Monday, June 22, 2009

"Life is a battle my friends...."

Inilah bangsa-bangsa yang dibiarkan TUHAN tinggal untuk mencobai orang Israel itu dengan perantaraan mereka, yakni semua orang Israel yang tidak mengenal perang Kanaan.
--Maksudnya hanyalah, supaya keturunan-keturunan orang Israel yang tidak mengenal perang yang sudah-sudah, dilatih berperang oleh TUHAN.


(Hakim-hakim 3:1-2) 



Saya merenungkan ini ketika harus bersusah payah exercise di atas treadmill.

Rasanya sudah ogaaah minta ampun. Kok perjuangannya berat sekali sih. Setiap detik yang saya lalui rasanya berjalan dengan sangat lambat sekali
dan sekuat tenaga saya melawan keinginan saya untuk menghentikan langkah saya. 

Come on...20 menit lagi...15 menit lagi...10 menit lagi.. Dan aah...
akhirnya dengan lega saya bisa menuntaskan 30 menit di atas treadmill.
Lulus...sorak saya dalam hati. Tapi kejadian ini akan terulang lagi saat saya akan berolahraga di kemudian hari. Malas untuk bersusah payah.


Ada juga yang bertanya bisa nggak menjadi kurus tanpa harus mengurangi makan? Ada nggak cara mempertahankan berat badan tapi tetap bisa makan semua makanan yang enak-enak?
Aduuh, mana enak kalau hanya makan buah, sayuran. Justru makanan yang dilarang biasanya yang rasanya sangat enak sekali. Hidup rasanya jadi tak menarik bila dilarang makan semuanya itu.

Saya bisa mengerti betapa beratnya bertarung dengan keinginan makan junk food ketika mengikuti detox 21 hari. Dan puji Tuhan, bisa lulus juga.
Dan bukan hanya saya sendiri, ada belasan teman-teman di gereja yang mengikuti program detox ini dan lulus juga.
Oh, bangganya jadi pemenang !!!

Ada juga yang bertanya bisa nggak jadi kurus tanpa perlu berolah raga, kalau perlu mengkonsumsi obat-obatan saja. Instant gitu loh. Jadi nggak perlu capek-capek berolahraga.
Mana sempaattt....
Ada banyak alasan untuk membenarkan diri kita hidup dengan cara mudah dan instant. Tapi saya nggak merekomendasikan jalan yang instant.


Untuk hal yang rohani, seorang teman bertanya kepada saya, bagaimana caranya mau bangun untuk saat teduh di pagi hari. Rasanya malaaas dan aduuuh..., lebih enak tidur lagi.
Boro-boro mau berencana menamatkan membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu dalam setahun, lha wong saat teduh aja kadang-kadang nggak sempat..

Saya pernah pelayanan di sebuah Sekolah Theologia dan bertanya kepada adik-adik mahasiswa di sana, "Berapa orang yang sudah tamat membaca Alkitab 3 kali?" Nggak ada yang angkat tangan.

Saya pikir, karena mahasiswa Theologia pasti rajin dong, jadi saya naikkan jumlahnya.. "yang sudah baca 4x,... 5x...??"
Friends, ... nggak ada yang angkat tangan.
Mereka tertawa dan ada yang nyeletuk "kebanyakan kak nanya jumlahnya".
Waktu diturunkan menjadi  "....yang sudah baca 1x tamat?"
Hanya ada 1 orang yang mengangkat tangan. Aneh bukan?
Lha, kalau yang sekolah Alkitab aja susah baca sampai tamat,
gimana yang orang biasa?

Tidak ada maksud menyombongkan diri, akhir 2009 ini saya akan selesai membaca Alkitab dari Kejadian-Wahyu sebanyak 7 kali.
Hal ini sudah saya lakukan sejak tahun 2002. Tiap tahun tamat 1x.
Makin pinter? Nggak, malah makin banyak nggak tahunya.
Tapi makin banyak juga pewahyuan yang diterima.
Dan semua itu saya lakukan dengan susah payah melawan semua keinginan daging, bagaikan bertarung dalam sebuah peperangan.

Pengalaman hidup mengajarkan saya, mau hal rohani ataupun non rohani, hidup ini adalah seperti sebuah peperangan, seperti sebuah perlombaan. Kalau mau menang, maka harus mau bertarung dan berlomba dengan gigih. Kalau tidak kita akan terus menjadi looser sepanjang hidup kita.

Hakim-hakim pasal 3 jelas menunjukkan bahwa Tuhan sengaja menyisakan musuh-musuh di tengah bangsa Israel, supaya generasi penerus yang sebelumnya tidak mengenal perang, dilatih untuk berperang oleh Tuhan sendiri.

Tuhan merancangkan kita untuk mengalami peperangan.
Tuhan lebih ingin dari siapapun juga melihat kita muncul sebagai pemenang.

