Wednesday, June 4, 2008

Semua Pasti Bisa, Asalkan Mau Berkeringat

Ini adalah slogan advertising dari sebuah merk minuman pengganti cairan tubuh.
My other half sangat senang sekali menonton pertandingan basket NBA. Dan dia adalah fan Lakers (hmmh…mungkin lebih tepat Kobe-mania yah). Dan dalam pertandingan yang ditayangkan sebuah televisi kabel tsb, saya sering sekali menyaksikan dan mendengarkan slogan di atas.
“Semua pasti bisa….asalkan mau berkeringat !!!”. “Keringat akan menentukan sejarah !!!“. Atau dengan perkataan lain….semua pasti bisa kalau anda mau berusaha.
No pain….no gain. Suatu encouraging statement supaya kita nggak mudah menyerah. Juga suatu statement anti instant result.

Percaya nggak… sih kalau manusia selalu mencari cara yang lebih mudah dan lebih mudah lagi untuk melakukan sesuatu.
Contoh. Mau makan ? Gampang, nggak usah capek masak, banyak makanan yang hanya butuh waktu 5 menit before ready to eat. Mulai dari mie instant, bubur instant, sampai makanan beku siap saji yang tinggal dipanaskan di microwave.

Mau ajak anjing kesayangan kita jalan-jalan? Hahaha... daripada capek ikutan jalan, sambil nyetir mobil aja aahh... Mau setel TV? Nggak perlu bangkit dari kursi malas kesayangan kita. Tinggal tekan tombol remote control. Bahkan menghadapi 5 remote control yang tergeletak di atas meja untuk menyetel TV, AC, CD, DVD player, dll, kita mulai mengangankan seandainya ada 1 remote control yang bisa dipakai untuk berbagai gadget dalam rumah kita. Sampai difilmkan lho….judul filmnya “CLICK”, starred by Adam Sandler.
Dalam film tsb dikisahkan Adam Sandler yang mau serba instant, memperoleh 1 remote control yang bisa digunakan untuk apa saja. Karena remote ajaib, maka dapat juga digunakan untuk fast forward proses kehidupan. Misal. Saat anak-anaknya rewel minta dibelikan mainan padahal dia ingin konsentrasi bekerja, Adam tinggal menekan tombol fast forward, dan kejadian anak merengek-rengek dipercepat. Sehingga dia nggak perlu repot menghadapinya. Semua kejadian yang tidak diinginkannya, seperti menghadapi istri yang ngambek, anak-anak yang rewel, boss di kantor yang marah besar, semua dihindari dengan fast forward. Keluarganya berantakan, akibat mau instant dalam menghadapi problema hidup. Fisiknya juga hancur. Badannya menjadi amat sangat gemuk karena tubuhnya jarang bergerak, dan akibatnya mulai digerogoti sakit penyakit.

Bicara tentang kegemukan, nggak ada wanita yang nggak kepengen punya tubuh yang langsing. Tapi nggak banyak wanita yang mau mencapai tujuannya tsb dengan exercise. Maunya sih instant. Dan kalau bisa effortless. Nggak perlu berkeringat dan nggak perlu susah payah menahan keinginan untuk makan. Akhirnya menjamurlah tempat-tempat pelangsingan tubuh yang menjanjikan kliennya akan menjadi langsing tanpa perlu berolahraga dan tidak usah mengikuti program diet ketat, bisa makan sepuasnya.
Biasanya, langsing dengan cara instant ini hanya sementara, karena nggak solve the problem. Yaitu perlunya exercise dan mengerem nafsu makannya.

Dulu saya gemuk sekali. Dagu dan leher menyatu (nggak berani insert foto di sini). Bahkan waktu masa Ospek di awal perkuliahan, saya didaulat untuk menjadi dirigen menyanyikan lagu ‘Bu Gendut Masuk MTI’. (MTI : Himpunan Mahasiswa Teknik Industri). Rasanya malu sekali.
Saya mencoba menguruskan badan, tetapi selalu gagal. Kenapa? Karena mau instant, nggak mau olahraga dan mengatur asupan makanan saya.
Sampai saya give up. Tanpa saya sadari suatu saat saya mencapai berat badan ideal. Apa rahasianya? Ternyata karena saya mulai pelayanan di suatu kampus, dimana saya harus banyak jalan kaki (jaraknya lumayan jauh lho), naik turun angkutan kota, pada siang hari yang terik (jadi keringatnya double portion) yang rutin saya lakukan berbulan-bulan, berat badan saya berangsur turun. Hahaha… ternyata walaupun tujuannya bukan untuk menguruskan badan (murni lho untuk melayani Tuhan), tetapi karena saya berkeringat, tujuan lainnya tercapai. Ini namanya sekali menyelam dua pulau terlampaui.

Bagaimana instant way ini di kancah kehidupan rohani ?
Semua orang pengen diberkati. Kepengen seperti hamba Tuhan besar yang mudah sekali memperoleh berkat materi dan jawaban doa. Tapi kita nggak mau melihat perjuangan sang hamba Tuhan tsb sebelumnya. Tahun-tahun yang dihabiskannya dalam kesetiaan melayani Tuhan mulai dari perkara-perkara kecil. Mulai dari berkat-berkat kecil yang diterimanya, sampai akhirnya sekarang Tuhan percayakan berkat-berkat besar.

