Tuesday, May 8, 2018

"BAGAIMANA TIDAK AKU AKAN SAYANG INDONESIA..." (GOD)



Postingan ini repost dari postingan tanggal 17 Agustus 2009 dengan judul : "How can I not love Indonesia (God)"

Banyak yang mengenal saya sebagai songwriter yang menulis lagu-lagu series Bapa, "Seperti BAPA Sayang Anaknya", atau "BAPA Yang Kekal", tapi sesungguhnya jauuuuuh sebelum series itu saya pernah menulis lagu series lainnya, yaitu yang bertemakan Indonesia.
Bahkan lagu saya yang pertama kali direkam adalah bertemakan cinta Indonesia.

Kalau tahun '90an teman-teman sudah lahir baru dan eksis di PD-PD pasti pernah dengar lagu ini,

"Yesuslah Tuhan, yang layak ditinggikan / Layak disembah oleh suku-suku bangsa
Dengan darahMu Kau telah tebus bangsaku / Genapi Tuhan FirmanMu atas neg'riku
Hatiku rindu melihat kemuliaanMu / Hatiku rindu melihat curahan kuasaMu
Di tanah tercinta, neg'riku Indonesia
Kuberdoa Indonesia penuh kemuliaanMu / Indonesia bagi kemuliaanMu"

Judul lagu ini adalah : INDONESIA BAGI KEMULIAANMU

Kenapa sampai bisa tulis lagu ini?
Yang saya tahu pasti karena Tuhan Yesus mengasihi Indonesia.







Waktu itu saya masih mahasiswa, dan berada dalam komunitas orang-orang percaya yang sangat cinta Indonesia, yang tiap kali ketemuan pasti berdoa untuk Indonesia. Tapi saat itu nggak pernah terbersit keinginan untuk tulis lagu tema Indonesia.
Sampai suatu tengah malam, di kamar saya sedang menyembah Tuhan, tapi hati rasanya kok nggak tenang.
Saya letakkan gitar, dan saya ke ruang tengah menyalakan TV. Teman-teman kost sudah tidur semua.
Saya sendirian di ruangan itu. Dan mata saya menatap suatu program TV yang menayangkan aneka suku di Indonesia, yang tetap satu walaupun berbeda-beda. Beda bahasa, beda adat istiadat, beda kebiasaan, tapi bisa bersatu dalam perbedaan. Saya memandang kepada suku-suku yang begitu banyak dan.....

Tuhan bicara... dengan segera saya bergegas ke kamar kembali, mengambil gitar dan dan mulai menyanyi.
Nggak lama kemudian terciptalah lagu "Indonesia Bagi KemuliaanMu".
Kelak, ... banyak orang yang bersaksi bahwa mereka dibangkitkan kembali beban jiwa-jiwanya melalui lagu ini. Bahkan saya ketemu hamba-hamba Tuhan yang menyaksikan bahwa mereka dikuatkan untuk menyerahkan hidupnya melayani Tuhan sepenuh waktu melalui lagu ini.

Friends, jujur, lagu ini nggak ada kehebatannya. So simple, chord progressinya juga sangat biasa banget.
Tapi kasih Tuhan untuk Indonesia yang sangat luar biasa. Dengan berbagai cara (salah satunya melalui lagu) Tuhan memanggil dan membangkitkan orang-orang yang mau maju berdoa membela bangsa ini supaya tidak dibinasakan tapi beroleh hidup kekal. Karena sesungguhnya Tuhan ingin tidak ada seorangpun yang binasa.

(Untuk bahan renungan, mungkin kita juga adalah hasil doa dari orang-orang yang lebih dulu percaya, dan mau memberi waktu mendoakan yang lainnya yang belum diselamatkan.)


"HOW CAN I NOT LOVE INDONESIA ? "  (GOD)





Lagu kedua tentang Indonesia yang saya tulis adalah:
"BAGAIMANA TIDAK TUHAN 'KAN SAYANG INDONESIA"

Waaaah....kok judulnya panjang banget. Waktu itu saya kompromi untuk merevisi judul lagu ini menjadi "KAU TERLEBIH RINDU", tapi sebenarnya saya lebih sreg dengan judul pertamanya.
Karena judul lagu tsb sangat berkorelasi dengan inspirasi penulisannya, yaitu dari satu ayat di Alkitab, yang semakin mencelikkan hati saya betapa Tuhan sangat mengasihi Indonesia.

"Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?" 
(Yunus 4:11)

Dasar perenungan saya saat itu, .....
kalau Niniwe, negeri yang tidak percaya Tuhan, dikasihi Tuhan begitu rupa, sampai mengirimkan Yunus ke sana untuk mempertobatkan mereka, apalagi Indonesia, yang penduduknya jauh lebih besar hingga kini terbilang ratusan juta jiwa?


"Bagaimana tidak Tuhankan sayang , pada Indonesia bangsa yang besar
Jutaan jiwa-jiwa di neg'ri ini, yang menantikan kes'lamatan dari padaMu


Kau terlebih rindu, Kau terlebih rindu,
Kau terlebih rindu, Kau terlebih rindu,
Untuk tegakkan kebenaranMu, kemuliaanMu di atas 
Indonesia

Tuhan ini diriku, inilah diriku
Tuhan ini doaku, inilah doaku
Pakailah aku jadi alatMu bagi bangsaku
Demi kemuliaanMu

   
Ketika lagu ini sudah direkam, beberapa kali saya menjadi bahan tertawaan (mungkin lebih tepatnya candaan) teman-teman saya. Karena masa itu bang Rinto Harahap lagi ngetop-ngetopnya sebagai pencipta lagu sekuler di Indonesia, yang punya ciri khas, setiap lagunya pasti ada kata ".....sayang".

