Friday, July 25, 2008

Renungan Di Hari Ulang Tahun





















"......kata mereka diriku s'lalu dimanja.....
.......kata mereka diriku s'lalu ditimang.....
.......oh bunda ada dan tiada dirimu.......
.......kan selalu ada di dalam hatiku.........."


Hari ini saya genap 42 tahun.
Pagi ini nggak seperti biasanya, saya nggak dihadiahi lagu terpopuler sejagad raya "Happy birthday to you".
Pagi ini lain dari biasanya.
Anak-anak saya menyanyikan lagu Bunda karya Melly Goeslaw, sambil menitikkan airmata.
Menjadi the most precious gift yang saya terima di hari ulangtahun.
Kedua buah hati saya menyanyikan secara acapella, dengan arransemen dan harmoni vokal yang bagus sekali, yang semuanya home-made (they did it, and this is the first time I realized they got the talent !!).
Saya nggak tahu kapan mereka latihan, pasti diam-diam berlatih supaya bisa memberikan surprise. Mereka mengatakan nggak bisa membeli kado yang mahal, hanya bisa memberikan nyanyian. Ohhh...hati bunda mana yang tidak tersentuh mendengarnya.

Lirik lagunya memang deep banget. Sepertinya sangat mewakili perasaan anak sulung saya yang mulai menginjak remaja. Generation gap membuat kami sering berbenturan. Si sulung sering berkata kalau mamanya nggak sayang padanya dan pilih-pilih kasih. Tapi di hari ulang tahun ini, ia menyanyikan lagu ini sepenuh hati, dengan airmata yang membanjiri wajahnya. Saya terharu sekali dan memeluk mereka.
Belakangan ini saya banyak introspeksi diri dan banyak belajar bagaimana menjadi orangtua yang lebih baik. Saya dan suami masih manusia biasa, masih banyak kesalahan.
Tapi bersyukur kami punya Tuhan yang luar biasa, yang mengguide kami day by day, supaya bisa menjadi orangtua yang dibanggakan anak-anaknya.

Di ulangtahun ini saya memberi kado untuk Tuhan Yesus.
Saya memberanikan diri take bigger responsibility dalam melayaniNya.

Kemarin malam, 24 Juli 2008, saya dan teman-teman saya Tini, Venesia, Mimi,
(juga ada Irwan Alexander, dan Eka Deli) ditahbiskan menjadi Pendeta Pembantu (Pdp) di Sidang Majelis Daerah BPD-GBI Jakarta.
Beberapa kali kesempatan ini pernah ditawarkan oleh gembala saya, tapi saya menolaknya.


Saya berpikir melayani Tuhan itu kan dengan 'hati', tidak butuh gelar kependetaan. Tapi belakangan ini saya mulai membuka pikiran saya.
Gelar Pdp bukan sesuatu yang membuat saya menjadi lebih prestise, itu salah sekali. Dan jauhlah daripada saya melayani Tuhan untuk mengejar hal itu.
Justru gelar itu menambah beban tanggung jawab di pundak saya untuk melayani lebih lagi.

Beyond my limit.














Kesempatan ini saya jadikan challenge untuk memaksa saya dan mengeluarkan saya dari limit yang saya miliki. Mungkin selama ini saya merasa sudah melayani dengan baik, tapi pasti belum yang terbaik.
Saya butuh sesuatu yang bisa memaksa saya untuk memberi yang lebih baik.
Salah satunya adalah dengan memberi diri menjadi Pendeta pembantu.
Saya sering mengucapkan janji kepada Tuhan, dan sering pula saya yang melanggarnya. Karena tidak ada partner kasat mata yang mengawasi saya. Hanya diri saya sendiri.
Sekarang beda. Bukan hanya saya, tetapi banyak orang, dan Tata Tertib denominasi Gereja yang harus saya taati. Saya memberi diri saya untuk mendisiplinkan diri sesuai dengan aturan-aturan yang sudah saya terima.
Dan dalam pentahbisan saya berjanji untuk melakukannya.
I need partner to push me working harder. I can not do it alone.


Ini kado saya buat Tuhan Yesus. Selama ini saya sudah banyak terima kado dariNya. Sekarang gantian saya dong yang beri kado.
Bigger responsibility, bigger compassion, and doing that beyond my limit.

Happy birthday to me.


All blessings,

Julita

Tuesday, July 22, 2008

JANJIMU SEPERTI FAJAR (story behind the song)



"JanjiMu s'perti fajar pagi hari....
yang tiada pernah terlambat bersinar....
cintaMu s'perti sungai yang mengalir....
dan kutahu betapa dalam kasihMu.........."

