4 kali dalam seminggu saya mendisiplin diri untuk pergi ke gym.
(FYI: gambar di atas bukan gambar sebenarnya).
Melakukan exercise dengan gerakan repetitif dan dalam durasi waktu lebih dari 20 menit, tentu membutuhkan sesuatu hiburan supaya tidak bosan. Jadilah TV sebagai teman melewatkan waktu.
Mungkin teman-teman bertanya, "kok nggak pakai ipod aja?".
Aha...memang saya mendelete kesempatan memakai ipod, karena membunuh komunikasi.
Pengalaman saya kalau pakai ipod, jadi males ngobrol sama yang lain.
Dari mulai masuk gym sampai keluar sibuk dengerin musik kesayangan, ... nggak punya waktu ngobrol dan membangun hubungan dengan orang-orang disekitar.
That's the new me..., if you don't agree with me... it's ok... haha..
Nah.. saat melihat tayangan TV lokal saya baru menyadari ternyata program live music merajai stasiun TV kita. Brand acaranya sih bisa macam-macam, tapi intinya live music yang diadakan di outdoor ataupun indoor place, dengan lot of fans yang siap berhisteris-ria menyaksikan band ataupun penyanyi kesayangannya.
(belakangan saya juga baru tahu, melalui pemberitaan di sebuah koran ibu kota, ternyata fans-fans ini juga dibayar, untuk ikut menyanyi dan bersorak-sorak bagi sang penyanyi.... OMG !)
Mulanya saya pikir, tayangan itu memang benar-benar live performance.
Tapi kalau diperhatikan lebih teliti, ternyata mostly adalah lip-sync performance.
Oooh.... hati saya tergelitik, ....it's so dishonest.
Apalagi beberapa kali kedapatan, vokal penyanyi sudah terdengar, tapi penyanyi belum siap dan mic masih jauh dari mulutnya. Atau suara yang terdengar "aaaa" si penyanyi mulutnya berbentuk "uuuu". Duuuh....nggak lucu banget. Apa yang dilihat sekarang hanyalah pertunjukan teatrikal, bukan singing performance yang sesungguhnya, walaupun recorded voice yang diperdengarkan tetaplah suara penyanyi.
Kalau nyanyi pakai minus one sih udah lumrah dan bisa dimaklumi, mungkin karena keterbatasan alat dan personil. Lah... kalau hanya nyanyi, kan tinggal bawa diri, dan langsung buka suara.."lala.. lili... lulu.."
Waah, kalau terjadi di China, bisa bahaya ini, ... bisa kena denda penyanyinya.
Saya jadi teringat dengan artikel beberapa waktu lalu, bagaimana pemerintah China panik ketika ketahuan bahwa penyanyi cilik yang berusia 9 tahun, yang dengan sangat memukau menyanyi di pembukaan Olimpiade Beijing 2008, ternyata lip-sync.... saudara-saudara.
THE FAKE vs THE REAL (part 1)
Inilah Lin Miaoke, sang gadis cilik berbaju merah, yang tidak hanya memukau publik China, tapi seluruh dunia ketika mendengarkan suara emasnya.
Udah pinter nyanyi... cantik ... dan imut lagi.
Setelah penampilannya yang sangat sukses.. menyanyikan "Ode to Motherland" di opening ceremony Olimpiade Beijing, Lin menjadi semakin populer... bak selebriti, dan memiliki banyak fans di China.
Julukannya adalah "THE SMILING ANGEL"
Tapi ternyata.... gadis cantik ini bukanlah penyanyi sebenarnya.
Lin Miaoke belakangan ketahuan melakukan lip-sync.
Lantas siapa penyanyi sebenarnya?
Dialah Yang Peiyi, gadis kecil berusia 7 tahun, yang tidak diijinkan untuk tampil karena penampilannya yang jauh dari kata 'cantik'.
Yang Peiyi juga tidak seperti Lin Miaoke yang punya senyum memukau.
Apalagi Yang Peiyi memiliki susunan gigi yang tidak rata. Lengkaplah sudah.
Akhirnya pihak panitia Olimpiade mengambil keputusan menggantikan Yang Peiyi dengan Lin Miaoke.
Suara yang diperdengarkan tetaplah suara Yang Peiyi, yang sudah direkam sebelumnya, tapi yang menyanyikan di pentas nan megah adalah si cantik Lin Miaoke.
Saya bisa membayangkan, di tengah sambutan dan applause meriah yang diterima Lin Miaoke, di tempat yang tidak kelihatan mungkin hati Yang Peiyi sedang menangis. Menangisi ketidakberuntungannya, menangisi kenapa Tuhan tidak memberikan wajah yang cantik kepadanya... mungkin.... mungkin..
