Thursday, December 30, 2010

GOD IS GOOD ALL THE TIME. (Sayonara 2010)



Ada banyak pujian yang mengatakan "Tuhan baik", "God is good" yang kerap dinyanyikan umat Kristiani. Dan biasanya ada gayanya. Thumbs up. 
Jempol dinaikkan ke atas tiap kali mengatakan "Yesus baik".
Pertanda kalau Tuhan Yesus itu OK banget, baik banget, TOP BGT dah pokoknya. Dan nggak ada lain yang seperti Dia.

Siapa yang memprakarsai gerakan thumbs up untuk menyatakan Tuhan baik.... nggak jelas. Tapi bagi saya pribadi, saya belajar gerakan ini pertama kali lewat pak Vetry Kumaseh. Kalau belum pake gaya jempol ke atas, beliau pasti belum puas. Sekarang jadi seperti gaya wajib, biar bukan pak Vetry yang leading worship, jemaat sudah pasti ngacungin jempol tiap kali menyanyikan Tuhan  baik.

Sebagai worshipper kita sama-sama tahu kalau menyanyi dengan diiringi body language membuat makna lagu terasa semakin dalam.
Mengatakan "I LOVE YOU" ke Tuhan sambil menyentuh jantung, menyanyikan "Haleluya" sambil mengangkat tangan ke atas, mengangkat tangan
tinggi-tinggi saat menyanyikan "Glorify Thy Name", bow down saat berkata  "I worship You"  membuat PW yang kita naikkan menjadi terasa lebih deep.


GOD IS GOOD. Yes !   ALL THE TIME. Yes! Yes! Yes!
(even when I am at the lowest level of my life)



Pernah nggak teman-teman renungkan makna thumbs up saat kita mengatakan "Tuhan itu baik"?
Artinya deep banget loh... Benar-benar menggambarkan bahwa kebaikan Tuhan itu timeless. Tidak dibatasi oleh musim, kondisi, dan waktu.
Setiap saat Dia baik.

Sebagai perbandingan...... Seringkali kalau kita mengatakan Tuhan itu Pemenang, Maha Kuasa, Maha Hebat, apa body language kita? Bukankah tangan yang diangkat ke atas dengan jari-jari yang dikepalkan?

Sementara untuk menyatakan Tuhan baik, gayanya beti, beda tipis.
Tangan sama-sama diangkat ke atas, dengan jari-jari yang juga dikepalkan. Perbedaannya ada satu jari yang nggak ikut terkepal, tapi mengarah ke atas, yaitu jari jempol.
Artinya, gaya ini setingkat lebih tinggi dari saat kita mengatakan Tuhan itu hebat, perkasa dsb. Kenapa?

Mungkin kita sedang dalam keadaan tidak melihat kehebatan, dan keperkasaan Tuhan, mungkin kita sedang mengalami sesuatu yang nggak enak dalam hidup ini, mungkin kita belum melihat hasil nyata Tuhan menolong kita, tapi saat kita bisa berkata Tuhan baik di atas segala yang kita alami itu membutuhkan iman yang lebih besar daripada melihat kehebatan Tuhan saja baru bisa berkata Tuhan baik.

"Following Him when your is breaking is greater faith than praising Him when your heart is singing" (Rick Warren) 



"Don't know why, but God always seems to be an 11:59 type Guy"



Semakin dewasa dalam Tuhan kita semakin sering menemukan kenyataan, kok sepertinya Tuhan meninggalkan kita, sepertinya Tuhan nggak sayang sama kita, sepertinya Tuhan tidak menolong kita...
Tapi Tuhan berjanji Dia tidak pernah meninggalkan kita, Dia selalu agape sama kita, dan pertolonganNya tidak pernah terlambat.
Walaupun sepertinya sudah terlambat.... tapi Tuhan janji tidak akan pernah terlambat. Dan Tuhan bukan seperti manusia yang bisa mengingkari janjinya.

Be still, and know that I am God. (Psalm 46:10)
Bagian kita tetap tinggal tenang, and keep saying "God is good all the time"

My testi.
Saya sudah sering bersaksi bahwa album pertama saya released sesudah
17 tahun saya berkarya sebagai songwriter. Dalam kurun waktu itu, saya sering tergoda untuk berpikir Tuhan nggak sayang sama saya, Tuhan ingkar terhadap janjiNya, Tuhan terlambat menjawab saya. Benar-benar Tuhan seperti 11:59 type guy.

Ketika album pertama saya keluar tahun 2006, saya masih berpikir semuanya sudah terlambat.
Sekarang ???? Apakah saya masih berpikir seperti itu ???
Saya mau bilang ke teman-teman semua, kalau saya disodorkan 2 pilihan dan  bebas memilih pilihan pertama "mau cepat release albumnya?" atau pilihan kedua "mesti menunggu 17 tahun baru bisa release?" Maka saya akan memilih yang kedua kalau itu dalam rancangan Tuhan.
Sekarang kemanapun Tuhan suruh saya pergi melayani, saya melihat pengalaman menanti 17 tahun dan tetap percaya "Tuhan itu baik" benar-benar memberkati orang-orang yang saya layani.



WELCOME 2011. 
(I know God is still good in 365 days ahead)





Sebentar lagi kita akan masuk dalam 2011. Time flyes...right ???
Banyak yang sudah terjadi dalam tahun yang sebentar lagi berlalu.
Ada mimpi-mimpi yang belum tergenapi, doa yang belum terjawab, target yang belum tercapai, pencobaan yang belum berakhir. Tetaplah berkata Tuhan itu baik. Bahkan di atas keadaan sepertinya kita tidak  melihat kebaikan Tuhan..... tetaplah berkata Tuhan itu baik.

Roma 8:28 masih berlaku....
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.





Di penghujung tahun banyak keluarga yang berkumpul, berdoa bersama menutup tahun dan celebrate tahun yang baru.
Ini saat yang paling tepat untuk mengakhiri 2010 dengan ucapan syukur "Tuhan baik"

"Tuhan aku berkata Engkau baik saat Engkau membuka jalan di tahun 2010, dan aku tetap akan berkata Engkau baik untuk jalanku yang Engkau tutup...

Tuhan aku berkata Engkau baik untuk anggota keluarga baru yang Engkau tambahkan, dan aku tetap berkata Engkau baik atas anggota keluarga kami yang Engkau panggil pulang tahun ini...

Tuhan aku berkata Engkau baik untuk semua doaku yang Engkau jawab, dan aku tetap berkata Engkau baik atas doaku yang belum dijawab....

Tuhan aku berkata Engkau baik untuk semua kemenangan di tahun ini, dan aku tetap berkata Engkau baik untuk semua pencobaan yang Engkau ijinkan dan masih belum berakhir....

Tuhan aku berkata Engkau baik untuk semua tawa di tahun 2010, dan aku tetap berkata Engkau baik untuk semua air mata sepanjang tahun ini.....

For God is good..... All the time



All blessings,

Julita Manik

Tuesday, November 23, 2010

Lebih Baik Pergi Ke Rumah Duka



"Pergi ke rumah duka lebih baik  dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia:  hendaknya orang yang hidup memperhatikannya."    (Pengkhotbah 7:2)

Akhir-akhir ini beberapa teman saya kehilangan orang-orang yang mereka cintai untuk selama-lamanya, karena sudah mendahului pulang ke rumah Bapa.  Sehingga pergi ke rumah duka menjadi  sesuatu yang sering saya lakukan. Dulu rasanya saya paling takut kalau membayangkan berada di rumah duka. Kalau bisa memilih mending nggak deh. Merinding rasanya berada dekat tubuh yang sudah terbujur kaku.

Sampai suatu ketika dalam suatu ibadah penghiburan di rumah duka
saya mendengarkan pembacaan ayat yang ditulis Raja Salomo dalam
Pengkhotbah 7:2 di atas.
Bayangkan Salomo seorang raja yang sangat besar, kaya, dan berkuasa.
Apa sih yang tidak dia miliki?
3 TA yang terkenal semua diamiliki, ..... harTA, tahTA, waniTA.
Kurang apa lagi ???
Pesta yang termegah pernah dia hadiri. Kehidupan yang super duper glamor makanan sehari-harinya. Dan orang-orang pun mengaguminya, ....karena hikmat yang dimilikinya.

Tapi raja yang begitu agung yang menulis Pengkhotbah 7:2,
Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya.


THE END OF A THING IS BETTER THAN IT'S BEGINNING

 

Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya. 
(Pengkhotbah 7:8a)

Saya menjadi lebih mengerti kenapa Salomo berkata lebih baik pergi ke rumah duka dari pada ke rumah pesta. Karena di rumah duka adalah akhir perjalanan seorang manusia di muka bumi ini. Dan di rumah duka juga kita bisa mengetahui apakah seseorang berhasil atau tidak mengakhiri pertandingan dengan baik.
Saya berkata begini bukan berarti kita menghakimi seseorang saat berada di rumah duka.
No way..... itu bukan bagian kita.
Bagian kita adalah belajar menyadari bahwa hidup kita ada akhirnya.
Dan 'bagian akhir' jauh lebih penting dari 'bagian awalnya'.


LIFE IS SHORT.



Di rumah duka juga kita menyadari betapa fananya kehidupan seorang manusia. Pemazmur mencatat paling banter sekitar 70-80 tahun.
Tetapi perjalanan hidup di tahun-tahun yang fana itu akan menjadi modal bagi kita untuk menjalani hidup dalam kekekalan. Apakah kita akan menjadi perabot yang mulia atau yang kurang mulia?
Semuanya ditentukan oleh 70-80 tahun yang fana.

