Wednesday, May 7, 2008

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa,..…



.....yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
(1 Korintus 10:13)


Bila kita membaca kitab Ayub dan merenungkan penderitaan yang dialaminya, rasanya sulit untuk mengatakan bahwa apa yang dialami Ayub adalah pencobaan biasa. Demikian juga saat kita mendengar kesaksian dari Bapak Dwi Krismawan, rasanya sulit untuk menyetujui bahwa segala yang dialaminya adalah pencobaan-pencobaan biasa.

26 April 2008 saya bertemu kembali dengan Bpk Dwi Krismawan dalam pelayanan di GKI Samanhudi, Jakarta. Ini pertemuan yang ke 4 kalinya dengan beliau. Walaupun sudah 4 kali juga saya sudah mendengar testimony yang sama dari beliau, tapi tetap saja rasa haru memenuhi hati saya. Bagaimana tidak? Menurut saya, apa yang beliau alami mungkin sudah sederajat dengan apa yang Ayub alami.

Flashback…………….

Pada hari terakhir penerbangannya sebagai calon pilot, dan akan segera diwisuda sebagai pilot, beliau mengalami kecelakaan. Pesawat yang dikemudikannya jatuh. Terbakar selama 1,5 jam di dalam pesawat sebelum dievakuasi oleh tim penyelamat, sudah     dapat kita bayangkan luka bakar yang dideritanya.

Berbulan-bulan mengalami derita di Rumah Sakit saat perban yang membalut sekujur tubuhnya setiap hari harus dibuka dan diganti dengan perban yang baru. Pak Dwi mengatakan setiap kali pembukaan perban, beliau berteriak-teriak karena sakit yang tak tertahankan, bahkan berteriak kepada Tuhan supaya mencabut nyawanya saja. Pak Dwi mengilustrasikan proses pembukaan perban tsb seperti orang yang menguliti ayam. Oh....Tuhaaannn!!!
Dan sesaat sesudah perban diganti, dengan segera perban yang baru tersebut kembali lengket lagi dengan dagingnya yang berdarah. Dan siap untuk disiksa keesokan harinya.

Bukan hanya penderitaan fisik tapi juga psikis. 

Saat keluar dari RS setelah 2 tahun  opname, masyarakat juga sulit untuk menerima Pak Dwi. Ada yang mengira beliau jelmaan setan, ada yang takut berdekatan karena dikira sebagai penderita kusta, atau penyakit menular lainnya.

Anda bisa maklum kalau melihat dengan seksama foto beliau.
Tidak punya rambut, alis, telinga, kelopak mata, yang semuanya habis dimakan api.
Beberapa jari-jari tangan yang lengket jadi satu semakin melengkapi penampilan yang membuat orang-orang menjadi takut.

Dari seorang calon pilot yang tinggi, gagah dan memiliki sejuta mimpi, beliau berubah menjadi sosok yang tak berdaya.
Pak Dwi harus berperang melawan ketidakberdayaannya. Mulai belajar menerima dirinya apa adanya, belajar merendahkan hati saat menerima penghinaan dari orang-orang yang ditemuinya, dan belajar beradaptasi dengan sisa kemampuannya.

Tapi saya pikir-pikir Pak Dwi lebih beruntung dari Ayub.
Karena orang yang terdekat dengannya (saat itu masih status pacar) Ibu Betania tidak meninggalkannya. Sementara Ayub diteror oleh istrinya dan disuruh untuk mengutuki Allahnya dan pergi mati saja (Ayub 2:9).
Sebaliknya Ibu Ibet tidak begitu. Malahan beliau mensupport Pak Dwi untuk belajar berharap kepada Tuhan. Bahwa Tuhan tidak akan membiarkan Pak Dwi.

Allah itu setia. 
Seperti Ayub dipulihkan, Pak Dwi juga dipulihkan.
Menikah dengan Ibu Ibet, dikaruniai seorang anak, laki-laki, dan dalam pekerjaan juga diberkati luar biasa.

Melalui berbagai proses yang berat, beliau diterima bekerja menjadi marketing asuransi, dan sukses pulak, juga diterima bekerja di salah satu channel TV swasta terbesar di Indonesia, menjadi motivator dan speaker di berbagai company. Berderet deh kebaikan Tuhan dalam karir beliau.
Tapi itu nggak instant lho…beliau benar-benar berjuang bersama Allahnya.

Terakhir saya mendengar bahwa ada tawaran dari pihak ‘the famous’ Oprah untuk mengundang Pak Dwi menjadi guest dalam acara talkshownya. Wooow…. itu kan mimpinya para seleb dunia untuk bisa tampil di acara yang ditonton hampir seantero bumi ini.

Kemuliaan bagi nama Tuhan.
Biar nama Tuhan diberitakan.
Dulu saat membaca kitab Ayub, saya nggak habis pikir kok ada ya manusia diijinkan mengalami penderitaan yang sangat spektakuler sapaerti itu.
Kini di abad 21 saya mendengar dan melihat sendiri, benar-benar ada selected people yang diijinkan mengalami hal yang sama.
Dan persis seperti janji Tuhan dalam ayat di atas, tidak melebihi kekuatan mereka, mereka kuat menanggungnya.

Buktinya?
Pak Dwi bisa tegak berdiri di hadapan banyak orang dan mengatakan Tuhan itu baik. Saya mendengar kesaksian ada orang yang mau bunuh diri karena sudah tidak tahan dengan penderitaannya, mengurungkan niatnya itu setelah mendengar kesaksian Pak Dwi. Mereka merasa dibanding Pak Dwi, apa yang mereka alami belum ada apa-apanya.  
Ada kekuatan dan pengharapan baru yang beliau beritakan kemanapun beliau pergi. Bukankah itu yang dibutuhkan manusia di akhir jaman ini, di jaman yang semakin susah dan bertambah jahat ini?
Kalau Pak Dwi bisa mengatasi segala pencobaan, kita juga pasti bisa. Kalau beliau bisa survive, kita juga bisa survive.
I will survive, because God says so.

All blessings,

Julita Manik

1 comment:

  1. saya baru aj mngalami duka 20Juli 2021 sbab ank prempuan ku yg cantik msih usia 5 th Belvania Kimberly ud dpnggil Bapa d Sorga. tpi hmba prcaya bhwa ank ku ini ud snang looh, ud gembira bgt dia dgn ank2 lain brmain dtemani para malaikat dlm krajaan Sorga

    ReplyDelete