali :
"Tetaplah menulis lagu, sekalipun tidak ada seorangpun yang berminat mendengarkannya. Karena lagu itu diciptakan untuk meninggikan Bapa. Nyanyikan lagu itu untuk Bapa. Walau tidak ada seorangpun yang mau mendengarkannya, tapi Bapa mendengarkannya."

Seperti mendapat suntikan tenaga, kalimat itu menghentikan niat saya yang ingin quit dari menulis lagu. Saya akan tetap menulis lagu, walaupun tidak ada yang tertarik kepada lagu-lagu saya, karena saya percaya menulis lagu adalah talenta yang Tuhan berikan kepada saya untuk dikembangkan.
Dan kuasa pelipatgandaan terjadi, satu demi satu lagu keluar dari perbendaharaan saya, dan saya bersyukur tidak jadi berhenti menulis lagu. Kalau tidak, saya kehilangan peluang menjadi berkat bagi lebih banyak orang (artikel : "Are You The Chosen 1?" dan "Are You The Chosen 1? (the secret of recipe")

Dear all my friends......,
mari kita bersemangat mengembangkan semua talenta kita.
Mungkin Anda akan berkata :
"But the problem is I don't know what my talent really is."

Belum bertemu apa sebenarnya talenta Anda ?
Jangan kuatir. Berdoalah kepada 'yang empunya talenta' supaya Ia menerangi jalan-jalan kita dan mengarahkannya untuk bertemu dengan talenta kita.
Kenapa saya katakan ini ?
Karena terkadang kita tidak menyadari bahwa masih ada talenta yang tersembunyi, yang menunggu untuk dikembangkan. Saya mengalaminya.
Sebelumnya saya tidak pernah menyadari bahwa ada sedikit talenta untuk menulis. Disuruh bawa renungan di komsel aja saya akan mengelak dengan sejuta alasan. Sewaktu mulai ngeblog, saya pikir siapa sih yang mau baca tulisan saya ?
Tetapi ternyata menulis adalah salah satu my hidden talent. And I found it.
Walaupun tata bahasa saya hancur, nggak pernah kursus how to make a good writing, Tuhan tetap bisa pakai tulisan yang apa adanya ini untuk memberkati banyak orang.

Sekarang saya mengencourage diri saya dengan berkata :
"Come on...Julita, don't die with your song still in you" ...
and I put another statement........,
"and don't die with your writing still ini you."
and my last statement..............,
"don't die without knowing and multiplying your hidden talent."


Melalui tulisan ini saya mau menyemangati semua teman-teman untuk mulai merenungkan apa yang masih tertahan dalam hidup kita, yang dapat kita kembangkan bagi kemuliaan Tuhan.

Friends, ...let's say :
"I don't want to be another statistic who buried together with their talents in the cemetery. I'm not interested to make cemetery as a wealthiest place on the earth !"

And one day I will say :
" Father, I have glorified You on the earth :
I have finished the work which You gave me to do."




All blessings,

Julita

Friday, September 5, 2008

Bapa Yang Kekal (story behind the song)





















"Kau b'ri yang kupinta...
saat kumencari kumendapatkan..
kuketuk pintuMu dan Kau bukakan..
s'bab Kau Bapaku, Bapa Yang Kekal...
Takkan Kau biarkan...
aku melangkah hanya sendirian..
Kau selalu ada bagiku..
s'bab Kau Bapaku, Bapa Yang Kekal"



Ada 2 lagu thema Bapa yang saya tulis.
Pertama kali saya menulis lagu "S'perti Bapa Sayang Anaknya", dan yang kedua "Bapa Yang Kekal". Bagi saya pribadi, lagu yang terakhir ini punya kesan yang sangat dalam, karena menyadarkan saya, bahwa selamanya saya punya Bapa yang tidak pernah meninggalkan saya, dan selamanya saya menjadi anak Bapa.
Lagu ini bukanlah berdasarkan pengalaman pribadi saya, tetapi kisah kasih yang sangat sederhana dari seorang hamba Tuhan kepada anak laki-lakinya.
Berikut ceritanya ......

