Monday, December 29, 2008

A (Christmas) MOMENT TO REMEMBER, part 2



















Salah satu perayaan Natal yang berkesan adalah merayakannya bersama Pondok Anugrah. Sebenarnya bagi saya ini kunjungan dadakan. Sehabis mengisi di Sabuga 14 Desember, ternyata keesokan harinya ada perayaan Natal di Pondok Anugrah. Saya niatin banget untuk datang, karena adik saya Michael menjadi fulltimer mentor di sana.
FYI: Pondok Anugrah adalah sebuah tempat rehabilitasi yang diketuai oleh Bpk. Pungky. Adik saya Michael sangat bangga sekali bisa mengabdikan dirinya untuk melayani sesama di tempat rehab ini, dan jelas Bpk Pungky yang biasa dipanggil Ko Apung adalah idolanya. Dulu kebanyakan pasien rehab adalah korban drugs, tetapi belakangan ini ada pergeseran, kebanyakan penghuninya dalah orang-orang stress dengan berbagai latar belakang.
Ada yang karena terlalu pinter, ada yang karena bangkrut dan jatuh miskin, ada yang patah hati, ada yang karena disantet, dll. Di sini ada seorang mahasiswa ITB yang stress, dan omongannya selalu membahas Fisika, Matematika. Apapun bentuk pertanyaan kita, jawabannya pasti Fisika, dan Math.
Dulu saya nggak habis pikir, kok bisa yah Ko Apung terbeban dengan mereka. Kan nggak gampang menangani orang stress. Dan perlu dicatat, para mentor hanya mengandalkan kasih , doa, dan Firman Tuhan. Tidak ada tindakan medis di pondok rehab ini.
Dengan rasa ingin tahu yang besar saya datang ke Pondok Anugrah, yang berlokasi di Lembang, dan ini pengalaman pertama kalinya bagi saya.


DILIPUT OLEH SOLUSI LIFE
Wah ternyata di sana rame sekali. Karena acara Natal ini diliput oleh Solusi Life. Jadi pemandangan di sana adalah beberapa cameramen dengan para asistennya, lampu sorot, dan sound system lengkap di atas panggung. Hujan deras mengguyur Lembang termasuk di Pondok Anugrah. Dan herannya walau tiap tahun merayakan Natal pasti turun hujan, Ko Apung dan mentor berkeras tidak mau memasang tenda. Karena mereka yakin kalau mereka berdoa hujan berhenti, maka hujan akan berhenti. Dan selama 6 tahun nereka melakukan ini, dan hujan selalu berhenti. Tapi di tahun ke 7 ini saat diliput tim Solusi, hujan tidak berniat untuk menghentikan curahannya hingga acara berakhir. Sehingga kursi-kursi yang disediakan tidak bisa diduduki karena basah. Tapi yang mengherankan, tidak ada seorang tamupun yang berniat pulang. Semua mencari tempat berteduh sambil tetap dengan seksama mengikuti jalannya acara.
Tim Solusi memang ngga main-main dengan acara ini, selain datang dengan tim lengkap (lengkap dengan hostnya Bung Monti dan Olin), juga mereka menyediakan makanan yang berlimpah ruah untuk setiap yang hadir. Udah kayak pesta nikahan aja. Belum lagi gift-gift yang mereka sediakan untuk penghuni Pondok Anugrah.
Ko Apung menjelaskan kenapa hujan tidak berhenti. "7 adalah angka sempurna, Tuhan nggak mau saya sombong dan merasa bahwa ini adalah kehebatan saya kalau hujan berhenti. 6 kali hujan selalu berhenti, dan tahun ke 7 Tuhan tidak menghentikan hujan supaya Tuhan yang selalu ditinggikan atas pelayanan ini."
Cameramen juga tetap semangat dalam meliput walau cuaca tidak bersahabat.Dengan dipayungi dan berbalut plastik, terlihat kesungguhan hati mereka mengabadikan acara ini.





I WAS A SPIDERMAN
Beliau adalah seorang pengusaha, mantan penghuni yang harus direhab di Pondok Anugrah. Dan sekarang sudah mengalami pemulihan. Menurut testinya, dulu sering selingkuh, menghianati istri, dan terakhir disantet orang, sehingga selalu merasa dirinya Spiderman. Saya agak sedikit bingung dan penasaran mendengarnya, sehingga selesai acara saya bertanya kepada Michael adik saya, seperti apa sih perilakunya, sehingga mendapat julukan spiderman? Adik saya berkata, "Yaaah, pantang liat dinding, pasti ada aja anggota badannya yang nempel. Dan sampai mentor mengangkatnya, dia nggak akan lepas dari dinding. Karena perasaannya dia nempel di dinding, padahal sebenarnya nggak. Dan itu bisa berjam-jam, sampai akhirnya diamankan mentor."
Mujizat masih terjadi. Beliau kini bisa tegak besaksi karena telah mengalami pemulihan.


THE PATIENT















Semua pasien rehab saat itu berseragam kaos hijau, dan untuk membedakan pasien drugs, dan pasien stress, yang stress kepalanya dibotak. Mereka membuat suatu performance bersama, yaitu sama-sama menyanyikan lagunya Sari Simorangkir "Kaulah Harapan".