Demikian lirik dari reff lagu "JanjiMu Seperti Fajar".
Hampir semua umat Kristen dari berbagai denominasi Gereja bisa menyanyikannya.
Saya ingat, suatu kali dalam pelayanan kunjungan ke Rumah Sakit,
kami menyanyikan lagu-lagu penghiburan dari kamar ke kamar, untuk menguatkan dan memberi pengharapan kepada pasien-pasien yang sedang terbaring lemah di Rumah Sakit.
Ada seorang pasien yang meminta lagu JanjiMu Seperti Fajar dinyanyikan.
Pasien ini menderita kanker stadium lanjut dan sudah sangat lemah.
Kerabat keluarga yang dikasihi mengelilinginya, dan bersama-sama kami menyanyikan lagu ini.
Tak terasa airmata menetes. Rasa haru yang dalam begitu kuat menguasai kami, dan kasih Bapa terasa dicurahkan atas pasien itu.
Teman-teman juga pasti mengalaminya saat menyanyikan lagu ini.
Ada kekuatan baru yang dilimpahkan ke atas setiap yang menyanyikannya.
Yang jelas...banyak orang diberkati, tapi nggak banyak yang tahu siapa penulis lagu ini. Penasaran ???
Untuk itu, saya sengaja meminta kepada songwriter, Afen, untuk menuliskan story behind the song. Apa yang dialaminya, sehingga lagu yang sangat powerful ini tercipta. Original lho. From the deepest heart of songwriter "JanjiMu Seperti Fajar".......


Nama saya Afen Hardianto.


Saya tinggal di Malang bersama dengan istri dan 2 anak saya yang perempuan 6 tahun dan yang laki-laki 4 tahun.
Saya berpacaran dengan istri saya sejak duduk dibangku SMA. Pada masa kita masih pacaran hubungan kita ditentang oleh keluarga istri saya. Tetapi kita tetap berpacaran sampai akhirnya kita mendapatkan restu untuk menikah. Tanpa saya sadari ternyata saya menyimpan kepahitan dari akibat hubungan kami yang dulunya ditentang.



Dan kepahitan itu saya simpan dan pupuk dan saya bawa di pernikahan sampai menyebabkan hubungan saya dengan istri menjadi kurang harmonis di tahun-tahun awal pernikahan kami.
Kemudian masuklah pihak ke tiga yang semakin memperkeruh keadaan rumah tangga kami. Dan rumah tangga saya semakin amburadul.
Saya menolak dan menganggap istri saya sebagai penghalang kebahagiaan saya, sehingga saya membenci istri saya. Rasa cinta terhadap istri sudah tidak ada lagi, yang ada adalah kebencian yang menumpuk. Saya selalu menyakiti hati istri saya, walaupun istri saya tidak membalas tetapi saya semakin menyakitinya.
Saya tidak mempedulikan anak saya, dan saya pun sibuk dengan keegoisan saya sendiri. Yang dilakukan istri saya hanya berdoa dan berpuasa, bahkan saat ia mengandung anak kami yang ke 2, ia berpuasa Ester untuk saya.
Istri saya menutupi segala keadaan yang terjadi dalam rumah tangga kami dari keluarganya. Ia berpegang pada firman Tuhan di Amsal 21:1 :
“jika hati raja-raja ada didalam genggaman tangan Tuhan,
apalagi hati seorang Afen”


Tetapi saya tetap tidak memperdulikannya sampai pada akhirnya saya menyuruh istri saya untuk pergi dan saya antarkan istri dan anak saya pulang ke rumah orang tua istri saya. Dan orang tua istri saya pun menerima mereka dan juga menghendaki perpisahan ini dan megharapkan akan berujung pada perceraian. Saat itu istri saya berkata kepada saya, ini bukan akhir dari segalanya. Setelah saya meninggalkan istri dan anak saya, saya berpikir saya akan menjalani hidup saya yang baru. Tetapi pada suatu malam pada saat saya sendiri Tuhan mengingatkan saya pada anak saya yang pertama, saya tiba-tiba merasakan rindu dan kangen sekali pada anak saya itu. Waktu itu anak saya masih berusia 1,5 tahun. Hati saya hancur dan saya menangis.
Saya berkata kepada Tuhan :
“ Tuhan apakah akhir dari hidupku akan seperti ini, saya yang dari dulu (SMP) sudah melayani Tuhan sebagai pemain musik tetapi apakah rumah tanggaku akan berakhir dengan perceraian?”