Banyak reaksi yang mengecam pemerintah China ketika kejadian ini diketahui publik.
Akhirnya saat ini pemerintah China melarang keras semua penampilan lip-sync di konser-konser, maupun di TV.
Yang bandel dan ketahuan lip-sync ???? Bisa didenda....hingga 12,000 USD (!!!)
Nggak kebayang kalau kejadian ini terjadi di Indonesia.
Pemerintah bisa dapat pemasukan lebih nih diluar tax, hasil dari denda lip-sync.
THE FAKE vs TRUE WORSHIPPER
Yang jadi perenungan saya, kalau manusia saja secara hati nurani nggak suka lihat sesuatu yang fake, apalagi Tuhan ya?
Tapi bukankah seringkali kita menaikkan fake worship kepadaNya?
Kita heart-sync saat menyembah Tuhan. Mulut sih iya ... sedang ikut menyanyi dalam ibadah, tapi hati jauh dari Tuhan.
Matius 15:
8 Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. 9 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."
in NKJV:
These people draw near to Me with their mouth,
And honor Me with their lips,
But their heart is far from Me.
Memuliakan Tuhan dengan bibir, tapi hati jauh dari Tuhan.
Tidak sekedar lip-sync, tapi juga heart-sync.
Kita berusaha memberi impresi kepada orang lain bahwa hati kita sedang menyembah Tuhan, tapi sesungguhnya... jauuuuuh.
Tuhan katakan, penyembahan yang seperti itu percuma.
Sekali lagi ... percuma !
Tuhan bukanlah manusia, yang bisa diperdaya dengan outer performance.
Tuhan mencari yang real, yaitu hati kita.
Sehingga kasus Olimpiade Beijing nggak akan bisa terjadi bagi Tuhan.
Dia tahu persis siapa di antara umat yang benar-benar menyembah namaNya, yang benar-benar True Worshipper.
THE FAKE vs REAL (part 2)
Twiggy, ex top model di tahun 1980an, didaulat kembali menjadi wajah krim anti ageing Olay, di usianya yang ke 59 tahun. Wow...
Semua mengagumi wajah Twiggy di kampanye iklan yang diluncurkan, begitu muda, seperti seorang yang berusia 30an tahun. Sangat cantik, dan sepertinya benar-benar tidak mengalami penuaan sama sekali.
Yang melihat iklan ini tentu ingin buru-buru beli produk krim tersebut, supaya bisa awet muda seperti Twiggy.
Tapi ketika ada yang bertemu the real Twiggy sedang berbelanja di sebuah supermarket, dikagetkan dengan fakta ternyata Twiggy jauh sekali dari tayangan foto iklan Olay.
Twiggy yang sebenarnya ternyata benar-benar sudah tua, tidak langsing, dan penuh dengan kerutan seperti orang yang berusia 60 tahun pada umumnya.
Ternyata foto yang ditampilkan dalam foto iklan adalah hasil photoshop.
Di jaman maju ini, sangat mungkin foto manusia menjadi lebih indah dari aslinya.
Jerawat, spot, kerut, lemak-lemak yang bertonjolan di seluruh tubuh, sebutkan semua ketidakindahan fisik ... bisa diatasi. Sempurna tanpa cacat. Tapi itu bukanlah gambaran yang sebenarnya.
Untuk mengatasi kecenderungan pembohongan besar-besaran terhadap publik melalui foto iklan yang sudah diretouch, pemerintah Inggris dan Perancis merasa perlu membuat regulasi. Supaya jangan sampai pembeli khususnya yang berusia muda, mempercayai sesuatu yang bukanlah fakta. Realita yang tidak pernah eksis. Seperti wajah yang bisa memutih dalam 4 minggu, rambut yang akan lurus memakai shampoo tertentu, gigi akan putih tanpa noda dengan pasta gigi tertentu, dll.
Dalam kasus Twiggy, nyata sekali terjadi pembohongan publik, menampilkan 'realita' yang tidak ada. Twiggy yang sudah tua ditampilkan seperti separuh umurnya karena menggunakan krim yang diiklankan.
Untuk melindungi konsumen, pemerintah Inggris maupun Perancis berusaha menggodok regulasi agar setiap hasil photoshop diberikan footer seperti pada produk rokok "berbahaya bagi kesehatan, menyebabkan kanker, dsb..."