'Kupandang wajahMu dan berseru...
pertolonganku datang dariMu..
peganglah tanganku...
jangan lepaskan..
Kaulah harapan...
dalam hidupku..'





Saya sangat suka lagu ini, dan sudah nggak terhitung berapa kali menyanyikannya atau mendengar orang lain menyanyikannya. Tapi nggak ada yang lebih menyentuh dari moment yang ada di depan mata saya ini. Yaitu saat mendengar orang-orang yang stress (beberapa dari mereka diabaikan oleh keluarganya) menyanyikan pujian ini sambil mengangkat tangan ke surga. Terasa sekali bahwa mereka nggak punya harapan lain kecuali Yesus. Semoga kalian semua cepat sembuh ya...



THE MENTORS


















Ini wajah sebagian mentor yang mengabdikan dirinya melayani orang-orang tang terabaikan. Mereka ini orang-orang yang sungguh teruji keinginannya melayani Tuhan dan sesama. Tidak tergiur oleh uang, atau sesuatu yang lebih prestise. Mereka mengabdikan dirinya di tempat yang sunyi dan dingin di Lembang.


LONG WAITING TESTIMONY
















Ini moment yang paling ditunggu-tunggu, yaitu kesaksian Ko Apung.
Konon tim Solusi juga sudah menunggu lama untuk bisa mengabadikan kesaksiannya. Pada dasarnya Ko Apung sendiri ngga keberatan untuk bersaksi, tetapi beliau menunggu persetujuan mamanya, karena bagi keluarga menyaksikan yang beliau alami alah seperti membuka aib keluarga.

Sebelum kenal Tuhan Yesus, Ko Apung adalah seorang bandar judi. Singkat cerita, ia ditangkap, masuk penjara, dan beroleh hukuman yang semakin berat karena tidak bisa mengontrol emosinya saat di persidangan. Merasa stress, mulai ngedrugs sehingga mulai mengalami halusinasi. Beberapa kali mencoba bunuh diri, tetapi tetap tidak mati juga. Setelah keluar dari penjara, sosoknya sudah seperti orang gila, karena kerap mengalami halusinasi. Memakan tanah dan rumput, mengejar orang-orang yang lewat dari depan rumahnya, sampai suatu ketika ada seseorang yang memperkenalkannya pada Tuhan Yesus.
Pertobatannya membawa pemulihan dalam segala hal, dan menjadi cinta mati kepada Tuhan Yesus. Setelah mendengar kesaksiannya, sekarang saya nggak merasa heran kenapa Ko Apung bisa sangat terbeban dan sangat mengasihi orang-orang yang stress dan korban drugs. Karena dulu beliau juga seperti itu, dan Tuhan menyembuhkannya. Sekarang, Ko Apung, yang memilih untuk hidup single, mengabadikan dirinya total untuk orang-orang yang berlatar belakang seperti dirinya dulu.


Perayaan Natal di Pondok Anugrah ini mengajarkan saya banyak hal.
Betapa kasih Tuhan Yesuslah yang mampu memulihkan segala permasalahan kita.
Dan dengan kasih yang Dia berikan, kita bisa menjadi alat yang ampuh di tanganNya untuk menjangkau jiwa-jiwa yang membutuhkan.
Doa dan harapan saya, di tahun 2009, saya mau lebih lagi membagi hidup saya dengan orang, supaya lebih banyak lagi orang-orang yang melihat kasih Kristus dan diselamatkan.

SELAMAT MENYAMBUT TAHUN BARU 2009.


All Blessings,

Julita Manik

Sunday, December 28, 2008

A (Christmas) MOMENT TO REMEMBER
















Melangkahkan kaki ke berbagai denominasi gereja, PD, untuk bersaksi melalui pujian di sepanjang perayaan Natal bulan Desember 2008 menorehkan beragam pengalaman. Beberapa malah membekas menjadi moment yang tidak bisa dilupakan.
A moment to remember.
Karena bertemu dengan orang-orang yang mengasihi Tuhan dan rindu merayakan kelahiranNya yang membuahkan keselematan bagi orang percaya.
Beberapa saya akan saksikan dalam artikel ini.



Yang paling berkesan, merayakan Natal bersama GBI Dago Plaza di Sabuga ITB. Waah.. belum mulai aja, begitu melihat gedungnya, hati sudah berdebar kencang. Terbayang karya anak negeri, khususnya dari almamater saya ITB, yang sudah mempersembahkan gedung ini sebagai ajang untuk berkreativitas.

Motto di depan gedungnya saja:
"ILMU, TEKNOLOGI, SENI". Rasanya bangga sekali pernah menjadi bagian dari kampus ini (walaupun lulusnya ......
lamaaaaaaaaaaaaa buanget...
I'm sorry...)

Sesampainya di Sabuga sekitar jam 9 pagi tanggal 14 Desember, ada pengalaman yg really really shocking me..
Panitia bertanya "Apakah kamu make up artistnya?"