Tiba-tiba Tuhan memberikan melodi kepada saya lagu : "JanjiMu Seperti Fajar", dimana rencana saya lagu ini akan saya simpan untuk saya pribadi.
Tetapi pada saat pendeta saya mau rekaman, pendeta saya kekurangan 1 lagu dan ia bertanya kepada saya, apa saya mempunyai lagu.
Dengan malu-malu saya tunjukkan lagu JanjiMu Seperti Fajar kepadanya.
Saya benar-benar tidak menyangka lagu tersebut ternyata menjadi berkat bagi banyak orang, termasuk saya dan keluarga.




Dan singkat cerita Tuhan memulihkan keluarga saya.
Istri, dan anak-anak saya juga sudah kembali bersatu dengan saya.
Bahkan anak ke 2 saya yang dulu saya tolak dan lahir secara premature tanpa saya dampingi juga lahir dalam keadaan yang normal dan sehat.
Dan setelah keluarga saya kembali bersatu, saya juga baru mengetahui bahwa pada saat keluarga saya berantakan setiap hari istri saya menuliskan kata-kata iman di sebuah buku.



Didalam tulisannya tersebut istri saya mengatakan :
Suamiku Afen pasti dikembalikan Tuhan padaku, keadaan ini adalah baik bagiku karena pasti ada anugerah besar bagiku,
suamiku Afen adalah suami yang takut akan Tuhan,
suamiku Afen adalah suami yang mengasihiku,
semua ini mendatangkan kebaikan bagiku karena Tuhan pembelaku ada di pihakku.


Dan sekarang saya benar-benar merasakan pemulihan yang Tuhan kerjakan di dalam hidupku, bahkan saya juga tidak menyangka bahwa lagu JanjiMu Seperti Fajar menjadi lagu terbaik Indonesian Gospel Music Award 2006, menjadi theme song sebuah sinetron dengan judul yang sama, dan Tuhan memelihara hidup kami sekeluarga juga melalui lagu tersebut.
Terima kasih Tuhan Yesus Memberkati.
(from Afen Hardianto)

....wow...sungguh testimony yang mengharu biru.
Teman-teman pasti lebih dikuatkan lagi ya.
Nggak pernah menyesal ikut Yesus, karena di dalam Yesus nggak ada tuh yang namanya dead end. Selalu ada jalan keluar. Selalu ada pengharapan yang baru. Pengharapan yang tidak pernah sia-sia.
Kalau Afen (especially his wife) mengalami jalan keluar, kita juga akan mengalami jalan keluar.

Because our destiny is being more than a conquerer !!!
Selamat berjuang !!!


All blessings,


Julita

Tuesday, July 15, 2008

Do You Want to Look Standing Out in The Crowd?


















Be an extraordinary people.

Extraordinary people adalah orang yang tidak biasa, atau orang yang ‘lebih’ dari orang yang biasa. Ditengah-tengah orang yang average atau rata-rata, ia pasti standing out. Stunning. Keberadaannya nggak bisa ditutupi.
Pasti kelihatan. Karena ia berbeda. Kehadirannya dapat dibedakan dari orang yang sekedar biasa-biasa saja.

How to be extraordinary? The answer is so simple.
Just put a little extra effort in everything you do, and than you'll become extraordinary.
Just a little extra effort. Sedikit saja tambahan upaya, maka kita akan berbeda dari orang-orang yang sama sekali tidak menambahkan apapun.
Tetapi walaupun sedikit, seringkali kita malas untuk memulai berupaya ‘sedikit lebih’. Apalagi ‘banyak lebih’. Berhenti berpikir bagaimana berupaya banyak, bila kita tidak pernah mau memulainya dari yang sedikit.
Itu hanya akan menjadi angan-angan yang tidak pernah kesampaian.

Ada teman saya yang bercerita bahwa di gereja mereka hampir semua staff fulltimer sekretariat sangatlah average. Bahkan mungkin below average, sehingga sangat mengesalkan para gembala dan pengerja, karena tidak melayani maximal. Mereka semua kelihatan sama, tidak ada bedanya.
Pagi datang terlambat, dan sore tidak mau rugi 1 menitpun dari waktu pulang. Tapi satu ketika, salah seorang staff tersebut mendadak kelihatan berbeda dari teman-temannya. Dia lebih rajin dan bertanggung jawab dalam mengerjakan banyak hal. Perubahan yang dia alami tidak bisa ditutup-tutupi. Langsung mencolok dibanding yang lainnya. Bila ada pengerja yang ingin memberkati staff fultimer, kepada siapa akan ia berikan? Pasti kepada yang stunning.