Bila di tahun-tahun yang fana tsb kita hanya sibuk mengumpulkan harta duniawi, semuanya itu tidak akan berguna saat kita pulang ke rumah Bapa.
Jonathan Prawira (one of the best gospel songwriter in Indonesia)
menuliskan dengan sangat luarbiasa indah dalam lagu ciptaannya
"Hati S'bagai Hamba".....
"kutak membawa apapun juga..... saat kudatang ke dunia...
kutinggal semua pada akhirnya.... saat kukembali ke surga..."

Selama dipercaya hidup di dunia, kumpulkan harta di surga dimana tidak ada ngengat dan karat yang akan merusaknya, atau pencuri yang akan membongkar dan mencurinya.


LIVE IT TO THE FULLEST.



Bagi saya  live it to the fullest  ini bukan hanya apa yang bisa yang kita kerjakan untuk pencapaian pribadi, tapi juga apa yang bisa kita lakukan kepada orang-orang yang kita kasihi.
Di rumah duka banyak terdengar penyesalan dari kerabat yang ditinggalkan.
Ada anak yang menyesal kurang berbakti kepada orangtua, tidak menyadari bahwa dirinya tidak punya banyak kesempatan lagi untuk membalas kasih orangtua. Ada kakak yang menyesal kurang mengasihi adik, ada teman yang menyesal karena kurang bisa meluangkan waktu untuk bestfriendnya.

Saya juga pernah menyesal dengan sangat dalam, waktu Tuhan memberi beban untuk memberitakan Injil kepada salah seorang teman baik saya. Beban itu begitu dalam sekali, tapi saya menunda-nundanya...tarsok tarsok terus setiap hari. Sampai akhirnya saya tidak sempat melakukan amanat agung itu karena teman saya ini mengikuti ekspedisi mahasiswa di Sumatera dan saat menyeberangi kali yang kelihatan tidak dalam dihanyutkan banjir bandang yang tiba-tiba datang.
Saya hanya bisa menyesal, ... menangis, ... dan minta pengampunan kepada Bapa.  Life is short my friend. Live it to the fullest.


HOW WOULD YOU LIKE TO BE REMEMBERED ? 
(WRITE YOUR OWN OBITUARY)





"dan hari kematian lebih baik daripada hari kelahiran."
(Pengkhotbah 7:1b)

Kita semua harus bisa mengakhiri pertandingan dengan baik.
Start dan finish dengan baik.
Akhir sesuatu lebih baik dari awalnya. Jangan mau memulai sebagai yang terdepan dan berakhir sebagai yang terkemudian.

Karena akhir begitu penting, maka seperti apa akhir hidup yang kita inginkan, kita sendiri yang putuskan.
Dan kita juga yang harus menjalani apa yang sudah kita putuskan.
Sekarang kalau kita google banyak sekali website obituary.com yang menyediakan tempat untuk kita menuliskan obituari kita.
Suatu akhir kehidupan yang kita inginkan. Very interesting.
Di abad serba internet ini obituari tidak lagi bicara tentang masa lalu,
tapi masa depan yang kita inginkan.

Bicara tentang menulis obituari mungkin true story ini bisa memberkati kita.....


HE REDEFINED HIS OWN OBITUARY



Teman-teman pasti sangat akrab dengan nama Dr Alfred Nobel ya...
Yaaa, namanya diabadikan menjadi ajang pemberian penghargaan kepada orang-orang yang berprestasi di bidang kedokteran, keuangan, science, perdamaian, dsb.

Kenyataannya, pada tahun 1888 sebuah koran di Perancis menulis berita  kematian Alfred Nobel dengan headline:   
"THE MERCHANT OF DEATH IS NOW DEAD".

Alfred Nobel adalah penemu dan pemilik hak paten dari DINAMIT, yang pada waktu itu telah memakan korban jiwa yang tidak sedikit dalam ledakan yang ditimbulkannya.
Tentu saja berita tentang kematian yang tidak benar ini dibaca oleh Alfred Nobel yang memang belum RIP. Beliau menyadari bahwa ternyata image tentang 'pedagang maut' sudah melekat dalam dirinya akibat dinamit yang ditemukannya tersebut.
Berita di koran Perancis tersebut bukanlah akhir hidup yang diinginkan oleh Dr Nobel. Julukan sebagai 'pedagang maut' bukanlah gambaran yang diinginkannya untuk dikenang orang sepanjang masa.

Setelah membaca obituari tersebut, Dr Alfred Nobel merasa perlu untuk meredefinisi obituarinya.
Pada tanggal 27 November 1895 Alfred Nobel membuat surat wasiat di Paris yang akan dibacakan pada hari kematiannya (10 Desember 1896).
Isinya? Dr Alfred Nobel mendedikasikan harta yang dimilikinya untuk diberikan kepada orang-orang yang berprestasi diberbagai bidang yang membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik, bukan kepada kehancuran. Dan redefinisi obituari ini berhasil. Sekarang kalau disebut Alfred Nobel, semua orang akan mengingatnya sebagai pencetus dan pemberi hadiah Nobel. Orang tidak lagi mengkaitkan Alfred Nobel kepada kehancuran dan kematian, tapi perdamaian dan kehidupan.

Teman-teman.... hidup ini singkat.
Pastikan kita mengakhirinya dengan baik.
(Hendaknya orang yang hidup memperhatikannya)

Masih ingat kan cerita.... Ada 2 orang penjahat yang disalibkan di sebelah kanan dan kiri Tuhan Yesus.
Tapi yang satu mengakhiri hidupnya sebagai orang yang akan bersama-sama Tuhan Yesus di dalam Firdaus. 
(Hendaknya orang yang hidup memperhatikannya)


All blessings,

Julita Manik

Friday, August 27, 2010

s.m.a.l.l can be B.I.G



Thomas Merton, seorang biarawan Amerika, dan juga penulis 50 buku dan 2000 puisi, berkata, "The biggest human temptation is too settle for too little.

Mungkin berbeda-beda interpretasi teman-teman saat membaca quote ini.
Ada yang bilang kalau artinya, manusia itu sudah nyaman dengan sedikit yang dimilikinya, dan kurang mau berjuang lebih lagi.
Tapi untuk saya pribadi kalimat ini bicara tentang manusia yang tidak bisa menerima 'sedikit' yang dimilikinya.
Bagi mereka hukum ini yang berlaku: Little means nothing.


(It s just a)  s.m.a.l.l  TALENT



Masih ingat tentang perumpamaan TALENTA kan?
Bagaimana effort si penerima 5 dan 2 talenta untuk memultiplikasi talentanya, dan berhasil menerima profit 5 dan 2 talenta.
Tapi sesungguhnya bagian yang  paling tersohor di perumpamaan ini adalah tentang si penerima 1 talenta yang tidak puas dan bersungut-sungut atas sangat sedikit talenta yang dimilikinya, dan memilih untuk mengubur talentanya dalam tanah. Menganggap remeh untuk 'sedikit' yang dipercayakan kepadanya.


YOU'RE WASTING  YOUR  ENERGY by (multiplying)  DIGGING



Oooh..... kisah ini tidak terjadi di kitab Injil saja my friends, masih didaur ulang dan masih fresh hingga sekarang di abad 21. Buktinya?
Saya sangat sering melihat orang-orang di sekeliling saya yang kasat mata jelas sebagai pihak penerima 1 talenta, yang ogah-ogahan melipatgandakan talentanya (hmmmh... I remember I was member of this club).
Atau mungkin sempat berusaha tetapi kandas di tengah jalan karena tantangan berat yang dihadapi.
Ujung-ujungnya....yah... tidak berbuat apa-apa lagi, dan berandai-andai, "kalau saja aku punya talenta yang lebih besar, aku pasti akan bisa dapat profit juga seperti yang lain....."

Friends, pengalaman saya mengajarkan, little doesn't mean nothing, dan banyak true story disekeliling saya yang mengajarkan small can be BIG, makanya teman-teman harus meluangkan waktu membaca kisah
di bawah ini.



m.i.n.o.r  can be  M.A.J.O.R  (part 1)



Apakah orang buta bisa mendaki Mount Everest ?
Mungkin dengan cepat kita akan berkata, "mana mungkin".
Friends, seumur-umur ... saya hanya pernah mendaki gunung Gede dan gunung Cikurai. Itu aja udah ngos-ngosan setengah mati dan di tengah jalan berulang kali mau menyerah. Gimana kalau mata nggak bisa melihat dan yang didaki Mt. Everest gunung tertinggi di dunia ?
Tapi ternyata jawaban pertanyaan di atas:  'BISA !!!"

Karena Erik Weihenmayer, seorang Amerika menjadi  'the first and the only blind man' yang menorehkan namanya sebagai penjejak kaki di puncak tertinggi tersebut pada tanggal 25 Mei 2001.
Dari lebih 3000 orang penakluk Everest, seorang laki-laki -yang sejak lahir memiliki masalah dengan matanya dan buta total di usia 13 tahun-  menjadi salah seorang diantaranya.


CLIMB FARTHER THAN THE EYE CAN SEE



Puncak kenikmatan seorang pendaki gunung adalah ketika mencapai puncak menyaksikan pemandangan yang luar biasa indah yang hanya bisa dilihat langsung oleh seorang penakluk. Dan Erik tidak bisa menikmatinya sama sekali. Tapi ia tetap punya keinginan yang kuat untuk bisa sampai di sana.



Perjalanannya juga bukan perjalanan yang mudah. Semuanya serba extreem.
Medan yang extreem berat, udara yang extreem dingin, angin yang extreem kencang dan oksigen yang extreem tipis adalah tantangan yang sama dihadapi oleh semua pendaki yang lain. Bahkan tercatat lebih 200 orang meninggal saat pendakian di Mt Everest.
Belum lagi kondisi mata Erik yang buta membuat hambatan tersebut menjadi extreem pangkat 10.