Suatu ketika hamba Tuhan ini mengajak istri dan kedua anaknya pergi ke mall untuk berbelanja barang-barang kebutuhan mereka. Masing-masing sudah diberikan uang untuk membeli keperluan masing-masing. Sesampainya di mall, mereka berpisah karena kebutuhan yang akan dibeli berbeda-beda tempatnya. Istri hamba Tuhan ini berjalan bersama anak perempuan, sedangkan suaminya berjalan bersama anak laki-laki.

Hamba Tuhan ini bercerita, anak laki-lakinya ingin sekali membeli sepasang sepatu, yang bisa dipakai saat melayani sebagai singer di gereja, tetapi ketika dilihat harganya di luar budget yang diberikan. Dia tidak tega minta tambahan uang kepada papanya, karena dia tahu papanya juga punya kebutuhan penting untuk dibeli.

Melihat harga yang mahal, papa mengajak anaknya untuk mencari sepatu lain di toko lainnya. Kemudian mereka berpisah supaya lebih leluasa dalam mencari.
Beberapa saat kemudian, hamba Tuhan ini mencari anaknya, dan ia menemukan anaknya terpaku di depan etalase toko yang telah mereka datangi bersama tadi, memandangi sepatu mahal yang sangat diinginkan tapi tidak mampu untuk membelinya.
Sangat menginginkan, tapi tidak tega minta kepada papa.

Saat itu rasa kasih yang dalam sebagai papa memenuhi hamba Tuhan ini.
Ia menghampiri anaknya dan mengajaknya untuk membeli sepatu itu.
"Jangan papa, sepatu ini mahal, papa juga punya kebutuhan yang harus dibeli", demikian seru sang anak.
Papanya berkata, "Tidak apa-apa nak, papa tunda dulu membeli yang papa butuhkan. Kamu layak memperoleh sepatu ini, apalagi kamu akan pakai sepatu ini untuk melayani Tuhan." Sepatu pun dibeli. Sang anak pulang dengan bahagia.



Hamba Tuhan ini berkata dalam kotbahnya, "Kalau saya bapa jasmani yang tidak sempurna dalam mengasihi, dapat memberikan segalanya kepada anak saya, apalagi Bapa di Surga kepada kita anak-anakNya. Dia mengasihi dengan kasih yang sempurna dan selama-lamanya, karena Dia adalah Bapa Yang Kekal."



Kalimat yang diucapkan hamba Tuhan ini sangat mempengaruhi saya.
Berhari-hari saya memikirkannya dan merenungkannya, akhirnya saya menuliskan sebuah lagu yang diberi judul "Bapa Yang Kekal".
Di ujung pembuatan lagu ini, di kamar saya menangis sejadi-jadinya.
Bukan tangisan dukacita, tapi sukacita, karena dikasihi oleh Bapa Di Surga yang tidak pernah meninggalkan saya. Dia selalu ada di samping saya.
Dan Dia mengasihi saya sebagai anakNya.

Papa saya pulang ke rumah Bapa tahun 1991.
Saya memiliki dia sebagai bapa di dunia ini hanya selama 25 tahun saja.
Dan hampir sepanjang tahun-tahun yang kami lalui, sulit bagi saya merasakan kasihnya.
Kalau sepanjang pemenuhan kebutuhan hidup, sekolah, fasilitas, betul, papa mengasihi. Tapi secara jiwani saya sulit merasakannya.
Anak-anaknya tumbuh dalam didikan yang kaku dari papa.
Kalau papa ada di rumah, rasanya suasana tegang sekali. Anak-anak tidak bebas berekspresi, mengemukakan pendapat, apalagi meminta sesuatu.
Saya ke gereja hanya kalau papa dan mama sedang ada di rumah.
Karena mereka bertugas di luar kota, jadi hanya 2 minggu sekali datang mengunjungi anak-anaknya. Kalau papa sudah kembali ke luarkota, rasanya kehidupan menjadi merdeka.
Papa akan marah kepada mama kalau melakukan kesalahan, dan mama akan melampiaskan kemarahan kepada anak-anak. Karena papa orangnya sangat perfeksionis, jadi kalau sedang berada di rumah, semua harus berjalan sesuai prosedur.
Kapan harus menyalakan lampu (tidak boleh terlalu cepat juga tidak boleh terlambat), bahkan sampai membawa nampan saat menghidangkan teh untuk tamu ada prosedurnya. Kalau melakukan tidak seperti yang diperintahkan, kesalahan kecil sekalipun akan membuat papa marah dan ngambek dan bisa berlangsung berhari-hari.
Setiap akhir tahun kami rutin membuat kebaktian keluarga, dan selalu papa menyesali perbuatannya dan janji tidak akan mengulanginya lagi. Papa berjanji di tahun yang baru ia tidak akan gampang marah dan ngambek lagi. Dan janji itu hanya bertahan beberapa jam saja . Karena keesokan harinya papa sudah kembali kepada dirinya yang lama.

