Thursday, October 16, 2008

LET THE PICTURES TESTIFY... (BaliGospelFestival2008)






















Bali Gospel berlangsung dari tanggal 25-28 September 2008, dengan pembicara Peter Youngren and team dari Canada, diterjemahkan oleh Pdt. Timotius Arifin. Acara yang kemarin berlangsung ini adalah Festival yang ke 5 kalinya diadakan. Jadi rutin yah tiap tahun pasti ada Bali Gospel Festival. Tahun ini pengisi kesaksian pujian adalah: Eka Deli, Irwan Alexander, Bobby One Way, Lea Simanjuntak, Edo Kondologit, Jupiter, Maya Uniputty dan saya sendiri. Waaah...acaranya dahsyat man. Ini pertama kalinya saya hadir dalam acara ini, dan luar biasa. Banyak mujizat terjadi, yang buta melihat, yang tuli mendengar, yang lumpuh berjalan, dan banyak penyakit lain juga disembuhkan. Bukan hanya itu yang saya kagumi, tapi unity umat Tuhan di Bali. Bayangkan... untuk menyelenggarakan acara yang besar ini membutuhkan banyak panitia dari berbagai denominasi gereja. Dan mereka tuh kerjanya rapiii dan sehatiii banget. Sehingga semuanya berjalan dengan baik. Ok deh....berikut foto-foto hasil jepretan selama acara berlangsung ....let the pictures testify.....


Setiap hari sebelum acara berlangsung, paginya kudu latihan musik. Nggak ada tuh istilah "udah tau kok lagunya..jadi ga usah latihan..". Semuanya harus diprepare, beri yang terbaik untuk Tuhan. Dilihat dari run down acara, puji-pujian menempati porsi yang penting. Sebelum kesaksian pujian dari teman-teman yang saya sebut namanya di atas, selalu ada choir dan band dari gereja-gereka lokal di Bali yang mengisi sebelumnya. Bali memang beda man. Seleranya metal bo'.Karena tightnya run down acara, semua peserta harus tahu bakal ngisi di jam berapa.
Liat Irwan serius banget ngamatin,
'kapan giliran gue yah ... '
Tanggal 25-26 Sept yang melayani musik adalah team dari Jakarta (Maya Uni & Friends), sedangkan 27-28 Sept gantian dengan team dari Bali. Kedua team ini sama serunya.

Selesai latihan langsung balik hotel. Ketemu dengan Susan, she's a Canadian. Waaah... luar biasa cewe bule yang satu ini. Dia sudah bermukim selama 5 tahun di Indo, jadi nggak heran bahasa Indonya lancar bangets, dan bukan ala Cinta Laura 'oujeik...beicheik..'.
Persis native loh. Malah ada logat Batak dan Medannya lagi. Asyiiik banget ngobrol bareng Susan. Orangnya outgoing sekali and masih jomblo, hehe...

Kesaksian pujian pertama adalah dari Irwan Alexander. Masih agak sore, dan mulai terlihat kerumunan di lapangan. Semakin malam, semakin banyak yang datang. Dari wajah-wajah yang hadir, terlihat betapa mereka sangat mengharapkan mujizat terjadi.
Tua muda membanjiri lapangan. Tangan-tangan terangkat menyembah Tuhan. Ada yang datang dengan kursi roda, ada yang memakai tongkat, ada yang ditandu, tapi semuanya berbaur di tempat ini mengharapkan ada mujizat kesembuhan terjadi atas mereka.

Strategi lama pun dikerahkan oleh penguasa di udara yang tidak suka akan KKR Kesembuhan ini. Apa itu? Awan gelap mulai menggantung di langit. Tanggal 25 memang tidak turun hujan, tetapi tanggal 26 September hujan turun dengan derasnya, sampai-sampai alat-alat sound system pun terkena air, walau sudah diberi tenda di atasnya. Tapi karena tempias, yah semuanya kena. Semuanya basah kuyup (sehingga dokumentasi tanggal 26 Sept sangat sedikit sekali).

Tapi yang luar biasa, tidak ada yang meninggalkan lapangan, termasuk ratusan pendoa, counselor dan tim medis. Mereka bertahan di lapangan, menjadi orang-orang yang ada di garis depan langsung berhadapan dengan orang-orang yang rindu didoakan.


Semangat melayani dari tiap orang yang terlibat di KKR ini, dengan segera menular ke yang lainnya, termasuk saya. Gimana nggak berkobar hati ini, melihat kesungguhan hati panitia dan juga team dokumentasi Peter Youngren. Demi mendapatkan angle terbaik rela memanjat menara pemancar dengan ketinggian 15 meter di kegelapan malam.


















Saat giliran saya berdiri di stage, dan melihat kerumunan manusia yang amat sangat banyak, saya hanya teringat hati Tuhan ketika melihat banyak orang yang mengikutiNya dan menantikan mujizatNya. Sewaktu menyanyikan lagu Bapa Yang Kekal, saya sudah nangis bombay...nggak tahan melihat wajah-wajah mereka. Saat itu saya udah nggak peduli apapun, mau eye liner luntur dan meleber, penampilan berantakan, yang penting saya mewakili mereka berteriak kepada surga "Bapa...kami ketuk pintuMu...curahkanlah urapan kesembuhanMu..."