Untuk mengatasi hambatan penglihatan, Erik biasanya mendaki dengan seorang partner pendaki yang berjalan tepat di depannya dan dilengkapi dengan bell di ranselnya.




Sehingga dengan mudah Erik dapat mengetahui arah perjalanan melalui bell yang berdenting dan mengikuti langkah kaki sang partner.
Pada saat harus melangkahi jurang sempit tetapi sangat dalam, maka partner dan sherpa yang mendampinginya akan menjelaskan dengan detail medan yang akan dilalui supaya Erik tidak mengalami kecelakaan dan terperosok ke dalamnya.
Wow.....nggak sanggup saya membayangkannya....
Benar-benar a tough journey.

Sejak penaklukan Mt Everest, kepopuleran namanya tidak perlu diragukan lagi. Menjadi cover majalah TIME, bahkan diterima menjadi tamu Gedung Putih oleh Presiden George W. Bush yang menjabat pada waktu itu.




Puas dengan semua yang dialaminya?
Tidak. He keeps climbing and climbing. Erik bahkan sudah menaklukkan
The Seven Summits, 7 puncak tertinggi yang ada di dunia, pada bulan September 2002.

Ketika di Tibet, ia menemukan kenyataan bahwa orang-orang buta diperlakukan dengan buruk di sana karena anggapan mereka dikuasai oleh kuasa kegelapan atau pernah berbuat jahat di kehidupan sebelumnya.
Sehingga selama 2 tahun ia bekerja keras mencari sponsor untuk CLIMBING BLIND EXPEDITION, yaitu membawa anak-anak Tibet yang buta untuk mengalami pengalaman mendaki seperti dirinya.
Ia sukses membawa 6 anak remaja Tibet yang buta mendaki hingga ketinggian 6.400 m (bandingkan dengan Mt Everest yang setinggi 8.848 m, wow... berhasil sampai 70% ketinggian puncak tertinggi di dunia loh).


Mau tahu opini Erik tentang kehidupan?
"You can look at life as a nightmare or as an adventure.  
I chose adventure."

Friends, saya semakin diyakinkan kalau semua orang diciptakan dengan kemampuan untuk membuat suatu pencapaian terhadap tujuan hidupnya.
Still got the feeling "I have too little" or "I am a nobody" ?
Masih ada satu kisah lagi.


m.i.n.o.r  can be  M.A.J.O.R  (part 2)



Kalau kisah Erik Weihenmayer terjadi sudah 8 tahun yang lalu, maka another BIG STORY  kali ini baru saja terjadi. Masih anyar. Masih hangat.

Beberapa waktu sebelumnya  Liu Wei  hanyalah seorang pemuda China biasa, berusia 23 tahun, yang berdomisili di Beijing. Mungkin banyak orang disekelilingnya yang berpikir he is really really a nobody.
Siapakah Liu Wei ?

Terlahir normal, tetapi pada usia 10 tahun mengalami kejadian tragis yang mengubah jalan hidupnya.
Waktu itu Liu Wei sedang asyik bermain petak umpet dengan  teman sekelasnya, ia tidak sengaja menyentuh kabel listrik yang segera menyengat tangannya dan yang membuat hidupnya selama 45 hari berada dalam keadaan kondisi yang membahayakan.
Ketika sadar, Liu Wei melihat bahwa dia tidak lagi memiliki kedua lengannya.
Liu Wei kecil menangisi hidupnya.

Bersyukur ia memiliki papa mama yang menyemangati Liu Wei untuk menjalani hidup sebagaimana orang yang normal. Belajar mengerjakan segala sesuatu serba sendiri, tidak boleh menggantungkan hidupnya pada orang lain, termasuk orang tuanya.
"Kamu harus belajar makan sendiri, kalau nggak, saat papa mama sudah tua siapa yang akan mengurus dirimu?"
Itulah pesan yang diajarkan orangtuanya.

Sang mama juga selalu menyemangati Liu Wei, kalau anaknya ini tidak berbeda dengan anak normal yang memiliki 2 lengan.
Liu Wei segera beradaptasi dengan keadaan tubuhnya, sehingga sekarang ia dapat berkata,  
"DIbandingkan orang lain, saya tidak berbeda. 
Kalau kamu mengerjakan segala sesuatu dengan tanganmu, maka aku  menggunakan kakiku."



"THERE'S NO RULE THAT SAYS PIANO CAN BE ONLY PLAYED BY HANDS" (Liu Wei)



From nobody to somebody.
Itulah yang terjadi saat Liu Wei mengikuti China's Got Talents pada bulan Agustus 2010 lalu.
Ditayangkan dan disaksikan hampir 1.3 Milyar penduduk, yang tidak sanggup menahan airmata menyaksikan Liu Wei memainkan lagu “Mariage D’amour” pada grand piano. Sangat indah. Ini bukan permainan piano biasa, karena ia memainkan piano tsb dengan jemari kakinya.

Kursi piano diatur sedemikian rupa dan ada bench kecil di depan piano sehingga Liu Wei bisa dengan leluasa menaruh kakinya di atas piano. Mungkin pertamanya semua orang meragukan apa mungkin alunan nada indah akan dihasilkan oleh jari jemari kaki?
Friends, piano itu sesungguhnya didesain untuk jari tangan, yang jelas-jelas bentuknya jauh lebih kecil dan panjang daripada jari kaki. Jari yang panjang membuat jangkauan tangan menjadi luas, dan bentuknya yang lebih mungil dari jari kaki membuat gerakannya lebih leluasa.
Lah....kalau dengan kaki ? Saya belum kebayang, apalagi jempol kaki yang bentuknya besar. Wah....wah....wah......
Dan ternyata, Liu Wei memainkan lagu  “Mariage D’amour”dengan begitu undah.
Flawless. Nggak cukup 2 jempol tangan diacungkan kepadanya.
Bahkan jelas terlihat di televisi, orang-orang yang meneteskan air mata melihat perjuangannya.
Kejadian Susan Boyle terulang lagi.

Saya sangat tahu sekali kalau apa yang dijalani Liu Wei sama sekali tidak populer dan tidak mudah.
Saya sejak umur 10 tahun sudah belajar piano, dengan tangan.
Dan pertama kali ketemu, guru saya sudah nakut-nakutin dengan statement "dua alat musik yang paling susah dikuasai adalah biola dan piano".
Dan saya juga dengar, mulai belajar piano di atas usia 12 tahun adalah berat, tidak semudah anak-anak yang memulai dini di usia 6 tahun.
Itu yang saya tahu.
Paling nggak ini beberapa hambatan Liu Wei yang saya bisa deteksi:


Liu Wei baru belajar piano di usia 19 tahun (hambatan pertama).
Liu Wei harus belajar menggunakan kakinya (hambatan kedua)
Liu Wei harus bertarung dengan keinginan berhenti di tengah jalan (hambatan ketiga).
(lha....wong saya yang belajar pake tangan, plus start sejak usia 10 tahun saja berulang kali berpikir untuk berhenti, karena sulit dan bosan.....)
Dan pasti Liu Wei memiliki lebih banyak lagi hambatan yang tidak dialami oleh orang-orang lain.

STOP COMPLAINING. LIVE YOUR LIFE SPLENDIDLY.



Seperti Erik Weihenmayer, Liu Wei punya pandangan terhadap kehidupan.
"I think that in my life there are only 2 choices: 
either quickly die, or live life splendidly.
There's no rule that says piano can be only played by hands."

Hanya ada 2 pilihan. Mau hidup biasa-biasa, atau luar biasa?
Kalimat terakhir yang dahsyat, .... tidak ada ketentuan bahwa piano hanya bisa dimainkan dengan tangan.

Believe it or not. Kalimat di atas dengan segera akan sering dikutip oleh banyak motivator, blogger, ataupun netter. Kalimat yang sangat inspiratif. Membuat orang lain belajar melihat dan bertindak melebihi segala keterbatasan yang menghalangi.

Apakah teman-teman pemilik 1 talenta?
Keputusan ada di tangan masing-masing.
Mau pilih percaya 'little means nothing'  atau  
'small can be BIG"    ?
Saya tentu saja pilih yang terakhir.



All blessings,

 Julita Manik

Tuesday, July 27, 2010

(neither you nor I but) THEY HAVE PAID THE PRICE for the BIBLE (in our hands)



Pernah kebayang nggak kalau Alkitab hanya tersedia dalam bahasa aslinya?
Misal, baca Perjanjian Lama yang bahasa aslinya adalah bahasa Ibrani (Hebrew). Kira-kira bacaannya seperti ini....

b·rashith bra aleim ath e·shmim u·ath e·artz
u·e·artz eithe theu u·beu u·chshk ol - phni theum
u·ruch aleim mrchphth ol - phni e·mim

Waaah pasti kita keleyengan deh...
Padahal kalau diterjemahkan, dengan gampang kita akan mengerti arti ayat di atas yang diambil dari  Kejadian 1:1-2.
Bayangkan...., baca Perjanjian Lama dalam bahasa ibu kita aja, sering kali bingung, apalagi kalau harus baca text aslinya?
Untuk ayat di atas, paling nggak harus 18 kali (!!!) buka kamus Hebrew.

Sama juga kasusnya dengan 27 Bab yang ada di Perjanjian Baru.