Begitu tegangnya suasana rumah, sehingga saya bertekad harus kuliah jauh dari kediaman kami. Dan saya diterima di ITB. Rasanya legaaaaa sekali. Paling nggak, selama setahun saya nggak perlu menginjakkan kaki di rumah (setahun sekali saya baru pulang ke rumah). Setahun saya nggak perlu merasakan suasana tegang. Setahun saya bebas dari intimidasi perasaan.
Tapi justru di Bandung saya mengenal Tuhan Yesus secara pribadi.
Saya yang tidak pernah ke gereja, tidak pernah sungguh-sungguh mencari Tuhan, tapi dikasihi Bapa Di Surga. Yesus mencari dan menemukan saya. Saya mulai mengenal kasih Bapa dan saya dipuaskan oleh kasihNya. Sejak saat itu saya mulai mendoakan keselamatan papa dan seluruh keluarga saya.

Semakin tua papa mulai pelan-pelan berubah. Ia ingin lebih dekat kepada anak-anaknya. Tapi anak-anak sudah kadung selalu ingin menjaga jarak dengan papa.
Saya ingat suatu malam kami anak-anaknya sedang rame-rame kumpul di ruang keluarga menonton TV sambil bercengkerama. Kemudian papa keluar dari kamarnya dan ingin menikmati kehangatan keluarga bersama anak-anak. Begitu papa bergabung, suasana langsung tegang, dan kemudian satu persatu anak-anak secara perlahan meninggalkan ruang keluarga dan kembali ke kamar masing-masing. Dan papa ditinggal sendirian.
Adik saya yang bungsu sangat kecewa pada didikan papa yang keras dan kaku, sehingga ia berkata kepada mama "Ma kalau papa meninggal,... kayaknya aku nggak bakalan nangis...."

Puji Tuhan di akhir hidupnya, papa sudah banyak berubah dan sebelum menghembuskan nafas terakhir Ia sudah menerima Tuhan Yesus sebagai
Juru Selamat pribadinya (Tuhan menjawab doa saya !!).
Sebenarnya papa adalah bapa yang baik, hanya ia tidak mengerti bagaimana menyalurkan kasih dengan semestinya kepada anak-anaknya.
Kesaksian hidupnya membuktikan papa adalah pekerja keras yang sangat bertanggung jawab kepada kehidupan anak istrinya. Semua kebutuhan hidup kami dipenuhi. Bahkan hal-hal kecilpun tak luput dari perhatiannya.
Saya ingat saat saya main keyboard di kamar kost saya di Bandung, papa melihat saya memainkannya di lantai karena tidak punya stand keyboard. Tanpa saya minta, papa membelikan stand keyboard. Saya sangat tersentuh saat itu.

Ketika papa sudah dikebumikan, kami buka tas kantornya (karena sehari sebelum meninggal papa masih ke kantor), dan kami menemukan di tas papa ada obat jerawat untuk adik saya yang bungsu yang memang saat itu wajahnya lagi jerawatan. Rasanya nggak mungkin papa yang kami kenal akan berbuat itu.
Saya percaya hati adik saya tersentuh. Di saat-saat terakhirnya, adik saya ada dalam pikiran papa.