Teman-teman pasti sudah rajin Saat Teduh ya.. Bagus sekali...!!!
Apakah sudah pernah membaca Alkitab sampai habis dari Kejadian-Wahyu?
Sangat bagus....sekali !!!
Bukan 1x atau 2x saja tapi sering kali saat mendengarkan khotbah, ada pengkhotbah yang bertanya kepada jemaat ada berapa orang yang pernah selesai membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu. Dan yang mengangkat tangan sangatlah minimalis. Biasanya nggak lebih dari 5 orang.
Bahkan bisa kurang dari itu.
Tentu semua jemaat sudah rajin Saat Teduh dan baca Alkitab tiap hari, karena sudah menjadi pengajaran dasar yang harus disampaikan gembala dan pengerja setempat. Tapi sangatlah sedikit yang berani mengakui bahwa telah membacanya sampai selesai dari Kejadian sampai Wahyu.
Saya dulu juga termasuk orang yang tidak berani angkat tangan, karena memang nggak pernah benar-benar selesai membacanya. Ada beberapa Kitab favorit yang selalu dan berulang-ulang saya baca, dan yang nggak favorit hampir tidak pernah saya sentuh. Tapi ketika seringkali pengkhotbah menanyakan lewat mimbar, saya menjadi malu kepada diri saya sendiri, dan sangat juga sedih melihat kenyataan ternyata banyak orang termasuk saya yang belum pernah dan tidak tertarik untuk benar-benar menyelesaikannya.
Akhirnya saya memutuskan untuk mulai serius melakukannya.

Saya menggunakan Alkitab 1 Tahun, sehingga pembacaan saya menjadi sistematis dan teratur. Kalau hanya mengandalkan kertas sisipan ayat-ayat untuk 1 tahun, seringkali kertasnya hilang, sebelum sempat menyelesaikannya.
Saya melakukannya sejak 1 Januari 2003 hingga sekarang, sudah 5x selesai baca Kejadian-Wahyu. Bukan berarti saya merasa lebih pintar,... bukan...
Ini pertanggungjawaban saya di hadapan Tuhan untuk menghormati semua FirmanNya yang tertulis, dan membacanya tanpa pilih-pilih.
Setiap sampai di pembacaan tanggal 31 Desember, mata saya berkaca-kaca.
Ada rasa haru yang menyergap. Tuhan masih beri kesempatan untuk membaca FirmanNya secara utuh sampai akhir tahun, dan di depan ada tahun yang baru, dimana kesetiaan untuk membaca FirmanNya kembali diuji.

Karena merasa sangat diberkati membaca Alkitab Sepanjang Tahun, kemudian saya membagikan visi ini kepada teman-teman sekerja imam musik, dan memberikan Alkitab Sepanjang Tahun kepada mereka juga.
Tapi saat mengecek apakah mereka membacanya, hati saya sangat sedih, karena kebanyakan tidak menggunakannya.
Dalam kesempatan ini saya ingin menggugah hati teman-teman.
Baik sekali kalau teman-teman sudah rajin Saat Teduh dan baca Alkitab.
Selanjutnya mari kita berkomitmen untuk juga menyelesaikannya secara utuh dari Kejadian-Wahyu.
Biarlah kita menambahkan porsi dari yang selama ini sudah kita lakukan.





Teh tawar yang diberi 1 sendok gula, tentu berbeda dengan yang tawar.
Demikian juga teh tawar yang diberi 2 sendok gula tentu berbeda dengan teh tawar yang hanya 1 sendok gula.




Orang yang memberi 10% dari penghasilannya untuk Tuhan, tentu akan berbeda dari orang yang memberi 11%.
Tambahan sebesar 1% itu membuatnya berbeda.
Berbeda dalam kemurahan hati.
Berbeda dalam kasih kepada Kerajaan Allah.
Memberi lebih 1% untuk Kerajaan Allah berarti kita rela mengurangi pemakaian uang untuk kepentingan pribadi sebesar 1%. Kalau tadinya kita memakai 90% uang untuk kepentingan kita, sekarang menjadi 89%. Seringkali kita langsung memikirkan memberi dalam jumlah yang besar, misal 20%, dan ternyata dipikir-pikir jumlah itu cukup besar, sehingga kita sangat dibebani, merasa tidak sanggup dan akhirnya tidak pernah mewujudkannya. Belum dijalani udah keder duluan.
Memang ada orang yang bisa langsung memberi 20%, tapi kebanyakan tidak.
Jika kita masuk ke kategori yang kedua, mulai dari jumlah yang
‘sedikit lebih’, sehingga lebih membumi.
Sesudah kita mampu memberi 11%, to be another extraordinary, we put another 1%, and we can give 12% now. Ini belum 'the end', tapi secara continue kita perbesar kapasitas untuk memberi.
Extraordinary people is a growing people.
Growing in giving another bigger effort
.