Perjanjian Baru, yang seringkali menjadi preferensi untuk pertama kali dibaca bagi yang yang ingin mendalami Alkitab (karena mungkin lebih mudah dicerna) tidak lagi menjadi kitab favorit. Kenapa?
Puyeeengggg...
Karena kalau harus baca dalam bahasa asli, berarti teman-teman harus fasih bahasa Yunani (Greek).
Contoh nih...., coba baca deh...

houtOs gar EgapEsen ho theos ton kosmon hOste ton
huion autou ton monogenE edOken hina pas ho
pisteuOn eis auton mE apolEtai all echE zOEn
aiOnion

Apaan tuh? Kok kayak rumus Fisika ?
Padahal itu kutipan bacaan ayat emas kita Yohanes 3:16... loh friends
Untuk bisa mengerti ayat favorit kita ini, harus 24 kali (!!!) buka kamus Greek. Itu baru 1 ayat.
Gimana kalau harus baca 27 Bab ? OMG !  Menyerah deh...

Jadi, kita adalah orang-orang yang beruntung, karena bisa dengan mudah membaca Alkitab dengan bahasa yang kita mengerti.
Ingin mendalaminya lebih lagi dan mengerti bahasa aslinya?
No Problemo ! Karena ada banyak Dictionary atau Concordance yang akan menolong kita.
Kalau begitu, berarti.... kita harus berterima kasih dong kepada penterjemah Alkitab.

Ada peribahasa yang mengatakan. "BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MENGHARGAI PAHLAWANNYA"

Lewat posting kali ini, saya ingin mengajak teman-teman mengenal orang-orang yang berjasa menterjemahkan Alkitab, pada masa-masa yang tidak mudah.


DAN ALKITAB PUN DITERJEMAHKAN !

Sedikit mengulas sejarah ya....
Alkitab dianggap perlu diterjemahkan karena perubahan bahasa sehari-hari yang digunakan kalangan Yahudi pada masa itu.  Terjemahan Alkitab dari bahasa Ibrani  pertama kali dilakukan pada masa 200 tahun BC (sebelum Kristus lahir).
Karena pada masa itu Kerajaan Yunani yang berkuasa, dan bahasa sehari-hari adalah bahasa Yunani, maka semakin banyak orang Yahudi yang tidak bisa lagi berbahasa Ibrani. Sehingga Alkitab Perjanjian Lama (PL) pun diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani.

Ketika Kerajaan Romawi ganti berkuasa, maka sebagian masyarakat pada masa itu menggunakan bahasa Latin, dan sebagian lagi bahasa Yunani. Alkitab pun diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, pada tahun 404 AD,  oleh Jerome, seorang terpelajar yang menguasai bahasa Ibrani dan Yunani.
Hasil terjemahannya (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) disebut dengan Alkitab Latin Vulgate, yang kemudian dijadikan Alkitab resmi oleh Gereja Roma Katolik selama 1000 tahun.


WE PAID THE BIBLE FOR THOUSANDS RUPIAH (only),
BUT THEY PAID THE BIBLE WITH THEIR LIVES.


JOHN WYCLIFFE



John Wycliffe yang dikenal dengan sebutan "the morning star of the Reformation", adalah orang pertama menterjemahkan Alkitab  ke dalam bahasa Inggris (dari Alkitab Latin Vulgate) dan memproduksinya di tahun 1382. Ia melakukannya 1 abad sebelum reformasi Martin Luther di Jerman.
Pada masa itu, pengajaran gereja sudah sangat jauh bergeser dari pengajaran Alkitab yang sebenarnya, dan John Wycliffe, seorang professor Oxford sekaligus theologian sangat menentang hal itu.

Wycliffe percaya bahwa Alkitab adalah Roti Kehidupan dan sumber keselamatan orang percaya. Sehingga ia rindu semua orang Kristen awam dapat membacanya dengan bahasa yang mereka mengerti.

Dengan bantuan beberapa orang sahabatnya yang ingin "Back To The Bible", Wycliffe memproduksi Alkitab berbahasa Inggris edisi Perjanjian Baru (PB).
Dan karena pada masa itu belum ditemukan mesin printing, maka semua lembar Alkitab itu ditulis tangan (!!!).  Bayangkan...,  untuk menulis tangan sebuah Alkitab Perjanjian Baru dibutuhkan waktu sebulan.
Akibatnya, tentu saja harga sebuah Alkitab menjadi sangat mahal.

Saat itu, banyak orang yang haus membaca Firman Tuhan, tetapi karena harganya yang sangat mahal, sangat sedikit yang mampu membelinya. Sehingga ada yang rela membayar cukup mahal agar bisa membaca Alkitab "selama 1 atau 2 jam", karena tidak mampu membelinya 1 buku utuh.
Bayangkan, .... rela membayar untuk bisa meminjam Alkitab dengan waktu baca hanya 1 atau 2 jam saja. Begitu haus.


Bandingkan dengan Alkitab kita di masa kini yang sangat gampang diperoleh, dan mungkin kita punya beberapa edisi di rumah (ada yang covernya LV, ELLE, leather, Rainbow Edition), tapi tergeletak di sudut rak, dan jarang disentuh. Atau hanya membawanya seminggu sekali saat akan ke gereja.
Kalau orang percaya yang hidup di abad ke 13 melihat kondisi ini mungkin mereka akan menangis, karena di abad lalu mereka begitu haus membacanya, tapi tidak bisa memilikinya.

Pemimpin gereja saat itu sangat tidak senang dengan pengajaran Wycliffe dan penterjemahan yang dilakukannya, sehingga 30 tahun setelah Wycliffe meninggal dikeluarkan larangan membaca Alkitab edisi bahasa Inggris.
Yang ketahuan melanggar, akan disita harta bendanya, bahkan bisa kehilangan nyawa.
Tak cukup sampai di situ, 44 tahun setelah Wycliffe meninggal,
Pempimpin Gereja saat itu memerintahkan kuburan Wycliffe digali, kemudian tulang belulangnya dibakar dan abunya ditebarkan di sungai.
Mereka memperlakukan Wycliffe bak seorang yang terkutuk.


JOHN HUS



John Hus, seorang reformator agama dari Ceko, mengikuti jejak Wycliffe.
Ia sangat menentang larangan dari Pemimpin Gereja yang mengancam akan mengeksekusi semua orang yang memiliki Alkitab di luar bahasa Latin. Dengan semangat John Hus mempromosikan apa yang sudah Wycliffe lakukan, yaitu agar pengajaran gereja kembali  Back To The Bible dan agar semua orang diperbolehkan memiliki Alkitab dalam bahasa yang mereka mengerti.
Tahu 1415, John Hus dihukum mati dengan cara dibakar hidup-hidup.
Dan lembar-lembar kertas Alkitab yang diterjemahkan Wycliffe digunakan untuk mengobarkan api yang merenggut nyawanya.
Apa kalimat terakhir John Hus?
“in 100 years, God will raise up a man whose calls for reform cannot be suppressed.”

Dan Tuhan menggenapi nubuatan John Hus, dengan membangkitkan
Martin Luther, seorang tokoh Reformasi Gereja dari Jerman, pada tahun 1517.

Pada tahun 1517 itu juga, Foxe’s Book of Martyrs mencatat di Inggris ada
7 orang dibakar karena mengajarkan anak-anak mereka mengucapkan doa Bapa Kami dalam bahasa Inggris dan bukan bahasa Latin.
Tapi reformasi tidak bisa dibendung lagi.

Ada banyak lagi orang-orang yang luar biasa yang rela membayar harga dengan nyawa mereka sendiri, hanya agar Alkitab bisa dibaca dan dimengerti banyak orang. William Tyndale, John Rogers, Thomas Cranmer, (ketiga-tiganya juga dihukum bakar). Yang kepengen tahu lebih banyak bisa membacanya di http://www.greatsite.com/timeline-english-bible-history/


LAW of SCARCITY vs LAW of GOD




Law of Scarcity  (hukum kelangkaan) menyatakan "apabila sesuatu yang kita inginkan tersedia dalam suplai yang terbatas maka value dari benda yang kita inginkan itu akan meningkat".

Hal ini akan berdampak kepada meningkatnya jumlah orang-orang yang menginginkan sesuatu yang langka tsb.

Saya jadi teringat film "Book Of Eli".
Dalam fim tersebut diceritakan bagaimana seorang penguasa sebuah kota yang sangat kejam, rela menukarkan apapun yang dimilkinya demi sebuah buku yang dibawa oleh Eli (diperankan oleh Denzel Washington).
Eli berjuang melindungi buku itu dengan nyawanya. Dan diakhir cerita baru saya tahu ternyata buku itu adalah sebuah Alkitab. Langka, hanya ada 1 di muka bumi, maka dicari-cari sampai kemanapun.
Walaupun akhirnya Alkitab itu bisa direbut sang penguasa, tapi ia hanya bisa tertunduk lunglai karena ternyata tulisan didalamnya menggunakan huruf Braille (untuk tuna netra, dan tak seorangpun di kota itu yang bisa membacanya).  
See....., betapa pentingnya Alkitab menggunakan edisi bahasa dan huruf yang kita mengerti.

Saya merenungkan, kenapa ya dulu orang-orang begitu haus membaca Firman Tuhan? Sementara, di masa kini, di mana Alkitab dengan mudah dapat diperoleh, kehausan untuk membacanya tidak seperti dulu lagi.
Saya percaya bukan karena langka maka mereka haus, tapi karena rindu hidup dalam kebenaran Firman Tuhan.

Friends,....  Tuhan berkata "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu." (Matius 24:35)

Oleh karena itu, membaca Alkitab adalah hal yang penting untuk dilakukan. Segala sesuatu akan binasa, tapi Firman Tuhan kekal selamanya.
Langka atau tidak langka, biarlah kita selalu punya kehausan untuk membaca dan hidup didalamnya.


READ ME, PLEASE...




