Tuesday, January 24, 2012

GREATER GIVER with GREAT STORY


(image from web Greater than Goods)

Memberi itu ada levelnya: Giver ---> Great Giver ---> Greater Giver.
Pada saat kita memberi karena cinta Tuhan dan sesama, mau taat kepada firman Tuhan dengan memberi yang terbaik dengan sukacita dan bukan karena terpaksa,
itu level Great Giver.   Levelnya pengikut Kristus.

Tapi ada tingkatan yang lebih tinggi lagi, GREATER GIVER,
yaitu KESETIAAN MEMBERI SEKALIPUN TIDAK ADA ALASAN UNTUK MEMBERI :
> tidak ada alasan memberi karena tiap bulan rasanya keuangan masih kurang terus;
> tidak ada alasan berbaik hati karena dijahatin dan dicurangin melulu;
> tidak ada alasan untuk mengasihi karena dilukai dan disakiti lagi dan lagi;
> tidak ada alasan melayani karena rasanya kekurangan waktu, maupun talenta;
> tidak ada alasan untuk mengucap syukur karena yang kita alami sepertinya
   semuanya buruk.

Tetap memberi sekalipun tidak ada alasan untuk melakukannya: itulah Greater Giver.
Dan semua orang percaya punya "C H A N C E"  menjadi Greater Giver,
karena firman Tuhan berkata :


Terjemahan bahasa Inggris untuk kemalangan adalah affliction.
Anda dan saya punya banyak affliction.  Penderitaan, masalah, pergumulan.
Artinya Anda dan saya punya banyak kesempatan menjadi Greater Giver.


HORATIO SPAFFORD, A GREATER GIVER
(October 20, 1828, New York - October 16, 1888, Jerusalem)

Adalah sosok greater giver yang 'keukeuh' , tetap memberi pengucapan syukur dan mempersembahkan seluruh hidupnya, mengabdi kepada Tuhan walaupun mengalami segala kejadian duka yang menerpa keluarganya.
In every situation "When God Doesn't Make Sense" he faced, he kept giving his life
as a living sacrifice.


WHEN GOD DOES'NT MAKE SENSE in Horatio's Life

 <Annie,     Maggie,    Bessie,  Tanetta >   <Telegram"SAVED ALONE">          <Horatio Jr>
Images by American Colony


Dalam kurun 10 tahun (1871-1880) derita seperti ini yang Horatio alami:
- 1871, hampir seluruh hartanya tersapu habis pada kebakaran besar di Chicago.
- 1873, semua anak perempuannya: Annie (11 tahun), Maggie (10 tahun), Bessie (7 tahun)
   dan Tanetta (2 tahun) tenggelam pada saat perjalanan liburan ke Eropa.
- 1880, anak laki-laki (Horatio Jr.) yang lahir setelah peristiwa duka ini, meninggal
   di usia 4 tahun karena sakit.

WHAT DID HORATIO DO ?

He kept giving praises even he didn't have 'reason' to praise. 
He kept giving his money, even he was bankrupt after The Great Fire in Chicago.
He kept giving his life to his Master, even he didn't have 'reason' to keep serving Him.

Hal yang paling impossible dilakukan oleh seorang ayah yang telah kehilangan seluruh harta dan anak-anaknya, dengan tegar dilakukan oleh Horatio.
Horatio menulis   "It is Well With My Soul"     di atas kapal yang sedang mengarungi lautan Atlantik Utara dimana  keempat anak perempuannya terkubur di kedalaman laut lebih dari 4.8 km.

Berikut cuplikan video perjalanan hidup Horatio Spafford dengan backsound  lagu "IT IS WELL WITH MY SOUL" yang ditulis oleh Horatio Gates Spafford.
Anda pasti akan setuju dengan saya, bahwa pesan lagu ini sangat 'strong' sekali.
Banyak orang yang sebelumnya belum pernah sama sekali mendengar "Story Behind The Song" dari lagu ini, tapi tetap dapat merasakan penghiburan yang luar biasa.


 


Pengucapan syukur, dedikasi dalam pelayanan, dan kemurahan hatinya tidak bergantung atas situasi. Because he is a GREATER GIVER.