Haha...apakah karena kostum saya yang tabrak lari ini yah??




CELEBRATE CHRISTMAS WITH GBI DAGO PLAZA BANDUNG


















Acara mulai tepat waktu dan kehadiran jemaat full house bahkan udah mau meledak nih saking membludaknya. Terpaksa yang terlambat merelakan diri duduk di luar gedung.


"ALLAHKU SAKTI"


















Two thumbs up untuk team musik dari GBI Dago Plaza yang baru saja release album baru mereka. Waahh...Bandung memang surganya pemusik dan penyanyi. Main musiknya ok, nyanyinya apalagi.
Di stage ada 7-8 anak muda yang gantian leading, dan semuanya punya kualitas vokal yang prima dengan color yang berbeda-beda. Energik sekali. Posisi berdiri juga diatur sedemikan rupa sehingga selalu ada pergeseran posisi. Lagu-lagu barunya juga sangat catchy, gampang diingat.
Yang paling saya ingat lagu ini "Allahku sakti... sakti... tiada bandingannya.." Keren kan?
Baru kali ini ada lirik lagu Indo Gospel yang pakai kata 'sakti'.
Biasanya kan pakai kata 'dahsyat, hebat, luar biasa'.
Nah kalau 'sakti'.. jelas mereka pioneernya.
Sukses yah guys...semoga albumnya juga laris manis (this is my prayer).





Dibandingkan dengan layar multi media yang begitu besar,
I look like a liliput in a little black dress ..hehe...
Didukung dengan akustik gedung yg ok punya (ITB ........
'bacanya pakai intonasi yah' ...hehe, boleh dong bangga), dan ditambah dengan pemusik yang heartful and skillful, nyanyi rasanya jadi enak banget.
Tambah berani deh overtonenya.
Sekali lagi thank you guyz..





















Di masa-masa krisis ini harus lebih sering lagi  menyanyikan "Indah Pada WaktuNya". Karena pesan Tuhan, krisis ini bukan hanya mengenai orang yang tidak percaya, tetapi juga orang percaya. Sama seperti Tuhan menerbitkan matahari dan menurunkan hujan bagi orang tidak percaya dan orang percaya. Tapi yang membedakan hasil akhirnya.
Bagi orang percaya "Semuanya akan indah pada waktu Tuhan". Amen.



SHE IS MY SAVIOR
Sampai matipun saya nggak akan lupa sama Imey. Dulu waktu di persimpangan jalan, Imey menjadi perpanjangan Tuhan untuk menyelamatkan saya. Jadi nggak salah kalau saya bilang she is one of my savior.


Ingat lagu "Andaikan ku harus memilih...tetap hatiku padaMu" ?.
It happened to me. This song is about my life.

Saya ingat banget waktu itu sebagai mahasiswa saya masih setengah-setengah ikut Tuhan. Bahkan membina hubungan dengan seorang atheis. Suatu ketika, saat cinta saya pada Yesus semakin mendalam (berkat doa teman-teman sepersekutuan yang pantang menyerah), saya ditantang untuk memilih. "Jesus ..... or him?"
Terus terang saya bingung. Karena maunya sih dua-duanya.
Saat itu saya yang sudah lama tidak pernah saat teduh dan menyentuh Alkitab, mendengar suara yang hampir seperti audible di telinga saya
"Kamu tidak bisa mengabdi kepada dua tuan"
Saya kenali itu sebagai suara Tuhan, dan dengan berat hati saya memilih Yesus. Dan akibatnya, malam itu saya diputuskan. Sedih ??? Pasti !!!
Nangis darah deh.

Dalam penderitaan hati yang berat, saya ingat di tempat kost saya ada seorang teman yang nggak terlalu dekat dengan saya, tapi saya ingat dia rajin sekali ke gereja dan kebaktian di tengah minggu. Selalu dengan motornya, setiap sore menghadiri kebaktian. Waktu saya sedang depresi, yang saya ingat teman kost saya itu. Namanya Imey.
Malam itu juga saya naik ke lantai 2, mengetuk pintu kamarnya.
Imey lagi belajar, tapi mau memberi waktu untuk mendengar keluh kesah saya. Jujur, saat itu saya harapkan Imey mendukung saya dan berkata "Iya...nggak apa-apa kok jalan dua-duanya".
Tapi nggak seperti yang saya harapkan, Imey malah meneguhkan saya untuk memilih Tuhan Yesus. Dan kelak saya sadari dan alami, keputusan malam itu adalah keputusan yang tepat. Terima kasih Tuhan Yesus untuk seorang Imey.
Walau sebelumnya, sekalipun Imey nggak pernah ngInjilin saya, tapi ketekunanya mengikut dan melayani Tuhan ternyata sudah lebih dulu mengInjili saya. PengInjilan dengan perbuatan dan kesaksian hidup.
Dan di saat-saat sulit, saya diingatkan Roh Kudus akan seorang Imey.
Puji Tuhan, after 20 years, saya bisa bertemu lagi dengan penyelamat saya ini. Dan Imey masih setia melayani Tuhan, sekarang di World Vision.
God bless you, Imey.