Teks Alkitab berbahasa Indonesia sudah ada sejak tahun 1612.
Menurut Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), waktu yang dibutuhkan untuk menterjemahkan Alkitab Perjanjian Lama adalah sekitar 5-6 tahun, sedangkan Perjanjian Baru 4-5 tahun.
Berarti total waktu yang dubutuhkan untuk menterjemahkan sebuah Alkitab mencapai 10-11 tahun .
Bukan waktu yang singkat friends... belum lagi harga yang harus dibayar oleh para hamba-hamba Tuhan yang menterjemahkan, rela meninggalkan kehidupan yang nyaman demi Alkitab tersebut bisa ada di tangan kita dengan bahasa yang kita mengerti.

Jangan biarkan pengorbanan mereka sia-sia.
Dulu, orang rela membayar dengan harga yang sangat mahal hanya demi bisa membaca Alkitab 1 atau 2 jam saja.
Bagaimana dengan kita sekarang?
Bahkan keadaan sudah begitu modern sehingga Alkitab pun sudah manunggal dengan handphone yang kita miliki, bisa dibaca kapan saja, di mana saja. Jangan biarkan kehausan itu sirna.

Apakah kita bersyukur atas Alkitab di tangan kita?
Dan untuk   harga yang telah mereka bayar   sehingga kita dapat memilikinya?

JUST READ IT. 
AND DO IT.


Semoga tulisan, yang sangat panjaaaaaang ini, bisa memberkati teman-teman semua.


All blessings,


Julita Manik

Thursday, June 10, 2010

WANNA BE A TRUE WORSHIPER ? Learn from these dogs !



Learn from dog? Yang bener aja..... apa salah ketik kata?
No friends..... ini nggak salah. Learn from dog.
Kenapa saya berani bilang begitu?
Bukan untuk merendahkan derajat manusia loh, ... tapi karena makna yang dikandung oleh kata 'worship' itu sendiri.

Di Perjanjian Baru Terjemahan Inggris King James Version ada 44 kali kata worship disebutkan.
Bila merujuk kepada bahasa aslinya yaitu bahasa Yunani (Greek), maka dari 44 kata worship ini, 34 kali diantaranya (77%) menggunakan kata Yunani  PROSKUNEO (berdasarkan STRONG's Bible Concordance).
Sisanya, 10 kata worship lainnya, terbagi menjadi kata 6 kata Yunani seperti Sebomai (3x), Enopion (1x), Doxa (1x), Latreuo (3x), Eusebeo (1x), dan Ethelothreskeia (1x).

Melihat statistik ini, saya menyimpulkan kata PROSKUNEO untuk menerjemahkan 'WORSHIP' tentulah sangat penting sekali.
(Dan apalagi saat Tuhan Yesus mengajarkan kepada perempuan Samaria tentang bagaimana  'worship' dengan benar, dalam Yohanes 4:20-24, juga menggunakan kata 'Proskuneo')

Apa sih arti Proskuneo?


LIKE A DOG LICKING HIS MASTER'S HAND



Proskuneo berasal dari kata  pros (nearness at), dan kuon (a dog), dan bila digabungkan menjadi :  'like a dog licking his master's hand'.
Seperti seekor anjing yang menjilati tangan tuannya.
Seperti itulah kata worship diterjemahkan dalam bahasa aslinya.

Kenapa yah Tuhan mau penerjemahannya seperti itu?

Fakta membuktikan tidak ada anjing yang tidak suka menjilat majikannya.
Hal pertama yang dilakukannya ketika bertemu dengan tuannya, adalah menjilat, sampai pemiliknya kewalahan. Sampai-sampai ada training bagaimana supaya mengurangi kebiasaan anjing yang suka menjilat. Kenapa yah anjing suka menjilat?

Dalam sebuah artikel tentang "Why Do Dogs Follow and Lick You?" dijelaskan bahwa:
'Licking is a sign of affection, submission, a way to get acquainted with the environment and as a way to communicate with its master'. 

Ternyata menjilat itu adalah cara anjing mengekpresikan perasaannya dan cara berkomunikasi dengan tuannya.
Anjing adalah hewan yang sangat sensitif dan dapat merasakan perasaan yang dialami tuannya.
Nggak heran anjing selalu ingin berbagi rasa dengan tuannya. Ketika tuannya bahagia, ia juga ingin berbagi bahagia, ketika tuannya sedang sedih atau menghadapi masalah, ia dapat merasakannya dan ingin menghibur tuannya.
Yaah, ... satu-satunya hewan yang bisa mengasihi, yang bisa setia, dan bisa berbagi rasa dan berkomunikasi dengan tuannya hanyalah anjing.

Hubungan hamba dengan tuannya dapat dideskripsikan dengan begitu luar biasa oleh seekor anjing.
Dan yang lebih luar biasa lagi, hubungan hamba dan tuan ini tidak hanya sekedar ketaatan dan submission, bukan hanya sekedar kewajiban, tapi lebih dari itu, yaitu  hubungan kasih, perasaan, dan kesetiaan.
Nggak percaya?
Baca saja the true stories berikut ini.
It's all about dogs.


"I WANT TO BE NEAR YOU"



Bobby adalah seekor anjing milik seorang polisi bernama John Gray di Edinburgh pada abad ke 18.
Selama 2 tahun Bobby hidup tidak terpisahkan dari tuannya. Tetapi pada tahun 1858 John Gray meninggal karena penyakit tbc dan dikuburkan di pekuburan di kota tsb.
Sementara Bobby sang anjing, mati 14 tahun kemudian yaitu tahun 1872.
Lantas apa istimewanya Bobby?

Selama 14 tahun sisa hidupnya setelah ditinggal mati oleh tuannya, Bobby menghabiskan 14 tahun hidupnya itu dengan duduk di makam tuannya.
14 tahun menjagai makam tuannya!!!
Bobby hanya beranjak dari kubur itu ketika akan mencari makan di restoran sekitar kubur itu atau ketika musim dingin harus mencari tempat berlindung dari salju.

Waktu bersama yang sangat singkat, hanya 2 tahun,  memberi kekuatan kepada Bobby untuk setia dekat dengan tuannya selama 14 tahun kemudian (walaupun hanya di atas kuburan tuannya).
He spent the rest of his life just to be near with his master.



Masyarakat menghargai kesetiaan Bobby.
Patung Bobby didirikan untuk mengenang kesetiaan dan kasihnya kepada tuannya yang tak lekang dimakan waktu. Sampai maut memisahkan.
Dan di atas kuburan Bobby (berlokasi dekat makam tuannya) didirikan sebuah batu granit yang bertuliskan:

GREYFRIARS BOBBY
DIED 14TH JANUARY 1872
AGED 16 YEARS
LET HIS LOYALTY AND DEVOTION BE A LESSON TO US ALL

Di sana sini banyak berita tentang kasih manusia yang mudah renggang,
tapi Bobby menunjukkan kerinduan dekat dengan tuannya yang tidak pernah sirna, sampai maut memisahkan, yang mengharukan banyak orang hingga kini.


ALL BECAUSE OF LOVE, NO MATTER WHAT THE COST



Another Bobby, seekor anjing Scotch Collie milik Frank and Elizabeth Brazier, ikut berlibur bersama majikannya dalam suatu liburan musim panas tahun 1923. Malang dalam perjalanan tersebut Bobby terpisah dari tuannya.
Pencarian seksama dilakukan tapi hasilnya nihil. Dengan sangat sedih keluarga Brazier kembali ke rumah mereka tanpa Bobby, dan tidak ada harapan akan dapat bertemu lagi.

6 bulan kemudian .... ada seekor anjing yang berdiri dalam keadaan yang sangat menyedihkan di depan pintu rumah keluarga ini. Dia adalah Bobby !!!
Bau, kudisan, kurus kering dan tampak kondisi kaki yang sangat menyedihkan karena banyak berjalan.
Bila diukur jarak dari tempat Bobby hilang hingga ke rumah keluarga Brazier, maka Bobby menempuh jarak 2,800 miles atau 4,506 kilometer untuk bisa bertemu kembali dengan keluarga tuannya.
Susah membayangkan seberapa jauh jarak 4,506 km?
Kira-kira pulang pergi Jakarta-Bandung lewat tol Cipularang sebanyak
39 kali !!!    Jalan kaki !!!

Ada pepatah untuk orang yang sedang jatuh cinta "Gunung pun akan kudaki, laut pun kuseberangi" ... tapi baru hujan sedikit udah membatalkan janji.
Tidak demikian dengan Bobby.  Dia bayar harganya, seberapapun itu, semata hanya supaya bisa bertemu lagi dengan tuannya.
Jarak sejauh itu, dan dalam waktu yang tidak singkat, .....6 bulan !!!, dengan kondisi tubuh yang semakin lemah, tidak bisa menyurutkan hasratnya untuk bisa bertemu kembali dengan tuannya.
Lewat gurun, sungai, bahkan dihadang musim dingin, Bobby berjalan terus tanpa pernah tahu kompas untuk menunjukkan jalan.




Banyak orang tidak mengerti bagaimana Bobby bisa menemukan jalan kembali dalam jarak yang sangat jauh tersebut.
Tapi semua orang setuju bahwa kompas atau penunjuk jalan Bobby adalah kasihnya kepada majikannya.
His true compass is his true love.
Sebagaimana Bobby dari Edinburgh, Bobby dari Oregon ini juga menuai perhatian dan penghargaan masyarakat.