Saya sangat mengerti ketika Tuhan Yesus berkata,
"Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga ! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya."
(Matius 7:11)

Papa yang sangat tidak sempurna dalam mengasihi kami, tetapi tahu memberi yang baik kepada anak-anaknya, apalagi Bapa Di Surga.


Kalau saya menyaksikan kehidupan kami sekeluarga, bukan karena saya tidak menghormati dan mengasihi papa (saya sungguh sangat menghormati dan mengasihinya). Saya percaya papa sangat mengasihi kami juga tapi tidak mengerti bagaimana seharusnya mengasihi. Latar belakang kehidupannya yang membuatnya tidak bisa menyalurkan kasih sebagaimana mestinya.

Saat ini saya percaya ada banyak anak yang merasa tidak berbapa, walaupun papa masih ada. Merasa tidak dikasihi, bahkan ada yang dianiaya secara fisik ataupun jiwani oleh papa sendiri.
Tapi kalau Anda sudah mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, Anda adalah orang yang paling berbahagia. Karena Yesus adalah Bapa Yang Kekal.
Sekalipun rasanya kita tidak dikasihi bapa jasmani, tapi kalau kita mengenal Dia sebagai Bapa Yang Kekal, kita adalah orang-orang yang lebih beruntung daripada yang selama hidupnya mengalami kasih bapa jasmani tapi tidak pernah mengenal kasih Bapa Yang Kekal.


Dan Bapa berkata :
"Mintalah maka akan diberikan kepadaMu
Carilah maka Engkau akan mendapatkan,
Ketuklah maka pintu akan dibukakan bagiMu."



Normalnya....
Seorang anak tidak akan takut meminta kepada bapanya.
Seorang anak tidak akan takut salah, saat meminta kepada bapanya.
Sebab ia adalah bapa, yang mengasihi anak-anaknya.

Bapa dunia yang 'jahat' saja demikian, apalagi Bapa Di Surga, Bapa Yang Kekal.

Semoga teman-teman diberkati dengan kesaksian sederhana ini.
Kalau kita mencari kasih yang sempurna pada bapa jasmani, maka kita akan kecewa. Karena sebaik apapun mereka masih tetap manusia yang tidak luput dari kelemahan dan ketidaksempurnaan.
Tapi kita tidak akan pernah kecewa saat mengandalkan kasih Bapa Di Surga.
Karena kasihNya sempurna, dan bukan hanya 60, 70 tahun bersama-sama kita, tetapi selama-lamanya Ia menjadi Bapa.
Dialah Bapa Yang Kekal.



All blessings,


Julita

Monday, September 1, 2008

I am on God's Dream Team. Are you..too?




















Kesannya ..iihh...sombong banget..
But if you ask me once again : "Are you really on the dream team of God ?"
And you got the same answer : "Yes, I am."

Bukan karena sombong, ..hm.. tapi memang semua orang yang melayani Tuhan adalah dream teamnya Tuhan.
Sejak akhir tahun -90 an hingga kini saya masih belum bosan melayani Tuhan, dan doa saya seumur hidup saya Tuhan pakai saya sebagai ministerNya.
Alasannya satu saja.
He died for me. Why not I live for Him ?
Bahkan sekalipun saya melayaniNya dengan nyawa menjadi taruhannya,
tidak pernah akan bisa membayar segala perbuatanNya atas hidup saya.
Terlalu mahal harga penebusan yang Yesus bayar untuk hidup saya.
Oleh karena itu saya berikan hidup saya untuk melayaniNya.

Berbeda dengan konsep dream team nya 'dunia', yang adalah kelompok elite, yang berada di garis depan, dan yang berhak menerima pujian dan rewards, God's dream team tidak seperti itu.
Konsep Tuhan memang beda dengan konsep dunia.

Konsep Tuhan : dream team Tuhan adalah semua orang yang terlibat dalam pekerjaan Tuhan.