Saya percaya di masa-masa sulit ini, Tuhan membutuhkan Imey-Imey yang lain, yang akan dipakai sebagai perpanjangan tanganNya.
Di masa-masa sulit ini akan banyak bermunculan orang-orang yang bingung, kuatir, stress, hopeless, yang membutuhkan saudara-saudara seiman yang akan memberikan nasehat, dukungan dan doa untuk tetap berharap kepada Tuhan.

Maukan teman-teman menjadi perpanjangan tangan Tuhan menjadi a savior to somebody else?
Kalau saya, saya mau. Supaya perjalanan hidup saya juga menjadi
a moment to remember bagi teman-teman lainnya.



------------------to be continued---------------------------------------------




Selamat Hari Natal dan Tahun Baru 2009.



All Blessings,

Julita Manik

Tuesday, December 23, 2008

Temukanku MenantikanMu, part 2














"Mengapa ketika Aku datang tidak ada orang, dan ketika aku memanggil tidak ada yang menjawab?
Mungkinkah tanganku terlalu pendek untuk membebaskan atau tidak adakah kekuatan padaKu untuk melepaskan? ....."

(Yesaya 50:2)


Seringkali umat manusia (termasuk saya) tidak sabar dalam penantian. Rasanya ingin buru-buru mendapatkan yang diinginkan. Kalau bisa jangan sampai menunggu. Buktinya sulit sekali untuk mengajarkan waiting in line kepada penduduk Indonesia. Kalau masih bisa nyerobot, kenapa harus antre menunggu?
Apalagi doa yang lama dijawab. Wah...bisa-bisa nggak Tuhan-Tuhanan lagi. Nggak gereja-gerejaan lagi. Oh teman-teman..., ini bukan kisah baru. Ribuan tahun yang lalu sudah tercatat dalam Alkitab, bangsa Israel yang tidak suka menunggu.
Terlambat beberapa hari saja Musa turun dari gunung Sinai, mereka sudah meninggalkan Tuhan yang telah membelah laut Merah, Tuhan yang membuat 10 tanda ajaib di Mesir. Mereka membuat patung lembu emas yang fana untuk menggantikan Tuhan yang tidak fana.
Dan kisah-kisah tidak mau menantikan pertolongan Tuhan, tidak mau setia menantikan rencana Tuhan tergenapi, berulang kali terjadi di Alkitab.
Sampai Tuhan dengan sedih berkata :
"Mengapa ketika Aku datang tidak ada orang, dan ketika aku memanggil tidak ada yang menjawab? Mungkinkah tanganku terlalu pendek untuk membebaskan atau tidak adakah kekuatan padaKu untuk melepaskan? ....."


Terinspirasi dengan Yesaya 50:2, saya menulis sebuah lagu dengan judul "Temukanku MenantikanMu" (ada di album Beautiful, track 2). Saya juga termasuk orang yang tidak suka menanti. Tetapi melalui FirmanNya yang saya baca, ternyata Tuhan suka dengan orang yang menantikan Dia. Oleh karena itu saya tulis lagu ini menjadi doa saya di hadapan Tuhan, agar kita diberi kekuatan menjadi orang yang suka menantikan Tuhan.
"Saat Engkau datang mencariku,
Kau temukanku menantikanMu,
saat Engkau memanggil namaku,
Kumau menjawabMu,
Genggam erat hatiku ya Tuhan,
setia lakukan kehendakMu,
kumau nantikanMu lebih lagi,
dalam hadiratMu"



RUMUS: Menanti=Percaya=Cinta


Menanti memang bukan suatu kegiatan yang populer. Tapi Tuhan suka dengan orang yang menanti-nantikan Dia. Karena menanti adalah refleksi dari 'pengharapan akan suatu janji'. Percaya kepada janji yang diucapkan seseorang yang sedang kita nanti. Dan lebih lagi, menanti adalah refleksi dari 'kita mencintai sosok yang sedang kita nantikan'.

Nggak sedikit para ayah yang bersaksi, rasa penat selama seharian bekerja di kantor, langsung hilang ketika anaknya menanti dan menyambut kepulangan sang ayah ke rumah dengan gembira. Karena ketika seorang anak menyambut kepulangan ayahnya, itu sama saja dengan sang anak berkata, "I love you daddy!!!"






WAITING IN THE RAIN
Menanti menjadi sulit, kalau keadaan yang kita alami tidak mendukung, misalnya terik panas, atau hujan deras.
Menanti di tengah hujan? No way! Tetapi coba tanyakan pertanyaan yang sama ini kepada seseorang yang sedang jatuh cinta berat kepada kekasihnya.
"Apakah Anda mau menanti kekasih Anda di tengah hujan?"
Jawabannya pasti, "I do!!!". Nggak salah kalau ada pepatah, "lautpun akan kuseberangi, gunungpun akan kudaki."
My ex boyfriend pernah mengalaminya loh.
Belasan tahun yang lalu, demi mengunjungi saya, dia rela berhari-hari diperjalanan dari Sumatera menuju Bandung (my ex berdomisili dan melayani fulltime di Medan, sedangkan saya masih kuliah di Bandung). Kenapa sampai berhari-hari? Yaah...karena jaman jadul, transportasi darat jauh lebih murah daripada udara. Tapi yang menarik ketika dia berkata "perjalanan berhari-hari serasa beberapa jam saja..."
Rela menyusahkan diri menanti berhari-hari. Mengapa?
Tentu karena cinta dong...hehe..
Puji Tuhan sampai sekarang he still say "I do", meski sudah jadi suami saya satu-satunya.. membuktikan his love is not ageing...hehe..



