Kok mirip judul sinetron?
Apa ada hubungannya dengan
sinetron "Putri Tertukar"?
No friends, nggak ada hubungannya.
Ini bener-bener TRUE STORY..
Begini ceritanya.....
Kurun 7 tahun terakhir ini banyak
kesempatan pelayanan ke luar kota yang Tuhan percayakan, yang sering kali harus
menginap beberapa malam.
Pengalaman ini memaksa saya untuk
disiplin urusan packing memacking, dengan mencicil memasukkan
beberapa kostum & perlengkapan seminggu sebelum hari H.
Karena nggak enak banget kalau ada
perlengkapan yang ketinggalan, dan biasanya justru hal-hal kecil.
Pernah ketinggalan catok
rambut.... (perlengkapan top priority setelah Alkitab: "wajib
hukumnya" harus dibawa..., kalau nggak mau kelihatan kribo
berdiri di mimbar)
Pernah juga nggak bawa gunting
kuku ...
padahal kuku kaki saya rentan cantengan, yang sakitnya minta ampun, bisa sampai ubun-ubun,
padahal kuku kaki saya rentan cantengan, yang sakitnya minta ampun, bisa sampai ubun-ubun,
Apalagi kalau sampai nggak bawa
kopi tubruk kampung kesayangan....
Huhuhu....
Itu persiapan isi koper.
Tak kalah juga persiapan bagian luar
koper.
Why?
Menurut data statistik, mayoritas traveller di bandara menggunakan koper hitam, termasuk saya.
Mungkin dengan alasan yang sama, supaya tas lebih awet, nggak cepat kelihatan kotor, karena sudah 'hitam' dari sononya 😬😬😬
Nah...punya koper yang sama warnanya ini kan probabilitas untuk tertukar tinggi sekali, makanya saya beli cover koper khusus gambar speaker (maklum anak musik 😬).... supaya bisa dibedakan dari koper orang lain.
Perlengkapan sudah matang.
Berangkat.
Mengalami pertolongan Tuhan selama melayani.
Mengalami pertolongan Tuhan selama melayani.
Dan akhirnya pulang. Balik
Jakarta.
Sampai di Jakarta hari Senin
siang, saat itu padat sekali aktivitas di bandara. Saya & companion duduk
di bagian belakang pesawat, ... so pasti jadi rombongan terakhir turun dari pesawat.
Dan sesudah turun dari pesawat (di
remote area), masih harus menunggu lamaaaaaaa .... bis yang akan mengangkut
kami ke bagian ambil bagasi.
(ilustrasi, bukan gambar sebenarnya) |
Dan koper yang keluar juga tinggal satu-satu.
Akhirnya koper companion saya
muncul dan diikuti koper dengan cover bergambar speaker.
Tanpa ragu saya mengambil koper
tsb, dan bersama companion bergegas meninggalkan bandara Soetta.
Mobil sudah menuju Jakarta,
tiba-tiba handphone saya berdering.
Petugas maskapai penerbangan yang
saya tumpangi barusan menghubungi saya dan mengatakan bahwa saya salah ambil
koper, ... koper Bapak Y
(bukan inisial nama sebenarnya)
Saya
ngotot mengatakan nggak mungkin salah ambil koper, karena koper saya covernya khusus,
gambar speaker.
Petugas berkata bahwa koper Bapak
Y juga menggunakan cover gambar speaker, dan koper saya masih tertinggal di
bandara Soetta.
Wah....... Bapak Y maraaaah sekali.
Karena aktivitas bisnisnya jadi
terhambat karena kelalaian saya.
Saya bisa mengerti perasaan
beliau, tapi saya nggak berdaya....
Memutuskan ingin memutar balik dan
mengembalikan koper beliau dengan
segera, .. tapi saya terhambat traffic
lalu lintas bandara yang super duper padat saat itu,
nyaris tak bergerak.
Akhirnya diputuskan untuk bertemu
di tempat yang disepakati di Jakarta.
Tol dalam kota Jakarta juga macet total.
Lama stuck di jalan, ditambah hati galaunya minta ampun, saya mau killing time dengan curhat ke best friend saya via whatsapp.
"Gileee.... gue salah ambil koper di bandara... bapaknya marah besaaar..."
Olala.......saya salah send, ke send nya bukan ke best friend saya, ... tapi ke Bapak Y.
OMG..... ini mah sama dengan sudah jatuh ketimpa tangga ...huhuhu...
Saya nyampai di tempat yang ditentukan sudah malam.
Lama stuck di jalan, ditambah hati galaunya minta ampun, saya mau killing time dengan curhat ke best friend saya via whatsapp.
"Gileee.... gue salah ambil koper di bandara... bapaknya marah besaaar..."
Olala.......saya salah send, ke send nya bukan ke best friend saya, ... tapi ke Bapak Y.
OMG..... ini mah sama dengan sudah jatuh ketimpa tangga ...huhuhu...
Saya nyampai di tempat yang ditentukan sudah malam.
Dengan badan lemas, belum sempat makan, dan gemetar....
Kalau nanti bapaknya marah-marah
... gimana yaaaaa......
Saya menggiring koper Bapak Y, dan
saya lihat Bapak Y menggiring koper saya.
Alamakkk....gimana nggak
tertukar....
Warna sama, size sama, dan cover
juga sama, gambar speaker.
Red tag di koper saya juga nyelip ke dalam cover, jadi tampak luar benar-benar sama.
Red tag di koper saya juga nyelip ke dalam cover, jadi tampak luar benar-benar sama.
Yang lebih aneh lagi dalam insiden koper tertukar ini, beliau
penumpang bisnis, saya penumpang ekonomi, tapi koper beliau bisa muter-muter
di conveyor bagasi ekonomi sebelum saya ambil.
Akhirnya pertemuan mengembalikan
koper tertukar, berakhir dengan happy ending, saling minta maaf atas ketegangan
yang sempat terjadi.
Perjalanan balik ke rumah, rasanya
saya mau menangis.
Tuhaaaaann.... Kok bisa jadi
begini sih...
(Bagi orang perfeksionis, kisah
begini tidak ada dalam agenda)
Tiba-tiba saya mendengar ayat
Firman Tuhan yang sering saya share kan, tapi kali ini mengobati kegalauan hati
saya....
1 SAMUEL 16(7) Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."
Seolah-olah Tuhan berkata.....
Manusia itu cenderung melihat
yang ada di permukaan luar,
koper pun bisa tertukar, karena
tampak luar sama,
padahal isinya nggak sama.
Tetapi Aku Tuhan, mengenal
sampai menembus kedalaman hati.
RencanaKu atas umatKu, yaitu
rancangan damai sejahtera yang membawa kepada hari depan penuh harapan....tidak
pernah tertukar....
Bagi anak kembar identik
sekalipun.....tidak akan pernah tertukar.
Saya beroleh penghiburan tiada
tara.
Dan hari itu saya mendapat 3
pelajaran hidup:
1. Sesempurna apapun saya merancangkan sesuatu, saya
masih manusia biasa, yang punya banyak kelemahan, dan masih bisa berbuat
kesalahan.
2. Belajar untuk tidak emosional di saat-saat yang tidak
menguntungkan
3. Di atas segala kelemahan saya, ada Tuhan yang
senantiasa merancangkan yang terbaik untuk saya (Roma 8:28).
And don't worry be happy, rencanaNya tidak pernah tertukar.
And don't worry be happy, rencanaNya tidak pernah tertukar.
Semoga diberkati
All blessings,
Julita Manik
Julita Manik