Apakah ia melayani di mimbar, di bawah mimbar, kelihatan atau tidak kelihatan, ia layak menjadi anggota tim impianNya Tuhan.
Sehingga lirik lagu salah satu boysband Indo yang lagi naik daun '...aku bukan siapa-siapa...' nggak laku di sini.
Kalau kita sudah menyadari konsep Tuhan ini, pasti kita akan melayani Tuhan dengan setia dan bertanggung jawab, apapun bentuk pelayanan kita.

















Konsep dunia : yang menerima praise and rewards adalah orang yang berperan di garis depan. Tuhan sangat bertolak belakang dengan itu.

Konsep Tuhan : prajurit yang berperang dengan prajurit yang menunggu barang-barang di garis belakang menerima upah yang sama.

"...Sebab bagian orang yang tinggal dekat barang adalah sama seperti bagian orang yang pergi berperang : itu akan dibagi sama-sama."
(1 Samuel 30:24)

Kalau dianalogikan dengan ministry di abad 21 ini, usher, greeters, tim musik, pendoa syafaat, counselor, pengerja/diaken,soundman, multimedia, bahkan yang beres-beres kursi dan peralatan, semua orang-orang yang setia dalam melayani Tuhan, menerima upah yang sama.

Seringkali dalam pelayanan yang terlihat hanyalah orang-orang yang melayani sebagai imam musik dan pengkotbah. Sehingga orang-orang yang melayani di bawah mimbar merasa pelayanannya tidak berarti. Nggak ada apa-apanya dibandingkan imam musik dan pengkotbah. Pelayanan mimbar menjadi pelayanan glamorous, dan yang melayani di bawah mimbar seperti 2nd class ministry. Ohhhhh...itu pemikiran dunia my friends, jangan dibawa-bawa ke kerajaan Tuhan.
Karena pikiran Tuhan nggak seperti itu.
Tuhan sangat menghargai...every single time we dedicate for Him,
apapun bentuk pelayanan kita.

Sewaktu masih mahasiswa, kami pernah mengadakan mission trip ke satu daerah di Sumatra. Wah...mujizat terjadi. Banyak yang disembuhkan.
Yang buta melihat, yang lumpuh berjalan, dan banyak yang bertobat dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.
Semua bersukacita... dan nggak lupa photo sana photo sini.

Sepulangnya,....beberapa waktu kemudian, saat melihat-lihat album photo, tiba-tiba salah seorang mahasiswi yang ikut dalam mission trip itu menangis. Kenapa ?
Dia mencurahkan kesedihan hatinya, karena dari berpuluh-puluh lembar photo di album itu, tidak ada satupun photo dirinya dan teman-temannya

sekelompok. Mereka melayani sebagai pendoa syafaat yang mendoakan dengan tekun setiap acara KKR yang akhirnya berlangsung dengan sukses. Dan pendoa luput dari perhatian, karena mereka melayani di tempat yang 'tidak kelihatan'.
Tidak seperti WL, singers, pemusik, pengkotbah yang semua ada di panggung, dan selalu menjadi obyek jepretan kamera.
Saya percaya teman saya ini menangis bukan karena photo semata, tapi karena merasa pelayanan pendoa kurang dihargai dibanding pelayanan lain.

Apa boleh buat, camera man masih manusia, masih melihat hal-hal di depan mata (kita juga sering seperti itu kan ?)
Tapi kita bersyukur punya Tuhan yang tidak sama dengan manusia, yang melihat jauh ke dalam hati (artikel : "For The Lord Sees Not As Man Sees"). Saya percaya walau di bumi tidak ada satu orangpun yang mengabadikan teman saya ini, tapi kelak di surga dia akan lihat album photo yang penuh dengan photo dirinya saat sedang berdoa di ruang yang sepi, karena Tuhan mengingat semua jerih payahnya.


YESUS MENGABADIKAN SEMUANYA, di Book Of Life.

















Saya percaya, bukan hanya nama kita yang terukir dalam Kitab Kehidupan, tapi semua yang kita lakukan untuk Tuhan, akan diabadikan semuanya
dalam Kitab Kehidupan.
Semua yang kita lakukan, bahkan untuk saudara kita yang paling hina sekalipun, akan diabadikan dalam Kitab Kehidupan.
Segala pelayanan yang kita lakukan, bahkan yang paling kecil sekalipun,
yang luput dari perhatian manusia, tidak luput dari perhatian Tuhan.
Ia mengabadikannya dalam Kitab Kehidupan.