REFUSED TO FORGET



Rasanya saat ini hampir semua mengenal dan mengetahui kisah Hachiko, seekor anjing dari Jepang yang kisah hidupnya sampai-sampai difilmkan oleh Hollywood. Masih ingat kan Hachiko the movie, dengan bintangnya Richard Gere? Film yang sangat menguras air mata.
Saya juga sudah memuat kisah Hachi jauh sebelum film tersebut dibuat, karena sangat diberkati dengan kisah kesetiaannya. (Bisa dibaca di kolom "ALL ABOUT HACHIKO: Temukanku MenantikanMu #1 dan #2")




16 bulan dilalui Hachi dengan setia mengantar dan menjemput majikannya Profesor Ueno ke stasiun kereta Shibuya sampai suatu ketika di tahun 1925 sang Profesor terkena serangan stroke fatal seusai mengikuti rapat di kampus dan meninggal seketika. Jenazahnya dibawa ke kampung halamannya dan dikebumikan di sana.
Hachi yang tidak pernah tahu bahwa majikan yang dikasihinya sudah tidak ada lagi di muka bumi ini, tetap menanti dengan setia, setiap pagi dan sore di stasiun kereta tersebut seperti yang biasa dilakukannya.

Tidak sedikit perlakuan kasar yang dialami anjing yang sudah tidak bertuan ini di stasiun tsb, tapi Hachi tetap menanti. Setelah 7 tahun menanti, kisah Hachi si anjing yang setia ini mulai diberitakan di surat kabar. Hachi menjadi terkenal, dan orang-orang mulai memberi perhatian dan menyayanginya.

Kehidupan yang berubah 180 derajat, tidak lagi diperlakukan kasar, tidak membuat Hachi melupakan tuannya. Hachi tetap setia menanti pagi dan sore hari, sampai maut memisahkan.
8 Maret 1935 Hachi mati dalam penantian.
Kehidupan bersama majikannya yang begitu singkat, hanya 16 bulan, mampu membuat Hachi menanti selama 10 tahun. He refused to forget.
Anjing yang sangat setia ini dianggap pantas untuk menyandang penghargaan "The World's Most Loyal Dog".



GOD IS SEEKING PROSKUNETES




But the hour is coming, and now is, when the true worshipers (proskunetes) will worship (proskuneo) the Father in spirit and truth; for the Father is seeking such to worship (proskuneo) Him.
(John 4:23, NKJV)

Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
(Yohanes 4:23)

Father is seeking the true worshipers (Proskunetes) to worship Him.
Proskunetes adalah orang yang proskuneo.
Rasanya saya nggak perlu menjelaskan lebih detail tentang hal ini.
Teman-teman sudah baca beberapa true story tentang cinta dan kesetiaan seekor anjing kepada tuannya.
Saya percaya kisah itu berbicara.

WANNA BE A TRUE WORSHIPER?
Do Proskuneo. Be a Proskunetes.



All blessing,

Julita Manik

Monday, April 19, 2010

"AIR MATAKU (tidak lagi) MENJADI MAKANANKU"



Lesu aku karena mengeluh, setiap malam aku menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku.
(Mazmur 6:7)

Yaah.... air mata identik dengan masalah, kesesakan dan kesedihan hati.
Kita sering mengasosiasikan orang yang sedang menangis sebagai orang yang sedang menderita, walaupun ada juga air mata bahagia..., karena saking terharunya atas suatu peristiwa yang membahagiakan hati.
Tapi memang lebih banyak air mata keluar dikarenakan penderitaan.

Bani Korah menuliskan mazmur yang menunjukkan kesesakan hatinya,
Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku, "Di mana Allahmu?"
(Mazmur 42:4a)
sampai-sampai air mata terus mengalir tiada henti-hentinya...

Masyarakat sering menganggap orang yang mudah menangis adalah orang yang lemah hati, bahkan ada ajaran tak tertulis "Anak laki-laki sejak kecil harus diajarkan tidak boleh menunjukkan air matanya di depan orang lain", karena terkesan lemah dan tidak jantan...

Sampai suatu hari untuk pertama kalinya.... yaaah untuk pertama kalinya saya menyadari, 'betapa beruntungnya saya masih punya air mata'.
Betapa beruntungnya teman-teman , karena teman-teman masih bisa menangis.....


A MAN WITHOUT TEARS



Tanggal 14 Januari 2010 saya mendengarkan langsung kesaksian
Pdt Samuel Irwan.
Suatu kesaksian yang mengharu-biru.
Beliau pernah terkena penyakit kulit maha dahsyat yang sekarang meninggalkan jejak di matanya. Tidak bisa menangis lagi karena kelenjar air matanya sudah mampet akibat penyakit yang dialaminya.
Melihat penampilan beliau ketika berkotbah, sepintas tidak ada perbedaan dengan orang lain pada umumnya, kecuali mata yang kelihatan agak basah ...

Menelusuri kesaksiaannya, jelas sekali panggilan beliau adalah sebagai hamba Tuhan.
Samuel Irwan, sejak umur 14 tahun sudah melayani Tuhan, dan setahun kemudian sudah menjadi pengkhotbah cilik. Setamat SMA, Samuel Irwan melanjutkan pendidikan di Sekolah Theologia STT Tawangmangu.
Di sekolah inilah Samuel Irwan mengalami pembentukan karakter lebih lagi, dan sebelum lulus Samuel Irwan bernazar, kelak akan melayani Tuhan sepenuh waktu, di manapun Tuhan akan mengutus dan menempatkannya.


TEMPAT MULAI MENJALANI NAZAR



Setelah lulus dari STT Tawangmangu, tahun 1993 Samuel Irwan menjalani masa praktek dan ditempatkan di Kecamatan Mangkupalas, Samarinda, Kalimantan Timur.
Di tempat inilah ia mulai menjalani kehidupan sebagai hamba Tuhan sepenuh waktu. Semua dijalani dengan sukacita dan penuh semangat walaupun harus meninggalkan kehidupan nyaman di Surabaya dan menjalani kehidupan yang berat di Kalimantan dengan persembahan kasih yang sangat kecil.
Hanya Rp 80.000 per bulan.

Tinggal di rumah yang sangat sederhana, banyak tikus berkeliaran, mengepel rumah, mencuci pakaian dan piring di parit, membersihkan gereja, melayani sebagai pengerja di gereja adalah kegiatan yang dijalaninya hari demi hari. Tidak terasa sudah dijalani selama 2 tahun.


MERALAT NAZAR



"Bagaimana saya bisa berumah tangga dengan kehidupan ekonomi yang minim seperti ini?
Mana ada yang mau jadi istri saya?
Mana ada orang tua yang mau memberikan anak perempuannya kepada saya?
Bagaimana saya bisa menghidupi keluarga saya?"

Berbagai pertanyaan dan keluhan mulai menyesakkan hatinya di tengah-tengah kerinduan untuk mulai membina rumah tangga. Dan hatinya memang sudah mulai terpaut dengan seorang gadis cantik yang dikenalnya di pertandingan vocal group di sebuah gereja di Samarinda.
Samuel Irwan mulai memikirkan untuk tidak lagi menjadi hamba Tuhan sepenuh waktu. Apalagi banyak testi anak-anak Tuhan yang sukses dalam pekerjaan tapi juga tetap setia melayani Tuhan, membuat ia memutuskan berhenti jadi fulltimer dan mulai melamar pekerjaan sekuler.
Ketika gembala sidang bertanya tentang nazarnya, Samuel Irwan berkata, "Saya meralat nazar saya."
Airmata dan perkataan gembala sidang, "Gereja memang nggak bisa memberikan gaji besar, tapi Tuhan mampu pelihara hidupmu....."  tidak mampu menghentikan tekad Samuel Irwan untuk berhenti jadi fulltimer gereja.

Berbekal ijazah SMA, kemampuan komputer dan Inggris, tahun 1995, Samuel Irwan diterima bekerja di sebuah perusahaan kayu. Benar-benar mulai dari posisi bawah , hanya sebagai operator radio.
Karena keuletannya dalam bekerja dan kemampuannya di bidang komputer, hanya dalam waktu 5 bulan ia diangkat menjadi kepala produksi log di perusahaan kayu itu.
Berkat finansial mulai mengalir dengan deras sehingga bisa mengontrak rumah, membeli perabotan, sepeda motor membuatnya yakin berada di track yang benar.

Menikah dengan Erna S. Tjandra, di tahun 1996 dan dikaruniakan seorang putri setahun berikutnya membuat kebahagiannya semakin lengkap. Kedudukan tinggi di perusahaan, punya istri, anak, rumah, kendaraan.
What else could make him happier?
Kalau dulu saat ingin bekerja di dunia sekuler, Samuel Irwan berkata kepada Tuhan, akan melayani Tuhan sambil bekerja, sekarang keinginan melayani sudah tidak prioritas lagi.
Peringatan dari hamba-hamba Tuhan yang mengingatkan akan nazarnya tidak diindahkan.
Sampai.......


STEVENS-JOHNSON SYNDROM (SJS)



2 Januari 1998, Samuel Irwan merasakan keluhan masuk angin, demam, tenggorokan sakit dan mata merah. Sepertinya sakit biasa. Berobat ke dokter mata, dan diberikan paracetamol untuk menurunkan demam. Keesokan harinya, ternyata demam tidak kunjung turun juga, malah mulai timbul bintik-bintik merah pada lengannya. Telapak tangan dan kaki terasa sakit dan nyeri jika memegang atau menginjak suatu benda keras.

Berinisiatif sendiri untuk pergi ke dokter umum dan diresepkan obat pembunuh virus Zoter 400mg karena menurut diagnosa dokter ia terkena infeksi virus ditambah dengan obat penurun panas. Samuel tidak menceritakan kepada dokter umum itu bahwa ia juga diberi beberapa jenis obat oleh dokter mata. Selain itu ia juga membeli beberapa obat flu bebas dan jamu, apa saja yang menurut pengetahuannya bisa menyembuhkan gejala-gejala yang dialaminya.
Setibanya di rumah, Samuel Irwan meminum semua obat dari kedua dokter tersebut, ditambah obat bebas yang dibeli sendiri, semua dengan dosis yang tertulis, karena ingin cepat sembuh.

