Dalam beberapa acara yang digelar, di kartu undangan tertera kata 'dress code'. Tujuannya adalah untuk menyemarakkan dan menyelaraskan setiap tamu yang datang dengan acara yang telah didesign dengan thema tertentu. Jadi supaya teman-teman nggak seperti orang yang salah kostum menghadiri acara tsb, maka patuhilah dress code yang diminta. Karena dengan mematuhinya, kita juga menghormati orang yang punya gawe. Yang menjadi problem adalah nggak semua acara mengharuskan dress code tertentu, tetapi kenapa ya kita takut kelihatan beda dengan yang lain? Maka pemandangan yang sering teman-teman lihat di acara wedding party adalah (khususnya kaum saya, hmm...wanita maksudnya) a little black dress. Kalau tiba-tiba di tengah kerumunan warna hitam dan Anda sendiri yang memakai warna putih, pasti akan membuat salah tingkah. Padahal Anda tidak berdosa memakainya, sama tidak berdosanya dengan yang memakai warna hitam.
Hal ini tidak hanya terjadi dalam fashion, tapi hampir di semua bidang. Kalau seseorang mempunyai pendapat yang berbeda dalam suatu meeting sementara yang lain semua memiliki pendapat yang sama, maka orang yang berbeda tsb akan kelihatan seperti alien. Bahkan ada yang menganggap sebagai 'musuh'. Padahal pendapat yang berbeda akan membuat suatu tambahan wawasan, dan berbeda bukan berarti tidak bisa bersatu kan? Apa kita sudah lupa slogan-slogan jaman kemerdekaan (dulu sering diajarkan dalam pelajaran Sejarah, "BERBEDA-BEDA TAPI TETAP SATU JUGA, MERDEKA!!!")
Anak-anak SMP, SMA beberapa waktu lalu merasa nggak gaul bila tidak memakai jam tangan merek Levis atau Adidas yang colorful. Dulu di masa SMA saya sangat ngetrend banget kalau memakai tas merk Benetton. Saya punya teman yang nggak punya tas Benetton, tapi di sekolahnya rata-rata siswa golongan 'the haves' memilikinya. Suatu saat teman saya ini membawa buku-bukunya dengan kantong kresek. Apa yang dia lakukan? Dia mengambil spidol dan menulis besar-esar di kantong plastik kresek tsb, B E N E T T O N. Haha...dia tertawa, "sekarang juga aku bisa bawa buku pakai tas Benetton." Semua yang mendengar ceritanya tertawa terbahak-bahak, tapi saya merasa ada kesedihan di tawa itu. Seolah-olah kalau nggak punya tas merk tsb, tidak diterima di komunitas.
Ternyata ingin selalu sama dengan yang lain itu naluri manusia. Nggak perlu diajarkan, anak kecil juga tahu. Duluuu banget ... keponakan saya , waktu itu dia masih TK, merengek-rengek minta dibelikan sepatu olah raga import, yang ada lampunya. Lampu itu akan menyala bila sepatu dijejakkan ke lantai. Harganya muaahall bo', dan orang tuanya berpikir 'masa sih anak TK sepatunya udah semahal itu?' Segala jurus dikerahkan keponakan saya ini, sampai jurus air mata. Orang tuanya berusaha menyadarkannya, bahwa orang tuanya nggak seberada orang tua teman-temannya dengan berkata: "nak liat dong, semua teman kamu yang pakai sepatu itu plat mobilnya warna hitam, kalau kita kan plat mobilnya merah..." Maksud orang tuanya mau memberitahu kalau mereka adalah pegawai negeri, duitnya nggak banyak.
Yang sering dirasakan adalah kalau berbeda maka kita tidak akan diterima dalam komunitas. Dan lama kelamaan akan berkembang menjadi sifat 'ingin menyenangkan semua orang'. Frustrasi man... kalau kita selalu ingin menyenangkan semua orang. Apa-apa diukur dengan "apa kata orang yah kalau saya begini...apa kata orang yah kalau saya begitu... apa kata dunia yah.."
Kita mengukurnya dengan ukuran manusia dan bukan lagi ukuran Tuhan
"apa kata Tuhan yah kalau saya bertindak begini..., apa kata Tuhan yah kalau saya begitu..., apa kata Tuhan yah..."
Dulu saya begitu.
Selalu ingin menyenangkan semua orang, dalam arti ingin diterima oleh semua orang. Akibatnya saya capek sendiri. Dan saya menjadi orang lain, saya nggak mengenali jati diri saya. Selalu ingin menyenangkan manusia, membuat saya sulit mendengarkan perkataan Allah untuk menyenangkan Dia. Contoh.