THE POWER OF LOVE
Seorang pria yang sedang kasmaran pasti akan rela menantikan kekasihnya yang sedang mempercantik diri dengan menghabiskan berjam-jam di salon. Waktu yang sedemikian panjaaaangg itu serasa hanya beberapa menit saja.



Tapi jangan coba tanyakan pertanyaan yang sama kepada suami-suami yang sudah mulai dingin cintanya kepada istrinya. Menunggu semenit rasanya sudah seperti 1 jam. Kalau bisa nggak usah pakai tunggu-tungguan deh.






Seorang pria yang sedang kasmaran berat, kakinya juga nggak gampang pegal. Saat menemani pujaan hati memilih baju dari 1 toko ke toko yang lain, dan sudah 10 toko dilalui tanpa membeli sehelaipun (karena sibuk compare harga), tidak akan cemberut atau marah kepada pujaan hatinya. Cinta membuatnya rela menanti pujaan hati.
Sekali lagi jangan coba tanyakan hal ini kepada pasangan yang sudah dingin cintanya.
Kalau gitu, berarti penantian erat hubungannya dengan cinta dong ya.
Semakin dalam cintanya, maka semakin ringan menjalani penantiannya.


THE GLORY OF LOVE 
Semakin panjang penantian, kelihatannya semakin besar kemuliaan yang dinyatakan. Seseorang yang lolos dalam ujian penantian, berarti ia adalah seseorang yang teruji iman, pengharapan dan kasihnya kepada Tuhan.

Alkitab mencatat nama-nama saksi iman yang rela menanti.
Abraham, Yusuf, Musa, Kaleb. Mereka rela menanti puluhan tahun untuk suatu janji Tuhan. Dan lihatlah kemuliaan yang Tuhan nyatakan atas orang yang mau menanti-nantikan Tuhan. Abraham menanti 25 tahun untuk memperoleh anak perjanjian, Yusuf menanti 13 tahun untuk menjadi penguasa yang dihormati, Musa menanti 40 tahun untuk menjadi pemimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan, dan Kaleb menanti 40 tahun untuk mendapatkan upah kepercayaannya sebagai pengintai yang takut akan Tuhan.
Apa yang membuat mereka kuat menjalani penantian?
Pertama, they love God.
Kedua, they trust God.
Mereka percaya bahwa Tuhan tidak pernah ingkar janji. Apa yang dikatakanNya pasti akan digenapi.

Dalam tulisan sebelumnya, kita sudah membaca tentang kesaksian anjing setia Hachiko. Penantiannya yang panjang selama belasan tahun membawa kemuliaan. Belum pernah ada anjing di dunia ini yang kematiannya ditangisi ribuan orang, dan upacara pemakamannya dirayakan selama 49 hari layaknya seorang manusia dalam adat istiadat di Jepang (hal ini tidak akan terjadi jika Hachiko hanya menanti sebentar saja dan kemudian pindah ke lain hati).
Bahkan tidak berhenti sampai di situ, kisah yang menjadi buah bibir di tahun 30an ini, bangkit lagi di abad ke 21, dengan niatan Richard Gere membintangi film yang diadaptasi dari kisah Hachi, yang sudah dimulai shootingnya akhir 2008, dan kemungkinan akan edar di tahun 2009.


ANOTHER MOVIE ABOUT HACHI















Luar biasa dampak yang ditimbulkan oleh kesetiaan Hachiko (artikel: "Temukanku MenantikanMu"). Bukan hanya menjadi national hero di Jepang, tapi kisahnya mendunia. Richard Gere akan membintangi film Hachiko: A Dog’s Story, mengambil lokasi di Bristol dan Woonsocket yang akan dimulai tanggal 21 Januari 2009.
Ini bukan pertama kalinya kisah ini difilmkan, tahun 1987 telah dibuat film dengan judul "Hachiko Monagatari" di Jepang. Dan ternyata 22 tahun kemudian, kembali akan diremake dengan skala yang lebih mendunia.




Kelihatannya Gere berniat sekali membuat film ini persis seperti aslinya.
Anjing yang menjadi bintang dalam film ini juga jenis Akita, yang sudah ditrain selama berbulan-bulan supaya dapat memerankan Hachi.




































Melihat gambar platform Bedridge station yang sepi, kereta api kuno yang sedang melintas, ...ahh rasanya saya sudah mendapatkan gambaran loneliness yang dialami Hachi dalam belasan tahun penantiannya.