 
GREAT SONG SUNG BY GREAT VOICES:  WESLEY PRITCHARD & DAVID PHELPS
       




GREAT SONG SUNG BY GREAT VOICES: THE ISAACS




Ketika berhasil diselamatkan dari tengah laut, Anna Spafford yang gagal mempertahankan baby Tanetta dari pelukannya saat diombang-ambingkan ombak laut, tak dapat menyembunyikan duka yang sangat dalam. Apalagi ketika mengetahui ketiga putrinya yang lain juga tidak berhasil diselamatkan.
Di tengah-tengah duka dan segala ketidakmengertiannya, Anna memilih untuk tetap percaya bahwa Tuhan pegang kendali dalam kehidupan mereka. Tidak ada satupun rancangan kecelakaan bagi umatNya.
Kemudian kalimat ini yang keluar dari mulutnya:


"God gave me four daughters.
Now they have been taken from me.
Someday I will understand why."
(Anna Spafford)


Tahun 1871-1880 mungkin tahun terberat yang dilalui Horatio dan Anna.
Tapi walaupun mengalami situasi yang sangat tidak dimengerti itu, tidak membuat pasangan suami istri ini berhenti "MEMBERI".   Hidup mereka diberikan sepenuhnya untuk Tuhan dan umatNya.

Apa yang dulu tidak dimengerti olah Horatio dan Anna Spafford, kini menjadi berkat besar bagi umat Kristiani. Tahun 2012 lagu hymne "IT IS WELL"  memasuki usia 139 tahun.
Hingga kini gemanya masih menguatkan orang percaya yang sedang menangis, yang putus asa, yang tidak punya pengharapan, dan yang hampir kehilangan kepercayaan kepada Tuhan.

Dalam suatu pelayanan seorang bapak yang sedang sakit parah berkata kepada saya,
"Saya sudah menyanyikan lagu ini lebih dari 35 tahun, tanpa mengetahui kisah di balik terciptanya lagu ini. Walaupun selama ini saya bernyanyi tanpa mengetahui derita penciptanya, tapi dalam kurun waktu 35 tahun, lagu ini tidak pernah gagal memberi kekuatan kepada saya"


"SOMEDAY I WILL UNDERSTAND WHY"  (Anna Spafford)




Friends, apakah hari-hari ini Anda sedang mengalami persoalan berat?
Someday you will understand why.
But don't lose your chance to be a Greater Giver.

Thanks to God for many afflictions.
Thanks to God for many chances to be a Greater Giver.


All Blessings,


Julita Manik

Sunday, January 1, 2012

We are created to be a GREAT GIVER




Natal yang baru saja berlalu identik dengan season of giving.
Di rumah umat Kristiani, gereja, ataupun mall menggunakan interior yang bernuansa Natal, ... umumnya pohon natal dan setumpukan kado di bawahnya.
Di gereja-gereja moment natal juga dibarengi dengan cross kado sesama pengerja. Biasanya dibandrol nggak lebih dari Rp 50,000 supaya tidak memberatkan dan semua pengerja bisa berpartisipasi.
Bahkan tak jarang kebaktian Natal diakhiri dengan acara door prize sebagai acara yang ditunggu-tunggu (?) Nggak heran di banyak gereja kehadiran umat merayakan Natal pun membludak, sehingga harus dipasang tenda. Kursi-kursi pun ditambahkan lebih banyak dari biasanya.

Bila kita flashback ke peristiwa lebih 2000 tahun yang lalu, nggak salah bila dikatakan Natal adalah season of giving. Semua pelaku Natal adalah pribadi-pribadi yang MEMBERI.

Dimulai dari Allah Bapa, THE GREATEST GIVER , yang merelakan AnakNya bagi kita semua, supaya yang percaya kepada nama Yesus tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:16).

Kemudian ada pribadi Tuhan Yesus yang rela turun dari surga mulia ke dunia yang hina, .. yang kaya rela jadi miskin, ... yang setara dengan Allah rela mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba, bahkan sampai mati di kayu salib semuanya demi kita beroleh keselamatan kekal.
He is THE GREATEST GIVER .

Yusuf dan Maria, gembala di padang dan orang Majus, termasuk malaikat .. semua adalah pribadi yang MEMBERI, hidup mereka, pujian, waktu, dan harta mereka.

Natal sudah berlalu. Desember 2011 telah berganti menjadi Januari 2012.
Tapi season of giving tidak berhenti hanya di bulan Desember saja, karena Tuhan menciptakan kita untuk suatu tujuan mulia, yaitu menjadi THE GIVER .