Ada yang kepengen menjadi Worship Leader yang diurapi, seperti Jeffry Tjandra. Tapi nggak disiplin latihan, kurang waktu untuk menyembah, dan kurang setia melayani mulai dari tempat-tempat yang kecil. Saya mengenal Jeffry sudah lama sekali. Sejak Jeffry melayani mulai dari tempat-tempat yang kecil. Sering dicemooh karena worship leading nya yang nggak biasa, banyak narasi-narasi yang panjang, dan slow abiss. Bahkan ada hamba Tuhan yang mengatakan Jeffry adalah entertainer dan bukan worshipper. Tapi semangat kerja keras dan pantang mundurnya luar biasa (kalau saya yang dibegitukan, mungkin akan nangis Bombay dan mundur teratur).
Dan kini, untuk mengundangnya pelayanan, susaaaahh banget dapat jadwal. Bukan karena sombong, tapi karena schedulenya selalu penuh.
Saat ini saya juga menjadi saksi saat Jeffry nge-WL , banyak sekali orang yang dijamah Tuhan. Teman saya di Makasar bercerita, katanya kalau mau datang ke konser doa di Makasar dimana Jeffry jadi WL, nggak cukup bawa tissue, tapi harus bawa handuk. Hahaha….karena banjir air mata…dalam hadirat Tuhan.
Semua yang diperolehnya saat ini nggak instant. Ada airmata yang dicurahkan, ada keringat yang harus dikeluarkan. Ora et Labora.

Ada juga teman saya yang punya impian besar. Minta didoakan untuk proyek 2 Milyar Rupiah. Teman saya ini jobless. Dan di komsel selalu membagikan mimpinya ini. Tapi anehnya, dia nggak mau memulainya dengan pekerjaan-pekerjaan kecil yang tersedia di hadapannya. Dia hanya berdoa saja dan menantikan Tuhan menjawabnya, tanpa mau melakukan bagiannya, setia dalam perkara kecil. Maunya langsung dapat proyek besar. Akibatnya sampai sekarang dia masih begitu-begitu saja. Masih jobless. Nggak ada perubahan.

Segala sesuatu yang kita peroleh akibat jerih payah dan keringat akan lebih berharga dibanding segala sesuatu hasil dari instant way. Kita akan lebih menghargai uang Rp.500.000,- yang kita peroleh sehabis bekerja keras, dibanding uang yang sama tetapi pemberian orang tua sebagai uang jajan.
Membelanjakannya juga dengan perasaan yang berbeda. Kalau hasil keringat, rasanya sayang untuk mebelanjakannya karena kebayang capeknya untuk memperolehnya. Sebaliknya kalau uang pemberian, lebih mudah untuk menghabiskannya.

Dulu sewaktu masih kuliah, saya ikut Klub Pencinta Alam. Salah satu weekend programnya adalah mendaki gunung. Wuiihhh, ternyata mendaki gunung itu capek sekali lho (maklum pemula..). Di tengah jalan saya rasanya sudah mau menyerah. Mau balik turun aja. Nggak kuat capeknya. Tapi ketika berusaha untuk bertahan, dan akhirnya sampai di puncak gunung, semua keringat dan jerih lelah itu terbayar. Menyaksikan sunrise di puncak gunung, dengan awan yang berarak di bawah (hahaha…baru pertama kali merasakan saya lebih tinggi dari awan, bukan karena naik pesawat terbang), dan hamparan bunga eidelweiss, sang bunga abadi yang hanya bisa disaksikan di ketinggian tertentu (kecuali Anda memetiknya dan membawanya pulang, tapi ini dilarang lho). Rasanya segala jerih payah yang harus dilalui worth it sekali untuk dapat menikmati pemandangan yang saya lihat ini. Padahal saya sudah sering melihat pemandangan ini di foto-foto atau TV. Tapi menyaksikan langsung, feel nya beda banget….

Oleh karena itu teman-teman, marilah kita menjadi manusia rohani yang mau berkeringat dalam mencapai tujuan kita. Tujuan karir, pelayanan, keluarga, kesehatan, kebugaran, apapun itu. Mau berhasil di pekerjaan? Mau menjadi hamba Tuhan yang dipakai Tuhan luar biasa? Mau menjadi pemusik, singer atau WL yang luar biasa? Mari berkeringat.
Janganlah kita menjadi orang-orang yang tidak menapak bumi. Kita bukan berada di awang-awang. Sabar yah…waktu rapture, baru akan kita rasakan berada di awan permai. Sebelumnya….down to earthmy friends. Percayalah, selagi kita masih hidup di muka bumi ini ada natural law yang harus kita taati. Doa saja nggak cukup. Harus mau berkeringat.

Orang yang mau berkeringat adalah orang yang rajin.
Dan orang yang rajin mempunyai medan magnet yang akan menarik berkat untuk nempel kepadanya. Hahaha….persis seperti adegan di fim Indiana Jones yang baru-baru ini diputar di Jakarta.

ORA ET LABORA. Berdoa dan bekerja.
Ingat…’berdoa’ yang utama, tapi jangan lupakan bagian ‘bekerja’ nya.


All blessings,

Julita

No comments:

Post a Comment



<br><br>



<br><br>