“Masa sih si Andy bisa jadi singer??? Suara aja minus begitu..”. Mungkin ini adalah salah satu contoh kalimat yang akan sering kita dengar. Come on guys, jangan tersinggung mendengarnya, ..... get used to it...., mulailah membiasakan diri... :-)
Mungkin kita juga protes sama Tuhan, kenapa sih kita nggak diberi lebih? Kenapa sih Tuhan pilih kasih?
Friends... kalau yang ini tidak bisa diganggu gugat, karena Tuhan memberi sebesar kemampuan kita. (Mat.25:15).
Sadarlah,…kapasitas kita memang segitu….but,…. jangan sedih dulu. Karena ini bukan AKHIR dari segalanya. Malahan ini adalah AWAL dari segalanya.
Tuhan Yesus tidak pilih kasih saat memberi 1 talenta. Dia tahu benar bahwa sebesar itulah kemampuan kita. Dan Dia adalah Tuhan yang baik dan adil. Karena kita masih diberi kesempatan untuk memperbesar kapasitas kita dengan melipatgandakan talenta tsb.
1 talenta bukanlah akhir dari segalanya, tetapi awal untuk menjadi
Bahkan dalam jumlah yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Belum lagi jika kita mendapat BONUS limpahan talenta dari orang-orang yang menyembunyikannya (ingat kan kisah di Mat.25, saat si talenta 1 menyembunyikan talentanya, maka 1 talenta tsb diberikan kepada orang yang berlaba 5 talenta).
The Secret of Recipe: K E E P M O V I N G
Jangan pernah berhenti oleh karena tidak ada orang yang mempercayai kita, jangan pernah berhenti saat ada yang menghina kita, jangan pernah berhenti saat karya kita masih ditolak terus. Never stop trying. Percayalah, God keeps His eyes on us. Dan Dia siap menolong kita dalam kelemahan kita.
Yang perlu kita ingat : TUHAN TIDAK PERNAH MENERTAWAKAN KITA, TIDAK PERNAH MENYEPELEKAN KITA. DIA SANGAT MENGHARGAI APA YANG KITA LAKUKAN UNTUKKNYA. DAN DIA MENDUKUNG KITA.
Gambar di samping adalah Peter John Haycock.
Saat Peter kecil mencoba bergabung dengan kelas musik untuk belajar alat musik recorder, guru musiknya,
Mrs. Barret, mengatakan bahwa Peter tidak akan pernah menjadi seorang musisi. Dengan kata lain kurang atau tidak berbakat sama sekali. Tetapi apakah Peter kecil ini menyerah? Jawabannya adalah tidak. Umur 9 tahun dia belajar otodidak memainkan harmonika, dan umur 11 tahun mulai belajar gitar dengan hanya berbekal sebuah instruction book.
Kalau melihat gambar di atas, kita mendapat impression betapa sulitnya dan betapa kerasnya Peter harus belajar untuk mencapai mimpinya. Lihat saja posisi tangannya yang ditaruh di keningnya.
Beruntung Peter tidak berhenti saat mendengar statement guru musiknya, dan akhirnya dia bisa mewujudkan impiannya menjadi seorang pemusik dan merilis album-album sekuler.
Tuhan pasti bekerja, menyatakan tuntunanNya seperti : apa yang harus kita lakukan, siapa yang harus kita temui, apa yang harus kita pelajari.
Yang penting kita siap untuk bekerja keras.
Kerja keras, kerja keras, dan kerja keras.
Kenapa mereka tidak percaya? Karena sehari-hari mereka melihat bawa saya hanyalah seseorang yang sangat biasa-biasa saja.....so so,...yang tidak mahir memainkan alat musik. Tidak ada tanda-tanda darah seniman mengalir. Tidak pernah bergabung dengan kelompok vokal & musik. Bagaimana mungkin bisa menulis lagu?
Mulanya saya ingin marah tapi saya pikir nggak ada gunanya.
Lha…wong Alkitab aja sudah mencatat nabi tidak pernah dihargai di kampung halamannya sendiri? Apalagi saya yang bukan nabi? Siapa saya? Kenapa saya harus marah?
Tapi apakah sesudah itu semuanya menjadi mudah??? Ternyata tidak.
10 sampel lagu saya kirimkan, dan semuanya dikembalikan. Berikutnya ada yang minta sampel lagu lagi, dan ternyata tidak ada satupun yang diterima. Dan itu terjadi berkali-kali dalam hidup saya.
Dalam proses yang tidak nikmat ini, saya juga pernah berpikir untuk menyerah, karena saya berpikir semua yang saya lakukan tidak ada hasilnya.
Puji Tuhan nggak jadi… kalau tidak saya akan kehilangan kesempatan menjadi berkat bagi banyak orang.
Lagu "BAPA YANG KEKAL" adalah lagu saya yang ke- 100 sekian. Bagaimana nasib puluhan lagu yang saya tulis sebelumnya? Jawabannya : tidak lolos seleksi. Dengan kata lain tidak pernah dipublikasikan karena ditolak.
Tetapi kalau saya menyerah dan berhenti menulis lagu pada lagu yang ke -100, maka saya akan kehilangan kesempatan memberkati gereja Tuhan dengan lagu S'perti Bapa Sayang AnakNya, Bapa Yang Kekal, Kau Tetap Allah, Indah Pada WaktuNya, dll.
Ternyata untuk bisa menulis lagu-lagu dengan judul di atas, butuh pengalaman menulis puluhan lagu sebelumnya. Walaupun lagu-lagu tsb tidak pernah dipublish, tetapi keberadaannya ternyata mengasah intuisi, serta memperkaya pengalaman dan wawasan saya.
Dan yang terpenting, saat merasa tertolak dan tidak berarti, saya semakin dekat dengan Tuhan. Saya semakin bergantung padaNya. Dalam curahan hati saya kepada Tuhan, saya banyak mendengar tuntunanNya. Lyrics apa yang harus saya tulis, bagaimana melodynya, ayat-ayat pendukungnya, bagian mana yang masih harus diperbaiki, dsb.
Percayalah dalam Tuhan, apa yang kamu perbuat tidak pernah sia-sia.