Akibatnya sungguh mengerikan karena mencampur sendiri beberapa jenis obat tersebut.
Bintik-bintik merah itu mulai melepuh dan gosong, dan mulai merambat sampai ke dada, tengkuk, leher, muka dan kondisi mata semakin memburuk, semakin merah. Kerongkongan, rongga mulut dan lidah juga melepuh.
Tidak cukup sampai di situ, kondisi ini semakin tambah parah karena di kulit seperti ada air dan nanah yang membusuk.

Dirujuk ke RS di Samarinda, 7 Januari 1998 Samuel Irwan menjalani rawat inap.
Salah seorang anggota tim dokter yang menangani, seorang dokter kulit mengatakan bahwa Samuel Irwan mengidap penyakit Stevens-Johnson Syndrome (SJS) stadium 3.
Kondisi tubuh Samuel Irwan saat itu seperti orang yang terkena luka bakar 80%. Semua bagian tubuh tidak ada yang terluput; melepuh, gosong, dan bernanah, dari kepala sampai ujung kaki, kecuali paha dan betis.


DI BATAS AKHIR KEKUATAN



Samuel Irwan mengingat masa itu, "Kalau sedang tidur dengan posisi miring, dan tidak hati-hati dan pelan-pelan menggerakkan wajah ke posisi lain, maka kulit muka akan tercuil dan lengket di seprei. Pediihhh sekali....."

Demam juga tidak kunjung turun, sampai 42 derajat Celcius, sehingga kalau sedang menggigil ranjang bergoncang dengan kerasnya seperti sedang gempa bumi. Harus dimasukkan ke ruang isolasi, bukan karena SJS ini adalah penyakit menular, tetapi karena takut penyakit pasien lain menular kepada Samuel Irwan yang dapat memperburuk keadaannya.

Suatu hari mata yang selalu merah itu seperti kelilipan dan Samuel meminta suster untuk menyiram matanya dengan boorwater. Ketika bangun tidur, bukannya jadi baikan, ternyata malah kedua belah mata jadi putih semua, seperti ditutupi kertas HVS putih.
Samuel Irwan sangat marah kepada para dokter dan suster yang merawatnya.
Dan juga sangat marah kepada Tuhan, "Tuhaaaan..... saya butuh mata ini untuk bekerja....."
Saat di batas akhir kekuatannya, saat mata tidak lagi bisa dipakai untuk melihat, Samuel Irwan minta pengampunan kepada Tuhan.


HE JUST WANTED ME TO TURN BACK TO HIM



Dokter di Samarinda semuanya sudah angkat tangan dan merujuk Samuel Irwan ke rumah sakit di Surabaya. Malam sebelum keberangkatan ke Surabaya, Samuel Irwan menyadari panggilannya kembali.
Ia memanggil gembala sidangnya yang dulu, untuk berdoa minta ampun karena lari dari Tuhan.
Saat itu Samuel Irwan berjanji jika Tuhan masih beri kemurahan untuk hidup maka ia akan melayani Tuhan sepenuhnya kembali.

Dengan bantuan seorang gembala GBI di Samarinda, Samuel Irwan dibawa ke Surabaya.
Kondisi Samuel saat itu tidak bisa berjalan lagi karena kaki juga melepuh.
Saat akan naik tangga pesawat, karena tidak bisa berjalan, seorang portir yang tidak mengetahui penyakitnya, berusaha menolong dengan menggendong Samuel ke kabin pesawat. Gerakan tiba-tiba mengangkat Samuel yang sedang duduk di kursi roda, membuat kulitnya robek tertarik, dan Samuel menjerit keras sekali. Perjalanan yang sangat tidak mudah untuk sebuah harapan kesembuhan.


WALAUPUN TIADA DASAR UNTUK BERHARAP



Tim dokter yang menerima di Surabaya sangat kaget melihat kondisi tubuh Samuel Irwan. Mereka tidak menyangka kondisi Samuel sudah begitu parah sekali.
Sebelumnya mereka pernah menangani pasien yang mengidap sakit SJS ini dengan kondisi hanya sepertiga dari kondisi Samuel. Pasien ini akhirnya meninggal dunia, .... apalagi Samuel?

Saat baju dibuka untuk dirontgen, kulit punggung kembali robek.
Warna yang putih dipunggung adalah daging yang kelihatan akibat kulit tersobek, dan warna merah adalah darah yang keluar.

Detail hasil rontgen: lambung, pankreas, liver, bagian-bagian dalam tubuh, semuanya rusak. Sehingga diperkirakan Samuel hanya bisa bertahan 3 minggu.
Karena sudah menjalani penyakit SJS ini sejak 2 Januari 1998, maka diperkirakan Samuel Irwan hanya bisa bertahan sampai 23 Januari 1998. Sehingga diminta untuk segera menghadirkan istrinya ke Surabaya, membawa anak mereka yang baru berusia 2 bulan.

Seorang dokter kulit lulusan Jerman berkata, kalaupun Samuel bisa sembuh dari penyakit SJS ini, perlu 2 tahun untuk recovery kondisi kulitnya untuk kembali seperti semula.
Dokter mata, yang juga lulusan Jerman berkata, kalaupun sembuh, akan buta selamanya, tidak ada lagi harapan untuk mata Samuel.

Tiada dasar untuk berharap, namun Samuel Irwan tetap berharap kepada Tuhan seperti Abraham dalam kitab Roma,
Sebab sekalipun  tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."
Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup.
Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,
dengan penuh keyakinan, bahwa  Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.
(Roma 4:18-21)


"A VIRTUOUS WOMAN'S PRICE IS FAR ABOVE RUBIES"



Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya?
Ia lebih berharga dari pada permata.
(Amsal 31:10)

Ayat ini layak ditujukan kepada Erna Tjandra, istri dari Samuel Irwan, yang dengan tekun merawat suaminya. Tidak pernah sekalipun menunjukkan kejijikan kepada suami yang sudah sangat hancur tubuhnya. Dengan kondisi yang sudah sangat berbau busuk dan amis, tidak pernah sekalipun Erna masuk ke ruangan isolasi dengan memakai masker. Tidak pernah sekalipun.
Dengan setia ia merawat borok-borok di tubuh Samuel, menyikat gigi Samuel dengan jari-jarinya, membersihkan kotoran di ranjang, semua dilakukan tanpa mengeluh dan selalu tersenyum.
Semua dilakukan dengan kasih. She showed us an unconditional love.
Tidak terkira impartasi kekuatan yang diberikannya kepada sang suami yang sedang berjuang melawan maut. Erna berkali-kali menguatkan Samuel untuk tetap berharap kepada Tuhan.


PENDERITAAN TAK BERUJUNG ?



Rutinitas pengobatan Samuel setiap hari juga menjadi rutinitas penderitaannya.
Tubuh yang sudah melepuh, gosong, bernanah itu setiap hari harus diberi salep dan diperban.
Esok paginya perban itu harus diganti. Ketika perban dibuka maka kembali kulitnya sobek dan menempel di perban tsb. Sakit sekali, dan harus dijalani selama 1,5 jam dari pukul 9 pagi sampai 10.30 siang. Setiap hari selama 1,5 jam berteriak-teriak kesakitan. Demikian juga ketika seprei akan diganti. Kembali kulit akan tersobek dan lengket di sprei.

Dukungan dari istri dan pihak keluarga Samuel Irwan sangat besar sekali.
Tak henti-hentinya mereka berdoa puasa rantai memohon kemurahan Tuhan untuk menyembuhkan Samuel.

Tapi keadaan Samuel bukannya membaik, malah bertambah parah. Ke 20 kuku di jari-jarinya copot satu persatu, telapak tangan dan kaki menggelembung berisi air, telinga dan hidung melepuh mengeluarkan darah. Berat badan turun dari 68 kg menjadi 43 kg. Sistem reproduksi juga diserang sehingga diperkirakan kalaupun sembuh tidak bisa punya keturunan lagi.
Keadaan Samuel bukannya makin sembuh, malah semakin parah.


BERNAZAR LAGI



Samuel kembali berkata, "Tuhan ampuni saya, ... kalau saya sembuh, saya akan kembali melayani Engkau sepenuh waktu. Saya akan tinggalkan pekerjaan saya, saya akan bayar nazar saya. Terimalah tubuhku yang sudah busuk ini. Ampuni saya Tuhan...."

Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur;
hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina,
ya Allah.
(Mazmur 51:19)

Kalimat di atas dengan tulus dan hancur hati diucapkan seseorang yang pernah berbuat kesalahan dan kemudian kembali kepada Tuhan. Dialah Daud. Sejarah mencatat Tuhan memulihkan Daud.
Bagaimana dengan Samuel Irwan?


GOD IS STILL DOING MIRACLE BUSINESS



Banyak orang yang undur imannya saat doa-doanya belum dijawab oleh Tuhan. Tidak percaya bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan, Tuhan sanggup menjawab doa.
Tidak demikian dengan Samuel Irwan, beserta seluruh keluarganya. Juga orang-orang yang setia mendoakannya. Mereka begitu percaya kepada Tuhan dan belas kasihanNya,

Tanggal 23 Januari 1998, tanggal dimana Samuel diperkirakan akan meninggal dunia, justru menjadi titik balik dalam proses kesembuhannya.
Perawat yang seperti biasa tiap pagi merawat kulit Samuel, dikagetkan melihat kulit Samuel mulai mengering dan sembuh.
Kekagetan itu bertambah dengan pertanyaan Samuel, "Suster...., saya ini dirumah sakit Adi Husada Kapasari Surabaya ya ?” Dengan terheran-heran, suster balik bertanya, "Loh....kok bapak tau?". Lalu Samuel menunjuk dengan jarinya sebuah tulisan berwarna merah yang tertera di sprei kasurnya sambil berkata, ”Ini ada tulisannya”. Suster gembira sekali sambil berlari keluar memanggil dokter mata.