Dalam fund raising untuk pembangunan gereja ataupun rumah doa, hal ini sudah mulai diterapkan. Sehingga bagi yang tidak bisa memberi langsung dalam jumlah besar, diberi kesempatan untuk melakukan pemberian dalam bentuk janji iman. Ada yang 3x, 5x, 10x, 12x, atau 24x, (terserah kepada pemberi), dalam nominal tertentu.
Tanpa disadari jumlah kumulatif yang diberi juga bertambah besar.
Misal, penghasilan seseorang Rp 1 juta. Perpuluhan Rp 100.000.
Bila harus memberi 10% lagi yaitu Rp 100.000 untuk pembangunan gereja, mungkin belum mampu. Sehingga orang tesebut memutuskan memberi Rp 15.000 setiap bulan selama 20 bulan. Alhasil total pemberiannya
menjadi Rp 300.000. Orang tersebut dilatih untuk mulai mengurangi pemakaian uang untuk keperluan pribadinya sebesar Rp 15.000 perbulan dan memberikannya untuk Tuhan, dan melakukannya dalam komitmen 20 bulan.
Kumulatif pemberiannya juga mengalami kemajuan.

Sifat kedagingan membuat manusia enggan memberi 'sedikit lebih' untuk Tuhan dan mengurangi bagian untuk dirinya sendiri.
Saya sendiri mengalaminya.
Dalam memanage schedule saya, saya selalu hitung mundur. Khususnya bila harus bangun lebih cepat di pagi harinya, karena ada kegiatan yang menuntut untuk berangkat lebih pagi.
Misalnya harus berangkat dari rumah jam 4.30 pagi.
Biasanya waktu yang saya butuhkan mulai dari saat teduh sampai selesai berkemas, adalah 1,5 jam. Dihitung mundur berarti saya harus bangun jam 3.00. Kemudian saya set alarm supaya berdering saat jam 3. Di PDA saya, bila saya set jam 3 maka akan mulai berdering jam 2.55 (ada pengurangan waktu 5 menit). Sepertinya sang programmer tahu bahwa manusia itu nggak langsung bangun saat alarm berdering. Saya nggak mau kehilangan waktu 5 menit untuk tidur, sehingga saya mereset menjadi jam 3.05.
Aduuuhhh....benar-benar nggak mau rugi.....!
Padahal bila bangun lebih awal lagi, saya bisa menambah waktu fellowship saya dengan Tuhan, dan saya lebih tidak terburu-buru saat berkemas.
Tidak mau kehilangan 5 menit pun untuk kedagingan. Bahkan kadang-kadang malah ditambah. Bukankah sering saat alarm berdering kita mematikannya, dan berkata “…5 menit lagi ahhh…....." dan melanjutkan tidur. Dan ujung-ujungnya kebablasan...!!!
Sementara sering di rumah doa, bila selesainya lebih lambat 5 menit dari biasa, langsung lirik-lirik jam, nggak konsen lagi dan mulai mengeluh…...
”kok lama banget nih selesainya…!”.


Tuhan Yesus selalu stunning in the crowd.
















Dia telah memberi teladan bagi kita semua.
Tuhan Yesus berkata : “Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh 1 mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil” (Matius 5:41).
Walk extra mile.

Jangan mau hanya sekedar menjadi orang yang biasa dan rata-rata.
Kalau Tuhan yang menyuruh, berarti kita punya kemampuan atau dimampukan untuk melakukannya. Dia telah memberi teladan. Bagian kita mengikuti teladanNya.
Tuhan suka dengan orang yang memberi upaya lebih.
Saat Ia bekerja menjadi seorang tukang kayu, Ia pasti bekerja dengan walking extra miles. Nggak mungkin Tuhan menyuruh kita melakukan sesuatu yang Dia sendiri tidak lakukan.
Karena Tuhan selalu memberi lebih, bahkan nyawaNya sendiri.
Ketika mendapat perenungan ini, saya ingin menjadi orang yang extraordinary, supaya Tuhan Yesus dimuliakan. Mau belajar memberi lebih untuk Tuhan dan mengurangi bagian untuk diri sendiri.
Bukan hanya dalam pelayanan kepada Tuhan, tetapi juga pelayanan kepada manusia.