"Kau b'ri yang ku pinta...,
Saat kumencari kumendapatkan...,
Kuketuk pintuMu dan Kau bukakan..."






Selama 4 hari berturut-turut Firman Tuhan diberitakan oleh Peter Youngren bersama Pdt. Timotius Arifin. Luar biasa profil hamba Tuhan ini, sangat humble, dan sangat menempatkan pemberitaan akan nama Yesus di atas segalanya. Melalui kedua hambaNya ini nama Yesus sang Jurus'lamat, sang Penyembuh pun diberitakan. Iman mulai tumbuh. dan ketika didoakan, mulai satu persatu yang sembuh maju ke depan untuk dicek kesembuhannya.




Lagu favorit Peter Youngren saat bersyukur kepada Tuhan adalah "Tuhan Yesus tidak berubah...tidak berubah...tidak berubah... Tuhan Yesus tidak berubah...tak berubah selama-lamanya.... Dan Peter Youngren sangat fasih menyanyikannya. Beliau nggak mau lho kalau lagu nya diganti yang lain. Setiap kali dialihkan ke lagu yang lain, selesai seseorang testify kesembuhannya, langsung aja beliau nyanyi "Tuhan Yesus tidak berubah...". Nggak peduli kalau saat itu imam musik lagi nyanyikan lagu lain. Lagu ini memang so simple tapi powerful. Menyatakan kalau sampai sekarang pun kuasa mujizat Tuhan Yesus masih terus bekerja. Akibat sangat simple jadi sangat mudah dihafal. Ditambah 4 hari berturut-turut lagu yang beliau nyanyikan selama KKR kesembuhan adalah lagu ini. Ada yang menceritakan, di pasar-pasar banyak yang bersenandung "Tuhan Yesus tidak berubah...tidak berubah....."
All glory goes to God.


"LOOK AT THE CROWD...!!!"




"Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan
kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba
yang tidak bergembala."

(Matius 9:36)





Kalau dulu, lebih 2000 tahun yang lalu hati Yesus tergerak, sekarang pun melihat orang banyak ini, hati Yesus juga tergerak.

















































Dan mujizat demi mujizat pun terjadi !!!
Oleh bilur-bilur Yesus aku telah disembuhkan.












Panitia melakukan cross check kesembuhan.





Dilakukan dengan sangat teliti, supaya yang naik ke panggung hanyalah yang benar-benar sudah disembuhkan.
Di atas panggung, setiap yang sudah disembuhkan di recheck lagi oleh Susan (masih ingat kan, cewe bule yang jago ngomong Indo).



ANTRE MEMBERIKAN KESAKSIAN
















Beberapa testimony:

Saya ingat ada kesaksian yang sangat menyentuh. Seorang ibu penderita kanker rahim stadium lanjut, dibonceng oleh suaminya naik motor dari Bedugul menuju Denpasar, selama 2 jam, demi sebuah pengharapan akan kesembuhan. Mereka sudah mencoba berobat kemana-mana tapi tidak sembuh. Ibu itu menyatakan dia hampir pingsan karena hampir-hampir nggak kuat lagi. Di acara tsb, ia disembuhkan dan ia sangat bersukacita dan mengucapkan terimakasih berulang-ulang kepada Tuhan Yesus.

Ada seorang wanita penderita breast cancer yang menyaksikan "setiap minggu saya menghabiskan uang 1 juta Rupiah untuk pengobatan saya, dan kini saya sudah sembuh...benjolan sudah hilang." Yang sangat menyentuh adalah dialog Peter Youngren dengan wanita ini : "Tell me, how much did you pay for this healing?", dan wanita ini berkata: "Saya terima gratis....terimakasih Tuhan Yesus....terimakasih.."

Ada juga seorang ibu bersama anaknya naik ke panggung. Ketika ditanya ia berkata bahwa anaknya sudah disembuhkan dari penyakit jantung (ada kebocoran di jantungnya). Tapi bukan hari ini.
Semua orang mengira apa hari kemarin?
Ibu ini berkata: "Anak saya disembuhkan tahun lalu, tapi ngga sempat kesaksian. Dan sekarang anak saya sudah sehat dan gemuk".

Diantara yang hadir dalam KKR tsb ada juga anak Tuhan yang meragukan bahwa kuasa mujizat Tuhan Yesus masih bekerja saat ini. Dia berpikir bahwa itu hanya berlaku saat Tuhan Yesus ada di muka bumi ini. Tapi malam itu dia mengalami pembaruan hati dan pikiran, saat menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, seseorang yang datang dengan ditandu, dan dengan fisik yang sangat lemah, tapi bangkit dari tandunya dan berjalan.

Sangat banyak cerita kesaksian di acara tsb, ngga bisa diceritakan satu persatu. Tapi kesimpulannya: Besar kasih Yesus atas jiwa-jiwa yang lelah dan terlantar. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga mau membagi kasih kepada sesama seperti Yesus mengasihi manusia? Amen

All blessings,

Julita



<br><br>



<br><br>