Sunday, April 5, 2009

"ANDAIKAN KU HARUS MEMILIH" (And Jesus did.)

















Ini untuk ketiga kalinya saya menulis dengan judul ini.
Sebuah judul yang diambil dari lagu yang saya tulis beberapa waktu yang lalu. Kenapa saya menulis artikel dengan judul ini lagi?
Karena baru-baru ini banyak yang berkata kepada saya, (baik secara langsung maupun lewat pesan di blog ini), mereka sangat diberkati dengan lagu "Andaikan Ku Harus Memilih".  Dari pertama kali terinspirasi menulis lagu ini, saya tahu persis kalau lagu ini bukanlah lagu best cut, dan tidak termasuk kategori lagu yang dinyanyikan jemaat, tapi saya suka, karena sangat terinspirasi dengan perkataan Yosua (yang menurut saya sangat mengagumkan) kepada bangsa Israel, bangsa yang sangat sulit untuk commit terhadap pilihannya,

"Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada Tuhan, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini.
Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!"
(Yosua 24:15)

Friends,  .... dalam hidup ini selalu ada pilihan.
Dan selama kita menjejakkan kaki di atas muka bumi ini, maka kita nggak bisa luput dari pilihan. Mau makan, mau membeli pakaian, mau menetapkan siapa yang bakal  menjadi the next RI 1, bahkan mau menonton program acara TV .... adalah pilihan, termasuk siapa yang akan jadi the next American Idol, adalah pilihan....  Hmmh... saya suka Danny Gokey dan
Kris Allen. Tapi nggak bisa dua-duanya dong jadi American Idol.
Pemirsa harus memilih. Menjalani hidup adalah menjalani pilihan.

Back to the Bible.
Bukan hanya Yosua yang berusaha menyadarkan umat pilihan Tuhan ini bahwa mereka harus memilih. Seniornya, Musa, juga melakukan hal yang sama.

"Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk:
berkat, apabila kamu mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini;
dan
kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal.
(Ulangan 11:26-28)


Ternyata pilihan yang sangat crucial yang harus kita putuskan di hidup ini adalah, memilih kepada siapa kita akan beribadah, siapa yang akan kita sembah sebagai Tuhan. Yosua dengan tegas dan yakin berkata, bahwa ia dan seluruh keluarganya tidak dapat ditawar-tawar lagi, tak dapat digoyahkan lagi,  mereka akan tetap menyembah Yesus Tuhan. Apapun yang terjadi. Karena Yosua tahu persis bahwa keputusan yang diambilnya itu menyangkut kehidupan kekal selama-lamanya, bukan hanya sekedar keputusan untuk hidup di muka bumi selama 80 tahun.



















Dari sejarah yang kita baca dalam Alkitab, bangsa Israel sangat plin plan memutuskan siapa yang akan mereka sembah. Mengapa?
Karena pilihan mereka didasarkan atas berkat. Mereka hanya akan mengikuti allah yang dapat membanjiri mereka dengan berkat. Begitu keran berkat mulai macet, mereka melihat kepada bangsa-bangsa lain yang hidup di sekeliling mereka. Dan dengan segera mereka mengikuti allah lain yang disembah oleh bangsa-bangsa asing yang tidak pernah melihat 1o tulah dicurahkan atas Mesir, yang tidak pernah melihat Laut Teberau dan sungai Yordan terbelah dua, yang tidak pernah melihat tiang awan dan tiang api di padang gurun, dan segala mujizat lain yang hanya Tuhan Allah sendiri yang mampu lakukan. Padahal mereka telah melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri. Tetapi segala mujizat yang telah mereka saksikan itu tidak bisa mempertahankan keputusan untuk tetap setia mengikut Tuhan,
saat keinginan mereka tidak segera dipenuhi. 
Lho....bukannya Musa sendiri menyuruh kita untuk memilih berkat?
Kok dilarang kalau kita sangat mengutamakan berkat?
Yang Musa maksud, bukanlah berkat sembarang berkat, tetapi berkat yang kita peroleh saat kita mengikut Tuhan Yesus, saat kita mendengarkan dan melakukan perintah Tuhan melalui firmanNya. Bukan semata-mata berkat materi, tetapi berkat keselamatan. 

Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut.
(Amsal 16:25)


















Daud pernah tergoda saat melihat betapa orang fasik yang tidak kenal Tuhan sepertinya nggak pernah mengenal kesusahan. Badannya juga gemuk-gemuk padahal hidupnya menghujat akan Tuhan. Daud berkata,
"tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir. Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran-kemujuran orang fasik....
sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka. Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur. Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan!"