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
(Lukas 10:16)


(Thanks to BPD-GBI DKI, and Winner Camp team)

All blessings,

Julita

Monday, July 7, 2008

TIPS : “HOW TO FIND MY SOULMATE”

PROLOG:
Jaman ini adalah jaman yang sangat maju. Pria dan wanita benar-benar setara. Sehingga di working place adalah pemandangan yang wajar melihat wanita bekerja, bukan didominasi pria saja. Tetapi semangat dalam bekerja, terkadang memberi side effect lupa untuk berdoa bagi pasangan hidup. Mungkin berdoa juga, tapi seadanya. Kurang fight...gitu.


Terlena sangat lama, umur berjalan terus, akhirnya menyadari bahwa di usia yang semakin getting older, tidak mudah untuk menemukan teman hidup. Khususnya buat wanita. Yang pria biasanya akan cari pasangan yang lebih muda, sehingga para wanita yang sudah lebih berumur menjadi sulit untuk menemukan pasangannya. Apalagi budaya Timur, rasanya wanita masih segan untuk mendapatkan pasangan hidup yang lebih muda. Apalagi kalau jarak usia sangat jauh.
Dan sebagai anak Tuhan kita kan maunya dapat yang sepadan, seiman, dan paling nggak seumuran.
Ehh…liat pemandangan di gereja, di Persekutuan Doa, sejauh mata memandang , yang pria rata-rata jauh lebih muda dari wanita.
Ini pernyataan yang sangat realistis. Karena dalam ministry ke berbagai tempat, 2 hal ini yang selalu saya temukan.
Pertama, komunitas di gereja atau PD, selalu dan selalu lebih banyak wanita.
Kedua, rata-rata usia wanita jauh lebih tua dari pria.
Bagi wanita, mendoakan pria yang jauh lebih muda rasanya tengsin kali ya.
“Aduuuhhhh…........apa kata dunia…???.”
Terus solusinya gimana dong….....???

Menyadari adanya keterbatasan ini, saya msangat merasa sangatlah wajar dan sangat mendukung kalau hal berikut ini sampai terjadi.
Pasangan wanita jauh lebih tua dari pasangan pria. Asalkan semua hal sudah didoakan dan dipertimbangkan sebelumnya. Dan menyadari hal-hal yang kelak akan terjadi akibat rentang usia yang berbeda. Karena asalkan kita dalam Tuhan, firman Tuhan janji kita akan cakap menanggung segala perkara. Apa sih yang nggak dapat kita tanggung dalam Tuhan?
Not by might nor by power , but by the Spirit of God (Zakharia 4:6).

Teman-teman pasti tahu kan pasangan Demi Moore & Ashton Kutcher?
Perbedaan usia mereka 15 tahun. Demi jauh lebih tua dari Ashton. Dan sampai saat ini untuk 'ukuran dunia’, mereka jauh lebih bahagia, dan langgeng dibandingkan pasangan artis Hollywood lainnya yang usianya lebih sepadan.
Tapi melihat pemandangan ini bukan hal baru bagi saya. Dulu saat masih mahasiwa, ada kakak pembimbing rohani saya (seorang wanita) yang menikah dengan sang suami yang jauh lebih muda 10 tahun darinya. Wanita berusia 40, dan pria 30 tahun. Tuhan mengaruniakan keturunan kepada mereka. Dan kehidupan pernikahan mereka happy-happy saja tuh.
Dan baru-baru ini seorang sahabat saya mengatakan bahwa sepupunya (seorang wanita) yang berumur 35 tahun menikah dengan seorang pria yang berusia 25 tahun. Dua-duanya anak Tuhan loh... Adik saya seorang fulltimer di ladang Tuhan juga bercerita bahwa teman satu ministrynya menikah pada usia 25 tahun dengan istrinya berusia 35 tahun. Bahkan barusan ini saya mendengar seorang pengkhotbah bercerita akan tantenya yang berumur 65 tahun menikah dengan seorang pria berumur 58 tahun.
Kelak kita akan terbiasa dengan hal ini. Dan tidak menganggap sebagai sesuatu yang aneh dan tak lazim bila sang istri jauuuhhh.... lebih tua dari sang suami.
Jadi buat para wanita, jangan takut punya suami lebih muda.
Dan para pria, jangan takut punya istri lebih tua.

Tips yang akan saya bagikan buat teman-teman dalam menemukan pasangan hidup, benar-benar saya lakukan saat saya berdoa bagi pasangan hidup saya.
Jadi ini bukan teori, tapi pengalaman hidup.
Saya benar-benar menghidupinya.
Walaupun mungkin pengalaman kita tidak sama dan mungkin sangat berbeda, tetapi saya berdoa semoga ada bagian yang bisa memberkati teman-teman.



HAL YANG TERPENTING adalah :
BERDOA,
BERDOA,
dan BERDOA !!!