DREAM OF PEOPLE WHO DON'T LIKE FIGHTING

Kalau saja apa yang dialami oleh John Perry, 59 tahun, adalah penyakit menular, maka saya percaya jutaan wanita (mungkin ada pria juga) yang segera mendekatkan diri kepadanya untuk ditulari oleh penyakitnya. Loh kok aneh, kok mau ditulari?

Karena John Perry bisa makan apa saja, seperti burger, steak, french fries, cakes, chocolate, ice cream, semua makanan yang uueeenaakz tenan, dalam jumlah yang tidak terbatas, tanpa kuatir menjadi gemuk. Kok bisa sih ???

Menurut www.thesun.co.uk
John Perry menderita
Total Body Lipodystrophy,
dimana tubuhnya menghasilkan hormon insulin 6 kali lebih banyak dari jumlah normal, yang segera membakar semua fat yang diasupnya tuntas...tas..tas.
John Perry pun segera memperoleh julukan THE MAN WHO CAN'T GET FAT.

FYI : Insulin mengubah gula menjadi glukosa, masuk ke dalam sel-sel tubuh sehingga dapat di metabolismekan (aduuh bahasanya ribet yah...).
Intinya tanpa insulin maka gula bukannya diubah menjadi glukosa tapi menjadi lemak.

Nah, karena kadar insulinnya Mr. Perry 6 kali di atas normal, maka kecepatan metabolismenya juga menjadi sangat tinggi sekali. Sehingga tidak ada lemak yang disisakan untuk disimpan dalam tubuhnya. Dengan demikian sulit sekali bagi Perry untuk menaikkan berat badannya, tak peduli berapa banyak kalori yang sudah dikonsumsinya.

Sebelumnya dari kecil sampai usia 12 tahun John Perry adalah seorang anak yang gendut dengan pipi chubby dan mempunyai julukan "Fatty" oleh teman-temannya. Tapi mendadak di usia 12 tahun semua lemak dalam tubuhnya habis dalam tempo semalam (pasti banyak nih teman-teman ...termasuk saya...ehmm.. yang berkata "seandainya....aku...").

Sebanyak apapun John Perry kecil makan, tidak bisa membuatnya menambah berat badannya bahkan cenderung menjadi kurus. John berkata dalam tempo 6 bulan berat badannya drop dengan drastis dan setiap orang melihatnya seperti  a bag of bones, sekantung tulang belulang, sehingga setelah bermain football ia malu untuk membuka baju di hadapan teman-temannya , karena tulang-tulang yang bertonjolan di tubuhnya yang kurus.


EVERYBODY HAS THEIR OWN BATTLE !!!

Mungkin teman-teman berpikir enak sekali menjadi John Perry memiliki tubuh yang forever slim tanpa harus berusaha keras menahan asupan makanan dan tidak perlu capek-capek berolah raga.  
Friends, everybody has to fight their own battle.

Kalau kita, peperangan kita adalah menahan nafsu kedagingan kita dan kemalasan kita berolah raga, maka John Perry memiliki peperangannya sendiri. John Perry harus makan dalam jumlah yang sangat besar, dan tetap harus makan walaupun sudah 'uueenegg'nya setengah mati. Kalau tidak berat badannya akan turun drastis, dan seperti yang dikatakannya, ia akan seperti 'a bag of bones'. Belum lagi, karena tidak ada pantangan, bisa makan apa saja, maka ada efek sampingan kolesterol tinggi, yang bisa mengakibatkan beragam penyakit.

Rumput tetangga memang kelihatan lebih hijau.
Kita berpikir seandainya kita mengalami seperti yang John Perry alami.
Tapi coba renungkan kalimat di bawah ini.

Melalui penelitian disimpulkan orang-orang yang mengalami Lipodystrophy memiliki berbagai komplikasi yang dapat mengancam hidupnya, seperti kematian mendadak, diabetes, liver dan pankreas yang membengkak, kolesterol dan tekanan darah tinggi yang tentunya berbahaya bagi jantung.

Dari luar kelihatannya sehat dan memiliki kehidupan yang nikmat, tapi di bagian dalam rentan terhadap berbagai penyakit. Belum lagi kecepatan insulin membakar semua fat yang diasup tanpa sempat menyimpannya, membuat wajah kering dan kulit menjadi cepat keriput.
Lihat saja wajah John Perry, yang jauh lebih tua dari usianya ....
(I guarantee, nggak ada kaum wanita yang suka dengan hal ini...hehe)


THE CONTRARY BATTLE

Living like in hell membuat Sacha Whitehead seorang ibu berumur 33 tahun, sering melukai tubuhnya dengan pisau sampai berdarah.

Niatannya sebenarnya ingin bunuh diri karena begitu desperate akan kondisi tubuhnya.
Tapi kecintaan terhadap Lewis putra tunggalnya membuat ia tak mampu untuk bunuh diri.