Jadi mereka menyanyikan lagu saya dengan stressing seperti lagunya bang Rinto. Lagu yang seharusnya dinyanyikan seperti ini, ....

"Bagaimana tidak Tuhankan sayang...."
diubah menjadi gaya bang Rinto    "Bagaimana tidak Tuhankan .........,   sayang...."
See the difference? 

Emang sih, jadi lucu, dan aduuuh..... sempat saya merasa malumenuliskan lagu ini.
Tapi kemudian hati kecil saya bicara.... Ini lagu kan pernyataan kasih Tuhan kepada bangsa ini yang saya dapatkan saat saya berdoa dan menyembah. Kenapa malah saya jadi malu?
Kasih yang membuat Yesus mau menukar kemuliaan dengan kehinaan, dihina, disalibkan dan mati demi menyelamatkan semua manusia?
Bagaimana bisa Yesus mengabaikan bangsa yang besar ini?
Bagaimana bisa Tuhan tidak mengasihi bangsa ini?

Kepala saya menjadi tegak lagi. Saya tidak termalu-malu lagi.
Saya mau menjadi perpanjangan lidah Tuhan, perpanjangan tangan Tuhan, untuk menyatakan kasihNya bagi bangsa ini.


LACK OF COMPASSION





Tuhan tidak bekerja sendirian. Tuhan butuh partner.
Syarat bagi partnernya, harus punya belas kasih atas jiwa-jiwa yang terhilang, punya compassion.
Tapi ternyata hari-hari ini banyak anak-anak Tuhan yang lack of compassion. Kehilangan belas kasihan. Melayani sih melayani, tapi tidak didasarkan atas belas kasihan jiwa-jiwa.

Hanya serangkaian aktivitas.

Saya nggak menuding orang lain. Saya menunjuk diri saya sendiri.

Saya menyadari saya mulai kehilangan compassion. Dan saya perlu cepat-cepat berbalik. Kalau tidak pelayanan saya hanyalah topeng belaka, hanya pelayanan Farisi.
 

Dulu banget, saya masih ingat, belas kasih itu besar sekali menguasai hati saya. Sehingga mengingat orang yang perlu didoakan saja air mata sudah merebak.
Saya orang pertama yang lahir baru di keluarga saya. Dan dalam tiap doa saya, saya menangisi mereka dan mengingatkan mereka kepada Tuhan supaya mereka juga diselamatkan.
Supaya mereka, entah dengan cara bagaimana, bisa membuka hatinya kepada Tuhan.
Waktu papa saya dipanggil Tuhan, sepanjang perjalanan dari Bandung ke Medan, saya menangis karena membayangkan papa saya belum diselamatkan. Saya sangat remuk hati dan menyalahkan diri saya.

Sampai di depan jenazahnya saya menangis dengan keras menyesali kenapa tidak ada kesempatan bagi papa. Tapi kemudian saya diberitahu bahwa beberapa waktu menjelang kematiannya ada seorang hamba Tuhan yang melayani papa dan papa telah lahir baru. Baru saya bisa bersukacita dalam kesedihan saya.

Itu dulu. Dulu. Sekarang, masih ada anggota keluarga kami yang belum diselamatkan, tapi saya nggak seperti dulu lagi membelanya di hadapan Tuhan. Tidak dengan sekuat daya, pikiran dan tenaga saya.

Tidak seperti dulu lagi.
Dan saya menemukan banyak teman-teman saya yang juga seperti itu.
Ada orangtua, saudara, yang belum diselamatkan, tapi tidak dengan gigih membelanya di hadapan Tuhan.

Tuhan mengasihi mereka, itu pasti. Absolutely.

Tidak ada keraguan sedikitpun, karena itu adalah kebenaran firmanNya.
Tapi Tuhan butuh Yunus-Yunus lain. Yang mau menjadi alat Tuhan untuk memberitakan kasihNya yang besar.

Di hari kemerdekaan ini, mari kita mengasihi bangsa ini. 

Mari kita mendoakan keselamatan bangsa ini. 
Mulai dari anggota keluarga kita yang terdekat dulu, kemudian meluas, meluas, dan meluas.
Dari Yerusalem, Yudea, Samaria, bahkan sampai ujung-ujung bumi.

 

I'm coming back to the heart that full of compassion.

    HAPPY INDEPENDENCE DAY     
   GOD BLESS INDONESIA
             


All blessings,

Julita Manik

1 comment:

  1. As reported by Stanford Medical, It is in fact the ONLY reason this country's women get to live 10 years more and weigh on average 19 KG lighter than we do.

    (Just so you know, it is not about genetics or some secret diet and EVERYTHING to do with "HOW" they are eating.)

    BTW, What I said is "HOW", and not "WHAT"...

    CLICK this link to reveal if this brief test can help you find out your true weight loss potential

    ReplyDelete



<br><br>



<br><br>