Semua tim dokter yang menangai penyakit SJS ini heran sekali atas apa yang dialami Samuel.
Mata bisa sembuh tanpa operasi. Bagian dalam tubuh seperti ginjal, liver, lambung, dll semua sembuh dan normal kemnali. 2 hari kemudian Samuel sudah bisa berjalan kembali, dan proses recovery berjalan dengan cepat. Tidak perlu menunggu sampai 2 tahun untuk kulit Samuel menjadi normal kembali, dan ... sembuh tanpa operasi plastik (!!!)
Penyakit SJS terparah yang pernah ditangani di RS tsb, sembuh total
(bahkan kini Samuel Irwan sudah dikaruniai lagi anak perempuan ke 2, tanggal 31 Mei 1999, hanya setahun sesudah mengalami kesembuhan).
Tuhan Yesus memang luar biasa. DAHSYAT !!!


MENETESKAN 'TEAR DROPS'. 
EVERY 15 MINUTES !



Kulit Samuel Irwan menjadi normal kembali. Tidak ada bercak atau tanda sedikitpun yang menyiratkan bahwa ia pernah disiksa oleh penyakit kulit ganas tsb. Kecuali matanya.
Kalaupun dipaksakan untuk mengeluarkan air mata, maka otot kelopak mata atas dan bawah seperti diperas dan terasa sakit sekali. Sehingga mau tidak mau, Samuel harus menggunakan tetes air mata buatan.
Saat berkotbah tiap 15 menit sekali Samuel Irwan meneteskan air mata buatan agar matanya tidak kering dan lengket, tapi semua itu tidak menyurutkan semangatnya melayani Tuhan.
Obat tetes mata yang digunakan saat ini adalah buatan USA "Refresh Liquidgel" berharga $24 per botol, dan habis digunakan dalam 3 hari saja. Belum lagi karena obat ini harus dipesan dari Singapore, maka total biaya untuk pengganti air mata yang harus disediakan perbulan adalah sebesar
Rp 3.000.000,-.


BETAPA MAHALNYA TETESAN AIR MATA !!!



Tidak sedikit uang yang sudah dihabiskan untuk pengobatan mata dan pengadaan air mata buatan.
Selama 12 tahun tidak punya air mata (tahun 1998-2010), biaya yang dihabiskan sudah sekitar 1,6 Milyar.
Hanya untuk air mata !!!
Itu sebabnya di awal tulisan ini saya berkata, berbahagialah kalau masih bisa menangis.
Pertama, tingkatan stress bisa diturunkan saat menangis, sehingga kita tidak menjadi depresi. Kedua, tidak perlu bayar M-M an untuk air mata.




Jarak pandang yang hanya sekitar 1 meter, membuat Samuel Irwan harus membawa keker (binocular) saat berada di bandara supaya tidak salah memilih gate dan dan membaca no pesawat.

Ada kesaksian yang luar biasa saat Samuel Irwan sedang berada di Changi, Singapura, sedang transit menunggu pesawat ke Jepang dan Amerika.
Seorang polisi India menegur dengan keras mengira Samuel sedang memakai kamera. Dengan tegas ia menegur, "No camera in this airport, sir!".
Samuel menjelaskan bahwa itu binocular untuk menolong membaca karena matanya tidak bisa membaca jarak jauh.
Singkat cerita, Samuel berusaha meyakinkan polisi India tsb dan memperlihatkan bagaimana Tuhan Yesus menyembuhkannya dari penyakit SJS, sambil menunjukkan foto-foto diri saat menderita SJS yang ada di mobile phone nya. Samuel berkata, "Tuhan menyuruh saya ke Jepang dan Amerika untuk memberitakan kebaikanNya. Apakah Bapak bisa menolong saya menunjukkan meja yang harus saya datangi untuk check-in?"

Apa yang terjadi? Polisi itu menangis.
Ia berkata, "Sebelum saya menolong Anda, Anda harus tolong saya."
Ternyata sehari sebelumnya polisi ini bertengkar hebat dengan istrinya dan istrinya minta cerai. Anak mereka juga jadi anak berandalan, tidak bisa dikendalikan. Sebuah rumah tangga yang sangat berantakan.
Ia berkata bahwa banyak orang yang menceritakan Yesus sanggup mendamaikan keluarganya, tapi ia pikir semua itu omong kosong.
Dan sambil menyentuh tangan Samuel Irwan, polisi itu berkata, "Ini kulit baru, sungguh ini bukti nyata." Saat itu juga ia minta dibimbing untuk terima Tuhan Yesus.
Sesudahnya, saat mengantar Samuel Irwan boarding ia berkata, "I never feel peace like this, ... thank you."

Di kursi pesawat, Samuel Irwan merenung...., "Tuhan....kalau memang mata ini bisa membuat orang yang suka mengeluh menjadi bisa bersyukur, bisa membuat orang berdosa diselamatkan...., mata saya tidak disembuhkan tidak apa-apa Tuhan..., karena saya bersyukur mata ini bisa memuliakan Tuhan...."


MENCERITAKAN KEBAIKAN TUHAN



Melalui semua yang dialaminya, Pdt Samuel Irwan sudah pergi ke berbagai tempat di Indonesia, bahkan melayani sampai ke bangsa-bangsa untuk menceritakan kebaikan Tuhan.
Keterbatasan fisik tidak mampu mengurangi semangatnya yang rindu melayani Tuhan dan memberitakan kepada uamatNya bahwa Tuhan itu baik dan kuasaNya maha dahsyat.



Banyak orang yang dijamah Tuhan dan disembuhkan, bukan hanya orang yang sakit secara fisik, tetapi juga orang yang sehat tapi sudah jauh dari Tuhan. Merasakan kembali kasih Tuhan dan mengambil keputusan untuk kembali kepada Tuhan.


"DALAM KELEMAHANKU, 
KEKUATANNYA DINYATAKAN"



Pernah suatu ketika obat tetes mata sudah habis, sementara pesanan dari Singapura terlambat datang. Ketika botol itu kosong, terjadi mujizat. Setiap kali diteteskan ke mata, obat tsb masih menetes, walaupun kalau botolnya digoncang tidak ada bunyi apa-apa karena memang sudah kosong.
Botol kosong itu terus meneteskan air mata buatan setiap kali digunakan, sampai pesanan obat baru dari Singapura datang. Ketika kembali diteteskan, botol kosong tsb tidak mengalirkan apa-apa lagi, karena penggantinya sudah datang.




Jarak pandang yang hanya 1 meter tidak memupuskan semangat Samuel Irwan untuk belajar lagi dan menyelesaikan pendidikan S1 Theologia di STT Duta Panisal Jember. Walaupun saat kuliah harus membawa alat bantu seperti binocular dan kaca pembesar agar bisa membaca lebih jelas.
Kegigihannya dan semangat pantang menyerah juga dibuktikan dengan melanjutkan sampai study Magister dibidang Biblical Strata 2, dan lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.
Masih belum cukup, seakan berpacu dengan waktu, Samuel Irwan meneruskan study penggembalaan dan penginjilan di Haggai Institute Hawaii USA.
Semua dilakukan dalam segala kelemahan yang dimilikinya. Tapi kekuatan Tuhan yang menopangnya, membuat Samuel Irwan mampu melalui semuanya dengan baik.


GOD IS GOOD. ALL THE TIME.



Berbeda-beda interpretasi orang yang mendengarkan kesaksian bapak Pdt Samuel Irwan Santoso,S.Th,MA, yang sejak tahun 2006 hingga sekarang menggembalakan jemaat di GBI Bontang, Kalimantan Timur.
Tapi yang tertanam di hati saya, adalah :

TUHAN ITU BAIK
Bahkan ketika beliau diijinkan mengidap penyakit SJS, di mata saya itu bukanlah penghukuman karena suatu kesalahan. Tapi cara Tuhan untuk membawa beliau kembali kepada panggilanNya.
Karena besar kemuliaanNya yang akan Dia tunjukkan kepada kita semua melalui pelayanan beliau.

TUHAN ITU BAIK
Tuhan tidak pernah meninggalkan beliau, bahkan saat berjalan dalam lembah bayang-bayang maut.
Terbukti dari biaya pesawat dan pengobatan ke Surabaya, (saat itu harga-harga obat melambung tinggi karena krisis moneter), semuanya ditanggung seorang pengusaha di Samarinda, yang bukanlah orang percaya, tapi digerakkan hatinya oleh Tuhan untuk memikul beban itu.
Juga biaya air mata buatan yang tidak sedikit selama 12 tahun ini, (Milyar....bo') yang tidak mungkin sanggup dibeli oleh beliau, semua disediakan Tuhan melalui orang yang berbeda-beda yang digerakkan hatinya oleh Tuhan.

TUHAN ITU BAIK
Kalau teman-teman dan saya diijinkan untuk mendengar atau membaca kesaksian ini, pasti karena Tuhan ingin kita lebih bersyukur lagi menjalani hari-hari yang tidak semakin baik ini.
Kalau sedang menangis di hari-hari ini, bersyukurlah, karena semua air mata kita itu gratis dari Tuhan. Bayangkan kalau kita harus bayar Rp 3 juta per bulan hanya untuk air mata?
Dan sekalipun saat ini kita sedang menangis, Tuhan ingin kita semua tahu, bahwa Ia tidak pernah meninggalkan perbuatan tanganNya.
Melewati lembah bayang-bayang maut sekalipun, kita tidak takut bahaya, karena Tuhan menyertai kita.



All blessings,


Julita Manik


(P.S Seperti dituturkan Pdt Samuel Irwan, dan dari blog: http://kesaksiansamuel1.blogspot.com/)





<br><br>



<br><br>