Kenapa sih Hachi begitu setia dan begitu kuat menanti belasan tahun?
Jawabannya sederhana.
Hachi cinta kepada tuannya.
Jangan-jangan teman-teman berkata kepada diri sendiri, kenapa jadinya kita yang belajar dari anjing yah?
Ras manusia kan jauh lebih tinggi dan lebih mulia dari anjing.





















Jangan sedih teman-teman. Untuk hal yang 1 ini kelihatannya mau tidak mau kita memang harus belajar dari hewan yang terkenal setia ini.
Bahkan Alkitab pun mencatatnya.



BE THE PROSKUNETES


"Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian."

Yohanes 4:23





Siapakah penyembah-penyembah benar atau the true worshippers itu?
Dilihat dalam kamus STRONG's Bible Concordance, worshippers dalam Yohanes 4:23 ini disebut sebagai proskunetes (bahasa Yunani),
yang artinya an adorer, seorang pemuja Tuhan.
Tentunya mendengar proskunetes teman-teman merasa tak asing ya..
Betul sekali, istilah ini berasal dari kata kerja proskuneo, sebuah istilah menyembah (worship). Yang artinya adalah 'to kiss, like a dog licking his master's hand', seperti seekor anjing yang menjilat tangan tuannya.
Jadi udah jelas dong yah, .... ternyata bukan suatu hal yang kebetulan untuk belajar dari seekor Hachi.





Oleh karena itu teman-teman, jangan berhenti hanya menjadi pengagum Hachi, tapi mari kita menjadi penanti Tuhan. Ketika Tuhan datang ia menemukan kita sedang menanti-nantikan Dia dengan penuh cinta dan kerinduan.





Mari kita menjadi anak-anakNya yang rindu menanti-nantikan suaraNya, sehingga ketika Tuhan memanggil kita segera menjawabNya.





Berat tahun 2009 yang akan kita jelang, tapi marilah kita menjadi orang yang menanti-nantikan Tuhan. Karena Yesaya 50:2 tidak berhenti hanya dengan statement kegalauan hati Tuhan karena tidak ada yang menanti dan yang menjawab.
Tapi ada keteguhan janji Tuhan dalam lanjutan kalimatNya...
Mungkinkah tanganku terlalu pendek untuk membebaskan atau tidak adakah kekuatan padaKu untuk melepaskan? ....."

Dear friends, I know we will face struggling year, but remember.....,
we have God's hand that will redeem us and God's power to deliver us.
And above all, we have God's love through His Son, that we celebrate
these days.

Merry Christmas you all.





All blessings,

Julita Manik

Wednesday, December 10, 2008

Temukanku MenantikanMu














"Mengapa ketika Aku datang tidak ada orang, dan ketika aku memanggil tidak ada yang menjawab?

Mungkinkah tanganku terlalu pendek untuk membebaskan atau tidak adakah kekuatan padaKu untuk melepaskan? ....."
(Yesaya 50:2)

Manusia sering enggan untuk menanti. Apalagi ketika menanti jawaban dari Tuhan yang tak kunjung datang. Sampai Tuhan menyatakan isi hatiNya melalui Yesaya, "Mengapa ketika Aku datang tidak ada orang?"
Tuhan tidak menemukan seseorang yang menantikanNya dengan setia.
Bicara tentang penantian, nggak bisa nggak, saya harus kutip kisah kesaksian di bawah ini. Saya percaya kita semua (termasuk saya) bisa belajar banyak dari kisah ini.


AN ENDLESS WAITING
This is a true story in Japan.
Hachikō adalah seekor anjing yang setia menantikan tuannya. Kisah penantian ini sangat mengharukan banyak orang khususnya masyarakat Jepang. Terinspirasi dari kisahnya maka dibuatlah sebuah patung untuk mengenang kesetiaan Hachikō di depan Stasiun Shibuya, Tokyo.


Tempat ini pun menjadi segera menjadi meeting point yang penting, juga menjadi tempat para pasangan bertemu di Shibuya. Seolah-olah pasangan ini ingin menyatakan bahwa mereka juga akan setia seperti Hachikō yang setia.


Pertama kali saya membaca kisah ini beberapa tahun yang lalu di sebuah koran ibu kota, dan sanggup mengharukan hati dan membasahi mata saya. Kemudian saya lupa dengan kisah ini sampai seseorang sahabat memforward kisah ini kembali kira-kira sebulan yang lalu. Dan anehnya walau sudah pernah membacanya, hati saya tetap terharu (bahkan saat menulis artikel ini, hati saya masih tersentuh). Sambil bingung, kok setelah bertahun-tahun, ceritanya beredar kembali yah? Ternyata hal ini penyebabnya.



HACHIKO STOLEN
Dimuat sebagai berita di Japan Times, 31 Maret 2007, tentu saja menggoncangkan banyak orang. It makes an international outcry!
Kisah pencurian ini dengan sangat meyakinkan dimuat di sebuah koran Jepang, dan ada photo yang menggambarkan 2 orang wanita di depan patung yang hanya tinggal fondasinya saja. Ternyata selidik punya selidik, kisah ini hanyalah sebuah April Fool (kita mengenalnya sebagai April Mop). Berita bohong yang biasanya didengungkan tanggal 1 April.