Karena berdoa adalah komunikasi dengan Tuhan. Banyak hal yang perlu disingkapkan sehubungan pasangan hidup. Dan kita penuh dengan segala kekurangan dan kelemahan untuk dapat mengerti sepenuhnya.
Dalam doa, Tuhan yang MAHA SEMPURNA akan menuntun kita yang tidak sempurna.

Berikut 7 tips yang dulu pernah saya lakukan
(dan ingat DOA lah yang mengikat ke -7 tips ini).

1) Carilah pasangan yang seimbang.
Jangan sekali-kali mencoba membina hubungan dengan yang tidak seiman.
Kalau Anda tidak menginginkan kesulitan demi kesulitan hidup (yang tak seharusnya ada) terjadi dalam rumah tangga Anda, hindari yang tak seiman.

2) Pahami kebutuhan Anda (KENALI DIRI ANDA).
Kebutuhan apa sih... yang Anda inginkan harus ada dalam sosok soulmate Anda.
Perlu dicatat : kebutuhan ini bukanlah pemuasan keinginan diri. Tetapi lebih kepada balancing terhadap kelemahan Anda.
Saya melihat kebutuhan saya akan soulmate, dimulai dari kelemahan-kelemahan saya. Saya harus menyadari apa yang menjadi kelemahan-kelemahan saya.
Saya inginkan orang yang kuat dalam sisi saya yang lemah, tujuannya supaya kami bisa saling mengisi. Anda juga bisa melihat background keluarga untuk melihat kebutuhan Anda. Saya tinggal dalam latar belakang keluarga yang tidak hangat, agak keras, dan anak-anak tidak berani mengemukakan pendapat. Saya selalu merasa terintimidasi. Sehingga saat mendoakan pasangan hidup, saya tidak mau hal tsb saya alami di keluarga saya kelak. Saya mendoakan pasangan saya kalau bisa dari keluarga yang hangat, tidak keras, dan menghargai pendapat-pendapat saya.
Pernikahan adalah KEHIDUPAN SALING MEMBERI, sebab itu kenali diri Anda dan pasangan Anda sebaik mungkin. Minimalkan surprise yang akan Anda temukan setelah pernikahan.

3) Buat lah list kriteria Anda.
Kriteria ini dibuat berdasarkan kebutuhan Anda di atas.
Dan ingatlah bahwa kriteria adalah negotiable (kecuali kriteria “harus seiman”, non negotiable, itu HARUS !!!).
Ada hal-hal yang bisa Anda coret dari list karena mungkin Tuhan berbicara kuat untuk sesuatu hal yang ternyata tidak sesuai dengan kriteria tsb. Atau jika ternyata kriteria itu tidak terlalu prioritas. Anda masih bisa berbahagia tanpa kriteria tsb. Dua kriteria, yang tidak bisa diganggu gugat, yang harus ada dalam soulmate saya, adalah SEIMAN, dan MELAYANI TUHAN.
Karena saya merasa saya tidak bisa hidup, tanpa mengikut Tuhan dan melayaniNya, jadi saya harus punya soulmate yang juga tidak bisa hidup tanpa 2 kriteria tsb.
Saya mencoret kriteria ‘bisa main musik’ dari list saya.
Tadinya saya menuliskan kriteria itu, karena ministry saya bergerak di musik, sehingga saya inginkan pasangan yang sama dengan saya.
Saya mengganti kriteria ‘bisa main musik’ menjadi 'cinta akan musik’.
Saya sudah membuat keputusan yang tepat dengan mencoret kriteria tsb. Ternyata sosok yang paling dan sangat mendukung saya dalam pelayanan saya saat ini, yang paling berusaha keras supaya saya semakin meningkat dalam penulisan lagu-lagu adalah my soulmate.
Thanks Binsar... love you !!!

4) Bawa kriteria Anda dalam doa setiap saat.
Bersungguh-sungguhlah berdoa dan imani bahwa Tuhan mendengarkan orang yang bersungguh hati kepadaNya. Saya menuliskan kriteria saya dalam selembar kertas, dan mendoakannya dengan tekun. Sejalan dengan perjalanan doa saya, akhirnya kertas tsb menjadi penuh dengan coretan-coretan, kriteria yang keluar dari list saya. Bukan berarti saya menurunkan standard saya, bukan, tetapi Tuhan menyadarkan saya ada hal-hal yang jauh lebih penting.