(Mazmur 73 : 2-19)


Kenikmatan yang mereka alami ternyata hanya sementara.
They face the dead end.



Mengikut Tuhan tidaklah dijanjikan jalan selalu akan mulus. Mungkin kadang-kadang ada jalan yang bergelombang,  harus lewat lembah, dan terkadang ada badai menghadang. Bahkan sangat mungkin juga menemui dead end, jalan buntu. Bukankah kita juga pernah mengalami suatu keadaan sepertinya sudah tidak ada jalan keluar? Pada saat putus asa, mungkin terbersit seperti pikiran Daud ingin mengikuti jejak orang fasik yang sepertinya tidak mengenal kesusahan manusia. Ngapain mesti susah-susah hidup mengikut Tuhan? Ngapain mesti berjalan di jalan yang benar? Toh orang yang tidak mengenal Tuhan juga hidup dalam kelimpahan?
Puji Tuhan akhirnya Daud mengerti mengapa harus memilih jalan Tuhan,
saat ia melihat akhir hidup orang yang tidak mengenal Tuhan.
Mereka mengalami dead end.
Apa bedanya... toh orang percaya juga mengalami dead end?
But my friends, definisi dead end orang percaya dengan orang fasik sangatlah berbeda. Saya sangat diberkati melihat ilustrasi yang ada di: kingdavid.wordpress.com
















Bangsa Israel sesungguhnya sangat mengerti yang namanya dead end di dalam mengikut Tuhan. Mereka mengalaminya saat dikejar-kejar dari belakang oleh tentara Mesir, sementara di depan mereka Laut Teberau menghadang. Banyak yang bersungut-sungut, haruskah mati konyol di padang gurun? Bukankah lebih baik hidup di Mesir walaupun menjadi budak?
Sekali lagi definisi dead end orang-orang yang dikasihi Tuhan sangatlah berbeda dengan orang yang tidak mengenal Tuhan.
Tuhan mengubah jalan buntu menjadi jalan yang terbuka lebar, dengan bonus pemandangan aquarium terbesar di dunia di kiri kanan mereka.
Ternyata ribuan tahun yang lalu Tuhan sudah menciptakan sea world pertama di dunia.... haha.. God is really genius..



ORANG YANG MENDUA HATI TIDAK AKAN BEROLEH APA-APA!!!

Hidup ini adalah pilihan.
Dan kita punya kehendak bebas untuk memilih. Mengikut Tuhan atau mengikut allah lain.
Bahkan sesudah menetapkan pilihan kepada Tuhan Yesus, masih ada pilihan selanjutnya, berjalan dalam rencana Tuhan atau berjalan dengan rencana sendiri.
Ada mungkin yang berpikir bagaimana kalau berjalan di kedua-duanya? Mengikut Tuhan dan mengikut allah lain juga? Berjalan dalam jalan Tuhan dan berjalan dalam kehendak pribadi juga?



Hasilnya? They will collide.
Karena terang dan gelap nggak bisa bersatu.  Rancangan Tuhan dengan rancangan manusia bukanlah beda tipis, tapi seperti tingginya langit dengan bumi. Jadi nggak bisa nggak, harus memilih. Pastikan yang  kita pilih adalah pilihan yang benar.

Kalau saya, .... memilih seperti Yosua akan berkata,
"Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan Yesus."



AND JESUS DID CHOOSE.















Dua ribu tahun yang lalu, ada pergumulan yang begitu berat dialami Tuhan Yesus. Belum ada manusia yang ketika bergumul menghasilkan peluh yang seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.
Yesus mengalaminya. (Lukas 22:44).

Kita bersyukur di ujung pergumulanNya, yang akan menentukan nasib kita, Yesus berkata,
"...tetapi bukanlah kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi."
(Lukas 22:42)



YESUS JUGA MEMILIH.
Dan Yesus memilih untuk berjalan dalam kehendak BapaNya dan bukan kehendakNya. Yesus memilih taat daripada memberontak.
Kalau Yesus saja berkata, bukan kehendakKu tapi kehendakMu,
siapa kita ... bila kita memilih untuk berjalan dalam kehendak kita sendiri?

Di masa-masa krisis dan goncangan ini, saya percaya kita akan diperhadapkan dengan pilihan, apakah akan tetap setia mengikut Tuhan atau berbalik kepada allah lain? Apakah tetap setia mengandalkan Tuhan atau memilih mengandalkan kekuatan sendiri? Apakah tetap setia berjalan memenuhi rancangan Tuhan atau memilih berjalan dalam rancangan sendiri?

Pastikan kita memilih yang benar, dan seperti Yosua kita akan berkata,
"Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!"



All blessings,

Julita Manik