Ada yang berusaha mengconfirm, sehabis membaca berita tsb, ia segera bergegas ke Shibuya dengan hati sedih dan galau. Dan ia pun lega karena ternyata patung Hachikō masih ada di tempatnya. Kelak terbukti bahwa photo di koran juga hasil editan dengan program photoshop.
Reaksi masyarakat? Jelas marah dong.
Bahkan ada yang berkata, "How could you do that? Kisah kesetiaan anjing ini sepertinya tidak layak untuk dipermainkan." Tapi ada juga orang yang walaupun sangat kesal tapi masih dapat melihat sisi positifnya dengan berkata, "walaupun kesal dengan berita bohong itu, tapi paling nggak saya jadi diremind lagi dengan kisah kesetiaan Hachikō."
Seperti apa sih ceritanya? Saya akan menceritakannya kembali kepada teman-teman, hasil saduran dari berbagai sumber.



Seekor anjing lahir tanggal 10 November 1923 dari induk bernama Goma-go dan anjing jantan bernama Ōshinai-go, anjing jenis Akita Inu. Anjing ini kemudian dipungut dan menjadi milik keluarga Ueno. Profesor Ueno sangat mencintai anjing kecil ini dan menamainya Hachi, sebuah kata Jepang yang berarti 'angka 8, yang merepresentasikan good fortune, comfort and confidence.

Profesor Hidesaburō Ueno yang mengajar ilmu pertanian di Universitas Kekaisaran Tokyo, waktu itu berusia 53 tahun, sedangkan istrinya, Yae berusia 39 tahun. Profesor Ueno adalah pecinta anjing. Sebelumnya pernah beberapa kali memelihara anjing Akita Inu, namun semuanya tidak berumur panjang.

Ketika Profesor Ueno berangkat bekerja, Hachi selalu mengantar kepergian majikannya di pintu rumah atau dari depan pintu gerbang. Hachi kadang-kadang mengantar majikannya hingga ke Stasiun Shibuya. Di petang hari, Hachi kembali datang ke stasiun untuk menjemput.
Dan sebelum berpisah biasanya Prof Ueno akan menepuk-nepuk dan membelai dengan lembut kepala Hachi, dan berjanji bahwa ia akan kembali sore harinya. Dan pada sore harinya Hachi akan kembali ke stasiun menantikan tuannya kembali, dan bersama-sama berjalan kembali ke rumah.

Kebiasaan itu berjalan selama 16 bulan, sampai suatu ketika terjadi hal yang tidak biasa.....

Pada 21 Mei 1925, seusai mengikuti rapat di kampus, Profesor Ueno mendadak meninggal dunia karena serangan stroke yang fatal. Dan atas keputusan keluarga, jenazahnya tidak dibawa ke Tokyo, tetapi langsung dibawa ke kampung halamannya untuk dimakamkan di sana. 
Hachi terus menunggui majikannya yang tak kunjung pulang, dan tidak mau makan selama 3 hari. Menjelang hari pemakaman Profesor Ueno, dilakukan upacara tsuya (jaga malam untuk orang meninggal) pada malam hari 25 Mei 1925, dan Hachi masih tetap tidak mengerti Profesor Ueno sudah meninggal.
Ia pergi juga ke stasiun untuk menjemput majikannya. Dan ternyata tuannya tetap tidak kunjung kembali.

Nasib malang ikut menimpa Hachi karena Yae harus meninggalkan rumah almarhum Profesor Ueno. Yae ternyata tidak pernah dinikahi secara resmi. Mulai saat itu Hachi pun berpindah-pindah kepemilikan. Tapi ternyata tidak ada yang menyayanginya seperti Profesor Ueno. Hachi tidak pernah menemukan kasih yang mampu menggantikan kasih Profesor Ueno.
Itu mungkin yang menjadi penyebab mengapa Hachi tidak dapat melupakan majikannya.

Pada musim gugur 1927, Hachi dititipkan di rumah Kikusaburo Kobayashi (yang menjadi tukang kebun bagi keluarga Ueno). Rumah keluarga Kobayashi terletak di kawasan Tomigaya yang berdekatan dengan Stasiun Shibuya. Setiap harinya, sekitar jam-jam kepulangan Profesor Ueno, Hachi terlihat menunggu kepulangan majikan di Stasiun Shibuya. Dan anjing setia ini sering mendapat perlakuan kasar di stasiun tsb.

Pada sore hari, kereta api sudah memasuki stasiun, dan penumpang satu persatu mulai turun, tetapi sampai penumpang terakhir meninggalkan stasiun, Profesor Ueno tetap tidak muncul. Hachi yang tidak pernah tahu bahwa tuannya sudah tidak berada di muka bumi ini lagi, tetap menanti dengan setia. Setiap hari, dari pagi sampai malam hari, sampai kereta terakhir meninggalkan stasiun, Hachi setia menunggu.
Menemukan kenyataan bahwa ternyata tuannya belum kembali juga pada hari itu, dengan lunglai ia meninggalkan stasiun, dan siap untuk datang keesokan harinya lagi.