Nggak tahu kenapa hingga saat ini saya hanya bisa membuat lagu Worship (atau lebih tepat lagu-lagu tempo lambat yang mellow) dan sulit sekali bahkan tidak pernah berhasil membuat lagu-lagu Praise (lagu-lagu tempo cepat yang riang). Saya pernah frustrasi dengan keadaan ini, rasanya pelayanan saya sebagai songwriter nggak lengkap kalau nggak bisa menulis lagu Praise. Kenapa saya berpikir seperti itu?
Tentu karena saya melihat kebanyakan songwriter bisa menulis keduanya.
Kok saya nggak bisa yah?
I was not listening to the inward voice.
Kemudian juga ada yang mengkritik saya "kok menulis lagunya yang model begitu,... sekarang kan lagi masa penuaian, udah nggak jaman membuat lagu dengan thema menghibur hati yang luka."
Saya sempat terpengaruh dengan perkataan itu. Iya juga yah, sekarang kan masa menuai, masa bekerja menuai untuk Tuhan, balik lagi ke belakang untuk menghibur hati yang luka.
I was not listening to the inward voice.
Puji Tuhan saya nggak menuruti kritikan tsb.
Karena teman yang mengkritik saya menganggap bahwa semua orang sudah menjadi pekerja Tuhan tidak akan pernah mengalami persoalan hidup.
Hidup sudah seperti di awan permai, nggak napak bumi. Padahal selama bumi masih ada, tetap akan ada musim menangis, tertawa, berdiam, berkata, menabur, menuai, seperti yang dituliskan Raja Salomo dalam Pengkhotbah 3. Dan jangan lupa salah satu pekerjaan penuai adalah menghibur hati yang luka dari orang-orang yang dituai.
Akhirnya saya bisa mendengar Tuhan berkata ke dalam hati saya, I am listening to the inward voice ....,
"Aku memanggilmu untuk menulis lagu yang menghiburkan orang-orang yang remuk hatinya, supaya mereka dapat tetap bersyukur kepadaKu. Karena pujian dari hati yang remuk, tidak pernah Aku abaikan."
"Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah"
(Mazmur 51:19)
Sejak saat itu saya proklamirkan kepada diri saya, bahwa dunia ini indah karena bunga-bunga yang beragam, yang memiliki warna yang beraneka. Teman-teman bisa kebayang kalau semua bunga hanya jenis bunga mawar saja? Dengan warna yang hanya merah saja? Seluruh bumi hanya kenal bunga mawar merah. Semua akan berkata "woow...indah..". Tapi ketika disuguhi pemandangan aneka bunga dengan warna yang beragam pasti seruannya berubah menjadi "wooow... indah sekali".
Itu sebabnya Tuhan ciptakan kita 'UNIK'. Satu sama lain berbeda.
Even seorang bayi kembar genetik pun, memiliki finger print yang berbeda. Tidak ada manusia yang benar-benar sama. Tapi dengan keberbedaan dan keunikan yang Tuhan ciptakan, satu hal Tuhan ajarkan, "BAHWA KITA SATU SEBAGAI TUBUH KRISTUS". Ternyata di mata Tuhan, keunikan, keberbedaan itu adalah pemandangan yang indah loh...
Kalau begitu, apakah kita tidak perlu menyenangkan manusia?
Jawabnya:
"Kudu !!! ... saudara-saudara."
"Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya".
(Roma 15:2)
Wahh.. kalau gitu bertolak belakang dong?
Sama sekali tidak. Yang dimaksud 'menyenangkan' disini adalah 'menyenangkan' yang tujuannya untuk memenangkan jiwa, sehingga ada beberapa hal dalam hidup ini yang kita korbankan demi dapat menyenangkan orang lain. Ada beberapa kebiasaan yang kita rem, karena dengan demikian dapat membawa seseorang kepada Kristus.
Paulus berkata:
"Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat."
(1 Korintus 10:33)
Oh ... ternyata 'menyenangkan' yang dimaksud adalah yang 'bukan untuk kepentingan diri sendiri'. Ternyata sering kali kita ingin menyenangkan hati orang lain, tujuannya demi kepentingan kita. Kita takut nggak sama dengan yang lain, semata-mata untuk kepentingan diri kita.
Oleh karena itu, my friends, jangan takut bila ada yang berkata kepada Anda "hare genee ........ bla bla bla...". Jadilah diri Anda, dan kembangkan talenta untuk kemuliaan Tuhan.
Apapun gayamu, JUST BE YOURSELF.
KITA SEMUA BERHARGA DI MATA ALLAH.
All blessings,
Julita