Mari kita serius dengan bagian pelayanan yang dipercayakan kepada kita.
Saya seorang Worship Leader, dan saya serius dengan pelayanan saya.
Mulai dengan membuat songslist, berlatih dengan tim musik dan singers, berdoa, tak lupa juga saat tidak melayani belajar dan menghafalkan buaanyak lagu-lagu baru, beli CD lagu-lagu Praise & Worship (hmmm...tentunya bukan yang bajakan yah..), pokoknya saya serius menginvestasikan hidup saya dalam ministry yang Tuhan percayakan.

Kalau kita seorang usher dan greeter, mari mempersiapkan pelayanan jauh sebelum kita berdiri di hari-H menyalami dan menyambut jemaat.
Jauh sebelumnya mari belajar menghafalkan nama-nama jemaat, berdoa bagi nama-nama itu, merawat diri dengan baik sehingga punya performance yang enak dilihat, berpakaian rapi, yang semuanya kita lakukan untuk kemuliaan Tuhan.

Pelayanan mimbar memang menuntut persiapan extra karena ini pelayanan yang kelihatan, dan menjadi fokus perhatian semua orang.
Sebaliknya yang melayani di bawah mimbar tidak kelihatan, sehingga sering tidak serius memperiapkannya. "Ahhhh....tidak ada yang perhatikan ini..."
Teman-teman, walau kita melayani bukan di mimbar, mari mempersiapkannya seperti orang-orang yang melayani di mimbar.
Melayani di bawah mimbar bukan berarti melakukannya dengan asal-asalan.
Berikan pelayanan 1st Class Service.

Jauh sebelum menjadi WL, saat masih berkuliah dan melayani
di PD Mahasiswa, saya bertugas dengan beberapa teman-teman untuk mengurus perlengkapan pelayanan. Mulai dari membawa alat-alat tsb ke tempat kebaktian yang diadakan tiap hari Sabtu, membersihkan lantai (karena kami menggunakan tikar), dan selesai kebaktian membereskannya kembali.
Tapi karena mengerti semuanya itu adalah untuk Tuhan, kami melakukannya dengan segenap hati, tulus dan gembira. Begitu bangga dan bahagia dilayakkan untuk melayani Tuhan, sehingga perasaan yang saya miliki saat itu nggak kalah dengan yang saya miliki saat ini saat melayani di mimbar. Karena bagi saya yang terpenting adalah : bukan 'apa' yang saya lakukan, tapi 'untuk siapa' saya melakukannya.

Beberapa waktu lalu, saat sedang melayani di satu kota di Jawa Tengah,
saya terkesan sekali kepada pemandu multimedianya. Untuk kelancaran kebaktian yang dimulai dari jam 6 pagi, ia sudah hadir di gereja jam 4 pagi.
Nggak heran kalau tayangan multimedianya, mulai dari lirik lagu, gambar-gambar dan video clip yang menyertai tidak ada yang missed. All perfect.
Dia mempersiapkannya seperti persiapan orang-orang yang melayani di mimbar. He gives the 1st Class Service.
Dan yang dia lakukan ini, bagi saya adalah hal yang langka, karena saya sering melayani di berbagai tempat di Jakarta, dimana multimedianya sering membuat bingung jemaat karena lirik lagu yang terlambat keluar.








Adakah di antara teman-teman yang belum bergabung dalam team impian Tuhan ?
Jangan tunda-tunda lagi, come on...get on God's dream team.
Karena ladang-ladang sudah menguning, dan pekerja sedikit........


Apapun bentuk pelayanan kita, besar ataupun kecil, yuuukk....
melayani dengan tersenyum.
Let's give 1st Class Service, karena kita sedang melayani Raja segala raja, Tuhan segala tuan. And remember...
you are a part of God's dream team.




All blessings,

Julita



<br><br>



<br><br>