Tidak jelas kemana Hachi pergi setelah keluar dari stasiun, tapi keesokan harinya Hachi mengejutkan banyak orang ketika ia muncul di pagi hari pada jam yang sama Prof Ueno berangkat kerja. Kembali, Hachi menanti seharian sampai kereta terakhir meninggalkan stasiun di malam harinya.


Akhirnya setiap pengguna kereta api di Shibuya mulai mengetahui kisah penantian Hachi. Mereka tahu bahwa penantian Hachi adalah penantian yang sia-sia, tetapi banyak orang yang mulai tersentuh dengan kesetiaan dan pengharapannya, serta rasa hormat kepada majikannya.


Selama 7 tahun kisah Hachi menunggu majikan di stasiun ini mulai beredar dari mulut ke mulut, sampai pada tahun 1932, sampai kepada penulis Hirokichi Saitō dari Asosiasi Pelestarian Anjing Jepang.

Prihatin atas perlakuan kasar yang sering dialami Hachi di stasiun, Saitō menulis beberapa artikel tentang kisah sedih Hachi. Artikel tersebut dikirimkannya ke harian Tokyo Asahi Shimbun, dan dimuat dengan judul Itoshiya rōken monogatari ("Kisah Anjing Tua yang Tercinta"). Juga ada artikel dengan judul "A Faithful Dog Awaits Return of Master Dead for Seven Years".




Publik Jepang akhirnya mengetahui tentang kesetiaan Hachi yang terus menunggu kepulangan majikannya. Setelah Hachi menjadi terkenal, pegawai stasiun, pedagang, dan orang-orang di sekitar Stasiun Shibuya mulai menyayanginya.




Sekitar tahun 1933, kenalan Saitō, seorang pematung bernama Teru Andō tersentuh dengan kisah Hachikō. Andō ingin membuat patung Hachikō.
Diprakarsai oleh Andō, diselenggarakanlah acara pengumpulan di Gedung Pemuda Jepang (Nihon Seinenkan), 10 Maret 1934. Sekitar 3.000 (wow!!!) penonton hadir untuk melihat Hachikō.


Patung perunggu Hachikō akhirnya selesai dan diletakkan di depan Stasiun Shibuya. Upacara peresmian diadakan pada bulan April 1934, dan disaksikan sendiri oleh Hachikō bersama sekitar 300 hadirin.
Andō juga membuat patung lain Hachikō yang sedang bertiarap. Setelah selesai pada 10 Mei 1934, patung tersebut dihadiahkannya kepada Kaisar Hirohito dan Permaisuri Kōjun.



Kehidupannya yang mulai berubah, (tidak seperti dulu lagi selalu mendapat perlakuan kasar), tidak membuat Hachi melupakan tuannya. Walau kini ia disayangi banyak orang, Hachi tetap setia menanti di stasiun Shibuya.



AKHIR SEBUAH PENANTIAN
8 Maret 1935, Hachi ditemukan sudah tidak bernyawa setelah 10 tahun dalam penantian. Berita kematiaanya segera menyebar, dan Hachi diberikan upacara pemakaman layaknya seorang manusia dengan ritual Budha yang berlangsung selama
49 hari (!!!).





Dan nama Hachi secara resmi diubah menjadi Hachikō (akhiran 'kō' dalam kebudayaan Jepang, adalah sama seperti 'sir’ di Inggris).

Hachikō dimakamkan di samping makam Profesor Ueno di Pemakaman Aoyama. Bagian luar tubuh Hachikō diopset, dan hingga kini dipamerkan di Museum Nasional Ilmu Pengetahuan, Ueno, Tokyo.







Pada 8 Juli 1935, patung Hachikō yang kedua didirikan di kota kelahiran Hachikō di Ōdate, tepatnya di di depan Stasiun Ōdate. Patung tersebut dibuat serupa dengan patung Hachikō di Shibuya. Dua tahun berikutnya (1937), kisah Hachikō dimasukkan ke dalam buku pendidikan moral untuk murid kelas 2 sekolah rakyat di Jepang. Judulnya adalah "On o wasureruna
(Balas Budi Jangan Dilupakan)".







Tidak panjang pengalaman Hachi berjalan bersama tuannya.
Tapi pengalaman yang hanya 16 bulan ini, mampu membuat Hachi bertahan dalam penantian selama 10 tahun. Bahkan sampai matipun, ia mati dalam penantian. Suka ataupun duka yang dialaminya tidak mengubahkan kesetiaanya. Perlakuan kasar yang diterimanya di stasiun Shibuya, tidak mampu memudarkan semangat penantiannya. Bahkan ketika tiba-tiba semua orang berbalik menyayanginya (bahkan ada yang take advantage darinya),
ia tidak pernah melupakan tuannya. Tujuan hidupnya adalah bertemu dengan tuannya.
Menanti sampai akhir.

Saya percaya kita diberkati dengan kisah ini.
Penantian abadi yang datang dari seekor anjing.
Seharusnya kita, manusia, yang punya harkat jauh lebih tinggi, mampu memberikan penantian lebih dari Hachikō.

Ya Tuhan...temukanku menantikanMu...
(to be continued)


All blessings,

Julita Manik