Memiliki berat badan bak seekor bayi gajah, tak mampu untuk mencari jalan keluar untuk menghentikan keinginan makannya yang begitu luar biasa, berpisah dari suami ketika anaknya Lewis masih berumur 3 tahun, malu bersosialisasi sehingga memilih untuk chatting di dunia maya supaya tidak ada yang tahu kondisi badannya, semua fakta ini membuat Sacha hidup dalam a lonely world.

Yang dapat dilakukannya hanyalah terus makan dan menyakiti diri sendiri dengan menggoreskan pisau dan gunting di lengannya yang gemuk sampai bercucuran darah. Rasa sakit yang diderita pada lengannya membuat Sacha sejenak melupakan depresi atas kehidupannya. Tapi hanya sejenak.
Sesudah itu dengan tidak berdaya Sacha makan dan makan lagi.
Dan beratnya pun semakin bertambah dan bertambah lagi.

Tak cukup sampai di situ Sacha juga didera rasa bersalah.
Kondisi tubuhnya yang amat sangat gemuk membuat Sacha tidak bisa luwes bergerak dan tak mampu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, sehingga Lewis lah yang menggantikan untuk mengerjakan semuanya. Mulai dari mencuci piring, menyapu, mengepel, bahkan sampai memandikan sang mama. (What an adorable child !!!)
Mereka begitu tergantung satu dengan lainnya, dan kebiasaan buruk Sacha makan dalam giant portion juga menular ke anaknya, sehingga Lewis juga mengalami obesitas.


Ketika mengantarkan anaknya ke sekolah, Sacha tidak berani keluar dari mobil, karena takut teman-teman Lewis melihatnya dan kemudian membully (mengata-ngatai) Lewis punya mama yang super gemuk.
Juga tidak bisa mengantarkan anaknya ke Panto (sebuah acara musical comedy theatre di Inggris yang sangat disukai anak-anak, dengan tema cerita Cinderella, Aladdin, Snow White, dll) dan harus meminta tolong nenek Lewis untuk melakukannya. Kenapa?
Karena kursinya tidak muat untuk Sacha. Mungkin kursinya yang punya pinggiran untuk tangan di bagian kanan dan kiri.
(Saya pernah loh ...melihat orang yang sangat gemuk memaksakan diri untuk duduk di kursi yang tidak seukuran tubuhnya, dan ketika ia berdiri, OMG, kursinya ikut terangkat karena nempel di bagian belakang tubuhnya!!!).

Sacha sangat membenci keadaan tubuhnya, dan kebiasaan makannya yang sangat buruk.
Akhirnya Sacha memutuskan menemui seorang spesialis kesehatan dan sangat dikagetkan dengan ucapan berikut. "Usiamu nggak akan lebih dari 2 tahun lagi kalau kamu tidak merubah pola hidupmu saat ini."

Kondisi obesitasnya yang sudah teramat parah membuat dokter menyarankan untuk menjalani operasi. Satu-satunya yang ditakutkan Sacha adalah membayangkan Lewis menjalani hidup ini tanpa seorang mama.
Akhirnya Sacha setuju dan memutuskan menjalani operasi untuk mengecilkan lambung dan ususnya (friends, don't try this without specialist advice).
Dengan demikian kalau Sacha masih makan dalam jumlah yang sangat banyak maka dia kan mengalami kesakitan. Makanan juga tidak akan disimpan dalam waktu yang lama dalam tubuh untuk menghambat absorbsi lemak yang dikonsumsinya.

Loh, mungkin teman-teman berpikir, ini kan cara instant untuk jadi kurus dengan operasi? Enak dong... nggak perlu susah payah..
Ya, kalau setelah itu Sacha tidak melakukan apa-apa.  But,.....

SHE CONTINUES TO FIGHT HER BATTLE !!!

Sacha tidak berpangku tangan. Ia meneruskan perjuangannya dengan memakan makanan yang sehat seperti buah-buahan, sayuran, yoghurt, dan menghindari junk food.
Sacha juga mulai berolah raga untuk mempercepat pemulihan tubuhnya ke berat normal. Hingga saat ini Sacha masih terus bertarung.
Kalimatnya yang menarik untuk disimak,
“All I’ve ever wanted is to be normal sized. I’m not there yet, but every day I get a bit closer.” 


Sacha belum sampai di tujuannya, the battle is not finished yet, tapi setiap hari ia semakin mendekati tujuannya, semakin  hari ia semakin mendekati kemenangannya. Dan kini ia sangat berbahagia karena bisa mengantarkan Lewis ke Panto.
Kursinya sudah muat.



NO PAIN NO GAIN.
NO RACE NO WINNER.
NO BATTLE NO CONQUEROR.

Praktekkan dalam tiap aspek kehidupan kita. Rohani maupun non rohani.
Apapun yang menjadi hambatan, jangan pernah berhenti atau putus asa. Jangan kompromi dengan berbagai alasan.
Selamat bertanding, selamat bertarung, dan selamat menjadi pemenang dan selamat menjadi penakluk.


All blessings,

Julita Manik

No comments:

Post a Comment