Jadi setiap kali ada foto hasil photoshop khususnya untuk produk komersil harus menampilkan footer "Photograph retouched to modify the physical appearance of a person."
Advertiser yang tidak mencantumkan footer ini bisa didenda sampai
senilai $ 55,000, atau hingga 50% dari biaya kampanye iklan. Wah....nggak main-main nih...
Btw, kejadian yang sama terjadi juga pada saya.
Jujur....semua cover dalam ketiga album saya nggak luput dari hasil photoshop.
Yah, saya mengerti tuntutan dari dunia komersil, untuk memberi yang tampilan yang terbaik dari produknya, termasuk pics saya di album cover.
Sebenarnya hati kecil saya juga agak risih, tapi it's not in my authority.
(retouched)
Di album pertama saya "Bapa Yang Kekal", seorang sahabat complain, "palsu banget Jul fotonya, saya justru nggak melihat Julita Manik yang saya kenal di album cover kamu. Gigi terlalu perfect bak senyum pasta gigi, kurang manusiawi, ... dan itu loh...trade mark kamu juga hilang..."
Saya sempat bingung, trade mark yang mana ? Rupanya tahi lalat saya yang ada di wajah dekat hidung, juga lenyap, ...bersih tersapu oleh photoshop.
(retouched)
Di album kedua "Beautiful", seorang relative juga complain, "kok kayak iklan slimming center ?"
Saya pun semakin risih, sampai nanyain ke graphic designernya, "please deh... tampilkan saya lebih alami, boleh lah diretouch sedikit, ... tapi tetap alami.."
(retouched)
Dan di album ke3, "Indah Pada WaktuNya", saya gubrakkkkk.
Asli....... gubraaakkkk.
Dalam satu pelayanan ke daerah, saya bertemu dengan seorang penyiar radio yang selama ini hanya kenal saya dari album, nggak pernah ketemu langsung.
Tahu nggak apa commentnya ketika pertama kali ketemu dengan saya, "loh......kok jelek ????"
(saya ngerti maksudnya .. "kok nggak seindah yang di foto cover?")
Jujur saya nggak takut dibilang jelek. Karena dari dulu juga saya nggak pernah merasa cantik.
Tapi yang paling saya takutkan adalah kalau orang lain baru bisa menerima saya, dengan wajah saya benar-benar kinclong persis di album.
Kalau saya diundang pelayanan based on my outer performance, not because of my songs and my relationship with God, sesungguhnya saya sudah gagal jadi pelayan Tuhan.
FOR THE LORD DOESN'T SEE A MAN SEES
Untung....untung banget Tuhan nggak seperti manusia.
Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel:
"Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya.
Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah;
manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati."
(1 Samuel 16:7)“Do not look at his appearance or at his physical stature, because I have refused him.
For the LORD does not see as man sees; for man looks at the outward appearance,
but the LORD looks at the heart.”
(1 Samuel 16:7) NKJV
Manusia memandang penampilan luar jauh lebih penting dari pada yang ada di dalam.
Nggak heran kalau photoshop, lip-sync, merajalela.
Bahkan menampilkan kesalehan palsu alias heart-sync, padahal saat nggak ada yang melihat banyak melakukan hal-hal yang nggak berkenan bagi Tuhan. Tapi semuanya sia-sia di hadapan Tuhan.
Tuhan nggak bisa dibohongi.
Manusia melihat tampilan luar, tapi Tuhan melihat hati.
"Looks aren't everything....
Men and women look at the face; God looks into the heart."
(The Message)
Begitu pentingnya hati bagi Tuhan hingga Tuhan berpesan agar kita menjaga hati kita dengan segenap kewaspadaan, karena dari sanalah terpancar kehidupan.
Kalau Tuhan yang Raja di atas segala raja mengatakan Dia melihat hati, bukan penampilan luar, seharusnya sikap itu juga yang kita kembangkan saat membangun hubungan dengan sesama manusia.
Kita nggak boleh lebih menerima atau mengasihi orang yang good looking dibanding yang biasa-biasa, nggak boleh lebih menyambut pengkhotbah terkenal dan mencuekkan pengkhotbah yang kurang top, dilarang lebih memandang kepada orang kaya dan mengabaikan yang pas-pasan uangnya, ......dan banyak aplikasi lain dalam kehidupan.
Looks aren't everything.
Be Real. No lip-sync, either heart-sync.
Show your pure heart to worship God.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
P.S Dan saya harap kalau teman-teman pernah membeli album saya,
bukan karena cover yang hasil photoshop itu ya....
Tapi karena diberkati dengan lagu-lagunya.
All blessings,
Julita Manik