He is The Giver, therefore, we are the giver.
Sebab kita diciptakan segambar dengan rupa Allah.

Bahkan ketika kita percaya kepada Yesus, kita dilayakkan menjadi anak-anak Allah, dan berhak memanggil Dia Bapa. Jelas.. jika Bapa kita adalah THE GREATEST GIVER, maka dalam DNA kita ada ability untuk menjadi THE GREAT GIVER. Karena kita anakNya.

Betapa kita seharusnya menjalani hidup sebagai THE GIVER, ada tertulis:
Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."
(Kisah Rasul 20:35)


It is more blessed to give than to receive. (KJV)
You're far happier giving than getting. (MSG)
More blessings come from giving than from receiving. (CEV)
Giving gifts is more satisfying than receiving them. (GWT)


Ternyata memberi itu jauh lebih memberkati, lebih bahagia, lebih memuaskan daripada menerima. Datang ke kebaktian Natal mengharapkan dapat hadiah, sah-sah saja, tapi bila itu yang menjadi motivasi utama, ... you walk on the wrong track my friends.


DO YOU WANT TO EXPERIENCE GREATER HAPPINESS ? BE A GIVER




Being the giver is far happier than being the getter bisa dibuktikan secara ilmiah. Di bawah ini kutipan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh University of British Columbia, Vancouver.

Penelitian yang ingin melihat korelasi pendapatan (income) dengan kebahagiaan (happiness) berpendapat bagaimana seseorang spend their money adalah sama pentingnya dengan how much money they earn.
Hasil penelitian membuktikan: seseorang yang memberikan uangnya untuk kepentingan orang lain memiliki greater happiness daripada yang menggunakannya untuk diri sendiri.

Dipertegas lagi dengan penelitian yang dilakukan di 136 negara, juga menunjukkan hasil yang sama. Bahkan perbandingan penelitian di 2 negara yang sangat berbeda kondisinya yaitu Canada dan Uganda, tetap juga menunjukkan hasil yang sama.
The giver experienced greater happiness.


NO WORK, NO EAT !



Tuhan tidak suka orang yang malas dan menganggur. Sehingga ada firman berkata :
Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.
(2 Tesalonika 3:10)

Sehingga sering kita berpikir, seseorang itu harus bekerja, supaya ia bisa independent. Bisa menafkahi dirinya dan keluarganya.
Tidak bergantung kepada orang lain.

Cara pandang seperti itu tidak salah, tapi belum sempurna.
Baca ayat di bawah ini:
Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri,
supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.
(Efesus 4:28)

Seseorang bekerja, memperoleh income, tujuan utamanya supaya bisa membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Kita bekerja, bukan untuk diri kita sendiri tetapi supaya kita mempunyai sesuatu untuk kita beri.
Menjadi PEMBERI. BE THE GIVER
What kind of giver He wants us to be?


WE ARE CREATED TO BE EXCELLENT IN GIVING



Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, —dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami—demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini.
(2 Korintus 8:7)

Terjemahan lain mengatakan:


But since you excel in everything-in faith,
in speech, in knowledge, in complete earnestness
and in the love we have kindled in you – see that you also
excel in this grace of giving (NIV)

You do so well in many things-
you trust God, you’re articulate, you’re insightful, you’re passionate,
you love us-now,
do your best in this, too (MSG)


Excellent tidak hanya dalam iman, perkataan maupun pengetahuan, tapi juga dalam MEMBERI. Excell in GIVING. Do our BEST in GIVING.

Tuhan senang dengan orang yang memberi dengan sukacita, tidak dengan paksa tapi sukarela. Tuhan juga menyukai pemberian yang excellent. Yang terbaik.


THE GIVER THE EXCELLENT/GREAT GIVER THE GREATER GIVER




1 Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan.
2 Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu.
3 Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini
memberi lebih banyak dari pada semua orang itu.
4 Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.
(Lukas 21:1-4)


Terjemahan lain untuk Lukas 21:3 mengatakan:


this poor widow hath cast in more than they all (KJV)
this widow has given by far the largest offering today (MSG)
this poor widow has given more than all the rest of them (NLT)



THE POOR WIDOW IS A GREATER GIVER



Q: Bagaimana mungkin janda miskin bisa menjadi pemberi terbesar pada hari itu ?
Q: Bagaimana mungkin 2 peser uang pecahan terendah bisa menjadi yang terbesar ?
A: Karena ia memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkahnya.


