Friday, February 4, 2011

WHEN BAD THINGS HAPPEN SUDDENLY



Awal tahun yang biasanya penuh keceriaan dan harapan berubah menjadi kelabu di keluarga besar saya. Diawali dengan keponakan saya yang pintar, baik hati, taat kepada orang tua, ... tiba-tiba jatuh sakit.
Masuk RS, dan menjalani serangkaian pemeriksaan.... hasil diagnosa, .. LEUKEMIA !!!
Pukulan yang sangat berat bagi keluarga khususnya kedua orangtuanya.
Keadaan yang tadinya baik-baik saja, tiba-tiba berubah seketika, .... dalam hitungan detik, seperti membalik telapak tangan. Hari yang sebelumnya cerah-cerah saja, mendadak digelayuti awan hitam. Gelap.
Di usia 13 tahun, yang seharusnya hari-harinya dipadati dengan tugas-tugas sekolah, tawa canda dengan sahabat-sahabat di kelas, kini diisi dengan peperangan melawan penyakit ini, menjalani serangkaian kemoterapi di sebuah rumah sakit di Malaysia.

Sebulan kemudian, saudara saya yang lain mengalami hal yang tidak pernah dia kehendaki terjadi dalam hidupnya.
Anak perempuan satu-satunya, juga berusia 13 tahun, yang sangat menjadi kebanggaan keluarga, pintar, baik hati dan punya suara emas (beberapa kali mengisi kesaksian pujian di gereja lokal saya), kini tergeletak tak berdaya di ruang ICU. Didahului dengan beberapa hari mengalami gejala flu biasa, dan ketika dibawa ke RS, mengalami kejang-kejang, dan selanjutnya hingga saat tulisan ini ditulis masih dirawat intensif di ICU. Hasil diagnosa, menderita penyakit Encephalitis yang disebabkan oleh virus yang menyerang otaknya.
Semuanya sepertinya terjadi dengan tiba-tiba.
Pertanyaan yang seringkali muncul di hati dan pikiran adalah:
"WHY ME, GOD?"


INTO EVERY LIFE A LITTLE RAIN MUST FALL



Pengkhotbah pasal 3 mengungkapkan 2 kondisi kehidupan manusia yang sangat bertolak belakang, dan untuk kedua kondisi itu, Pengkhotbah selalu berkata "semuanya ada waktunya."

(ayat 1)  Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk  apapun di bawah langit ada waktunya.

(ayat 4)   ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; 
ada waktu untuk meratap;  ada waktu untuk menari;


Tuhan tidak pernah berjanji dalam hidup kita di dunia ini kita tidak akan pernah menangis.  Sama seperti bumi yang tidak mungkin tidak akan turun hujan.  Pasti ada teriknya, dan pasti juga ada hujannya.
Bukankah Tuhan sudah memperingatkan kita tentang hal ini ketika banjir besar pada jaman Nuh sudah surut, dengan berkata:

Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam."       (Kejadian 8:22)

Salah besaaaar ..... kalau kita menganggap hari-hari kita sebagai orang percaya hanya ada tawa saja, tanpa air mata. 
Tapi sebagai anak-anakNya, cara kita meresponi hujan yang turun, atau badai yang sedang melanda tidak sama dengan dunia ini.
Hari boleh kelihatan gelap, tapi hati kita tidak akan menjadi gelap.
Air mata boleh turun, tapi pengharapan yang membawa sukacita dan damai sejahtera tidak boleh hilang dari hati kita.



"To enjoy the rainbow, first enjoy the rain"
(Paulo Coelho)




Sadarkah teman-teman bahwa dunia ini berusaha menyangkali apa yang Pengkhotbah 3 ajarkan?
Bahwa ada waktu untuk tertawa, dan ada juga waktu untuk menangis?
Sehingga dalam rangka penyangkalan itu, dunia menawarkan solusi untuk tidak menerima "waktu untuk berduka; waktu untuk menangis".

Caranya? Melupakan persoalan dengan menawarkan hiburan-hiburan melalui clubbing, dugem, drugs, dll. Sehingga untuk sementara hati yang berduka lupa terhadap duka yang sedang mendera, ... dan hati yang sarat dengan masalah  lupa terhadap masalahnya. Tapi hanya untuk sementara waktu saja.

Sistem Kerajaan Surga tidak mengajarkan solusi seperti itu.
Terima kenyataan yang sedang terjadi, kemudian hadapi, jalani, dan atasi bersama-sama Tuhan Yesus yang akan memberi kekuatan.

Saya suka sekali dengan quotenya Paulo Coelho ini, "To enjoy the rainbow, first enjoy the rain."
Semua teman-teman pasti setuju bahwa pelangi itu sangat indah, dan kita semua senang melihatnya. Tapi pelangi tidak akan muncul bila tidak ada hujan yang mendahuluinya.
Ingin menikmati pelangi? Nikmati dulu hujannya.
Nggak boleh begini ... 'mau pelanginya tapi ogah sama hujannya".

Ketika keponakan saya didiagnosa Leukemia, keluarga kakak saya ini menjalaninya bersama dengan Tuhan. Dan saya melihat bagaimana kebaikan Tuhan tetap dinyatakan dalam proses perawatannya. Mulai dari dokter, Rumah Sakit, bahkan biaya yang dicukupkan, dan juga iman mereka yang semakin bertumbuh  kepada Tuhan, menjadi bukti nyata Tuhan menyertai anak-anakNya yang sedang diijinkan mengalami pencobaan.

They enjoy the rain.
Sooner or later they will enjoy the  R A I N B O W.



THE SUN SHINES BEHIND THE DARK CLOUD




Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya .   (1 Korintus 10:13)

Seringkali ketika awan gelap menghadang kita hanya bisa melihat kekelaman. Tapi sebenarnya di balik awan gelap itu ada matahari yang bersinar dengan terang.
Teman-teman, awan gelap nan pekat sekalipun tidak bisa membatalkan niat matahari menyinari bumi.
Hanya untuk sementara 'sepertinya' kita tidak merasakan kehadirannya.
Tapi rasa nggak rasa .....matahari tetap ada di sana.

Hari-hari ini mungkin ada di antara teman-teman yang sedang mengalami pergumulan yang berat.
Ingatlah....  Tuhan berjanji tidak pernah meninggalkan kita berjalan sendirian.
Bahkan di tengah segala persoalan yang sedang kita alami, Ia berjanji tidak akan membiarkan kita dicobai melebihi kekuatan kita. JanjiNya nggak berhenti sampai di situ saja. Masih berlanjut. 
Karena Tuhan Yesus berjanji memberikan jalan keluar sehingga kita dapat menanggungnya.



(Dedicated to my dearly beloved nieces: Oci and Febe)



All blessings,

Julita Manik



<br><br>



<br><br>