5) Terbuka terhadap tuntunan Tuhan dan nasehat dari pembimbing rohani.
Manusia memiliki blind spot dalam hidupnya dengan kadar yang berbeda-beda. Biasanya orang lain dapat melihat hal-hal yang yang tidak dapat kita lihat dalam hidup kita. Disinilah nasehat-nasehat sangat kita butuhkan.
Saat saya bingung, saat saya benar-benar nggak mengerti, sesungguhnya apa rencana Tuhan yang terbaik bagi saya, saya datang kepada Tuhan.
Saya juga consider nasehat-nasehat dari kakak rohani, dan teman-teman dekat yang seiman.

Saya tahu bahwa saya tidak bisa memutuskan hanya berdasarkan debar jantung atau gelegak emosional semata.
Ini menyangkut a lifetime commitment.
Yang bisa saya lakukan adalah bertanya dan bertanya terus kepada Tuhan.
Saya ingat sekali satu ketika di malam saya berdoa, Tuhan berbicara melalui firmanNya :
“Aku memuji Tuhan yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku” (Mazmur 16:7).

Saya belajar mendengar nasihat Tuhan melalui hati nurani saya. Dan hasilnya, sekarang saya berbahagia dengan pilihan Tuhan dalam hidup saya.
He’s the best. We are still falling in love, more than we first met.

6) Nantikan waktu Tuhan
Saya percaya sekali cerita Alkitab tentang Adam dan Hawa, dimana Hawa dibawa Tuhan menemui pasangannya Adam.
Dulu dalam kepolosan saya, saya selalu berdoa sepaya Tuhan menjagai 'Adam saya'. Bahkan saat saya belum tahu orangnya siapa, saya percaya Tuhan tahu SIAPA DIA, dan DIMANA DIA. Sehingga saya berdoa supaya Tuhan menjagai 'Adam saya', supaya 'Adam saya' tidak salah mengambil keputusan dalam hidupnya, dan IN GOD's TIME saya berdoa Tuhan membawa saya dan mempertemukan saya dengan dirinya. Sebelum waktu itu tiba, saya berdoa supaya Tuhan menjagai kami berdua supaya tidak mengambil keputusan yang salah dalam pasangan hidup.
Oh ya, saya tidak hanya berdoa bagi 'Adam saya' tapi saya juga berdoa bagi diri saya sendiri.
Saya berdoa agar Tuhan menjagai saya sebagai penolong pasangan saya, supaya juga tidak salah bertindak dan salah mengambil keputusan sehubungan soulmate ini.
Soulmate adalah keputusan kedua belah pihak. Tidak bisa hanya sebelah saja. Oleh karena itu saya juga berdoa agar kami berdua taat saat Tuhan mempertemukan kami, agar kedua belah pihak menyambut dengan sukacita rencana Tuhan yang diungkapkan atas kami berdua.

7) Enjoy your life and make friends as many as you can.
Jangan menutup diri, ingat ORA et LABORA.
Hindari hanya berdoa, tetapi tidak mau membuka diri bergaul dengan banyak teman-teman. Tidak hanya buka hati kepada Tuhan, tetapi juga buka mata. Pandanglah sekelilingmu, ladang-ladang yang sudah menguning.
Sebaliknya DILARANG KERAS hanya buka mata, tetapi tidak buka hati bagi Tuhan. Anda bisa sengsara akibatnya.
ORA : berdoalah sebanyak mungkin untuk bisa mengerti hati Tuhan.
LABORA : bertemanlah sebanyak mungkin, supaya Anda membuka saluran-saluran dimana Allah akan menyatakan rencanaNya dalam hidup Anda.

Kalau pun Anda masih belum juga menemukan pasangan hidup sesudah sekian lama, jangan bersedih teman.
Di mata Tuhan, Anda sama berharganya dengan orang-orang yang menikah.
Dan being single punya nilai lebih lho….
Paulus berkata orang-orang yang tidak menikah terhindar dari kesulitan badani sehingga bisa lebih fokus melayani Tuhan dibandingkan yang menikah.
Jadi layani Tuhan dengan setia…….dan ENJOY ajaaaa lagi.

Saya melihat ada teman-teman saya yang sudah kepala 5, belum bertemu dengan pasangan hidupnya, tetapi tidak minder, melainkan seluruh hidupnya diberikan untuk melayani Tuhan. Dunia mungkin menganggap mereka bukanlah orang-orang yang beruntung, tetapi saya percaya mereka adalah permata-permata yang berharga di mata Tuhan. Dan semangat mereka sangat memberkati saya untuk lebih lagi melayani Tuhan.

Jangan pernah berhenti berdoa dan berharap.
Dalam masa penantian, jangan pernah berhenti mengikut Tuhan dan melayaniNya.


All blessings,

Julita



<br><br>



<br><br>