She gave almost 100%. Weight matters in God's eye.
Di hadapan Tuhan, yang terbesar bukan berapa besar jumlahnya, tetapi berapa besar bobotnya, persentasenya. Jika ingin lebih jelas teman-teman bisa baca WEIGHT MATTERS


THE TRUE STORY ABOUT ANOTHER GREATER GIVER


(from L to R: me, Diana Green, Mart Green, Pst. Binsar S.)

Pada Empowered 21 (E21) Asia 2011 yang diselenggarakan di SICC Sentul, mata saya seakan tak percaya membaca nama salah seorang speaker yang tertera di buku acara, yang akan berbicara bagi para pelaku marketplace di hari terakhir.

MART GREEN.
Saya simpulkan nama ini masih sangat asing bagi peserta seminar E21, terbukti dengan tidak banyaknya antrian sebelum seminar dari beliau berlangsung.Venue nya juga di tenda, di halaman SICC.
Peserta yang hadir tidak membludak, tidak seperti peminat di venue main hall, hall A, ataupun hall B.
Di kedua hall terakhir, saking membludaknya peserta, banyak yang gigit jari tidak bisa masuk, padahal sudah antri lebih 30 menit, dan terpaksa dialihkan ke main hall.

WHO IS MART GREEN ?

Saya mengenalnya dari tulisan di blogspot suami saya (Pst Binsar S), yang menjelaskan tentang kerajaan bisnis seorang anak Tuhan, yang berhasil membawa nilai-nilai firman Tuhan kedalam etika kerja. Bisnis yang bergerak dalam bidang art and craft stores, dikenal dengan HOBBY LOBBY.
Sangat kaya raya, tapi hidup dengan sangat sederhana dan banyak memberi bagi pekabaran Injil.

Bisnis Hobby Lobby dimulai oleh ayah Mart, David Green pada tahun 1970 dengan modal $ 600. Saat ini usaha mereka tersebar di 490 lokasi di 40 negara bagian di Amerika Serikat.





Forbes edisi September 2011 mencatat David Green sebagai orang terkaya no 81 dari 400 orang terkaya di US versi Forbes 400, dengan taksiran kekayaan sebesar $ 4 B.
Progress yang sangat meyakinkan bila dilihat dari tahun 2003 David Green mulai masuk list Forbes 400 di posisi #231 dengan kekayaan $ 1,1 B, tahun 2009 peringkat mereka naik menjadi #123 dengan kekayaan $ 2,5 B, dan di tahun 2011 di peringkat 81 dengan kekayaan $ 4 B.

Kerajaan bisnis keluarga Kristen yang sangat kaya raya tapi memilih untuk menjalankan bisnisnya dalam takut akan Tuhan. Nilai-nilai yang dianut based on Bible. Dan Hobby Lobby semakin berkembang.

Memilih untuk tidak membuka strore chain mereka di hari Minggu sehingga tiap hari Minggu kehilangan potensi sales senilai $100 juta, demi para karyawan bisa beribadah bersama keluarga.

Mendonasikan dengan murah hati keuntungan mereka untuk menyediakan lebih dari 400 juta Alkitab untuk anak-anak di 100 negara, membangun rumah salit di Haiti, mendanai misionaris, dan banyak lagi.

Generosity mereka terlihat dari jawaban mengapa mereka tidak mendaftarkan perusahaan mereka di bursa saham. Semata karena mereka ingin mendonasikan lebih banyak lagi charity yang Tuhan taruh dalam hati mereka. Hal ini tidak akan mudah terjadi kalau perusahaan mereka listed di stock exchange.




(Mart Green & Oral Roberts)

Saking low profile dan hidup sederhana, mungkin tidak banyak juga publik Amerika yang mengenal keluarga ini. Sampai banyak orang tersentak dengan sosok Mart Green ketika menjadi wakil dari keluarga Green dan perusahaan mereka, mem-bailout hutang-hutang Oral Roberts University (ORU).
Tanpa bantuan tersebut mungkin university ini tidak bisa survived.

Sosok Mart Green lantas menjadi seperti seorang pahlawan, "a knight in shining armor".
Total bantuan mereka untuk ORU dalam kurun 2007-2011 adalah senilai $ 110 juta.


A GIVER IS NEVER POOR




Di E21 Mart Green banyak bercerita tentang kakek dan neneknya, Walter & Marie Green. Sang kakek adalah seorang pastor yang miskin, menggembalakan sekitar 35 jemaat yang juga miskin. Mereka hidup dari pemberian hasil pertanian jemaat mereka. Keadaan keuangan yang sangat minimal tidak menggoyahkan semangat untuk memberi.

Kenangan yang tidak bisa dilupakan anak-anak mereka, Walter & Marie Green ini setia mendukung dan memberi untuk misi, walaupun hidup mereka sendiri sangat miskin. Sering kali mereka menaruh kaleng makanan yang telah kosong di dalam kulkas, untuk memberi kesan mereka masih mempunyai cukup stock makanan, supaya tidak membuat jemaat mereka berbelas kasihan dan terbebani untuk memberi lebih lagi bagi keluarga ini. Mereka tidak suka meminta-minta atas jemaat mereka yang hidupnya sendiri sudah sangat prihatin.
Sang nenek sering membuat kerajinan tangan seperti rajutan untuk dijual, dan dananya untuk disumbangkan ke ladang misi. Seandainya tidak ada yang membeli rajutan tersebut, maka Marie sendiri yang akan menyisihkan uang untuk membelinya, supaya tetap ada dana yang bisa diberikan untuk misi.

Marie Green kerap berkata kepada anak-anaknya,



"We are not POOR.  
You're never poor when you have 
something to GIVE."


Walter & Marie Green pulang ke rumah Bapa masih dalam kemiskinan, tidak sempat melihat anak mereka David kelak menjadi billioner, dan menyumbang ratusan juta dollar bagi ladang misi.

Suatu ketika, menyadari keluarga mereka begitu banyak memberi bagi pekerjaan Tuhan, Mart bertanya kepada papanya, David Green.
"Papa, apakah pemberian kita sudah melebihi pemberian nenek?"
Jawaban David Green sangat mengagetkan :
"Tidak akan pernah bisa menyamai pemberian nenek,
karena nenek memberi dari kekurangannya. Sedangkan kita memberi dari kelebihan kita."

Statement David Green tersebut membuat saya merenung.
Dan saya merasa amat sangat beruntung bisa hadir di E21 dan mendengar statement tsb langsung dari Mart Green. Anda bisa google kehidupan keluarga Green (I did), tapi statement tersebut belum pernah termuat di reportase manapun yang memberitakan tentang keluarga yang luar biasa ini.

Ratusan juta dollar dibandingkan hasil penjualan rajutan tangan yang tak seberapa?
Bagaimana mungkin nilainya ebih besar hasil rajutan tangan wanita miskin?

Sebab sistem nilai yang dikemukakan David Green adalah sistem Alkitab, yang sangat bertolak belakang dengan sistem dunia.
Seperti kisah janda miskin dengan 2 peser uang, bila dinilai dengan sistem Alkitab, maka:
Di mata Yesus, she is the greater giver.
Hari itu janda miskin adalah pemberi terbesar.
Jauh lebih besar dari semua orang kaya yang memberi dalam jumlah puluhan kali lebh besar.
Sama seperti Marie Green dengan penjualan kerajinan tangan yang tak seberapa, di mata Yesus (dan keluarga besar Green), she is the greater giver.

Kita semua punya kesempatan untuk dicatat dalam Book of Remembrance nya Tuhan sebagai Greater Giver. Kapan?
Saat kita dalam kekurangan, tapi kita tidak berhenti memberi.

Jangan takut terhadap krisis ekonomi.
Krisis ekonomi adalah peluang bagi kita untuk menjadi the Greater Giver.
Ketika Anda mendadak di PHK, itu kesempatan menjadi the Greater Giver.
Ketika kita merasa keuangan kita sangat pas-pasan bahkan kurang, itu kesempatan menjadi Greater Giver.

Welcome 2012.
Banyak ketidakpastian. Tapi yang jelas, Alkitab sudah menubuatkan hari-hari terakhir akan semakin sulit, bukan semakin mudah.
Bagaimana Anda dan saya ingin menjalani tahun yang baru ini?
Ingin merasakan happiness, satisfaction, blessing sepanjang tahun?
BACK TO THE BIBLE: BE A GIVER.

AN EXCELLENT GIVER.
A GREAT GIVER.
A GREATER GIVER.



All blessings,

Julita Manik



<br><br>



<br><br>